Twenty Eight

245 39 3
                                    

"Merepotkan. Tidak tahu malu!"



Ten mengerang kesal saat Soonyoung menekan pelipis nya keras tanpa ampun.

"Buat saja aku cepat sembuh! Omelan mu tidak berguna!" Ten balik berteriak.



Menahan diri melompat dari kasurnya dan menendang dokter sialan yang berstatus sahabatnya itu.




"Pinjamkan aku ponselmu." Pinta Ten.

"Tidak."

"HEY!! KENAPA SEMUA ORANG??"





Soonyoung menghela sesaat. Menatap sahabatnya penuh kesal.






"Mau apa? Menghubungi Rani Kim?"








Mendengus. Ten tidak bisa mengelak.

Sudah 5 hari ia terpekur dalam kamarnya. Istirahat total.


Segala fasilitasnya termasuk ponsel di sita oleh sang ayah. Sebab Ten membuatnya marah besar.

Ia gelisah tapi tidak bisa melakukan apapun.





Pulang kerumah 2 hari lebih awal dari jadwal dan menjalani perawatan.



Ini sudah Senin. Ten tidak bisa memberikan kabar apapun pada Rani Kim.

Bahkan Daniel tidak bisa dimintai tolong. Sibuk dengan segala kerusuhan dan pekerjaan Ten.



Kabur dari rumah adalah opsi bodoh terakhir yang tentu saja gagal. Pegawai sang ayah terlalu banyak. Mereka berdiri disetiap sudut rumah.



"Aku ingin memberinya kabar. Atau setidaknya tolong kunjungi dia." Pinta Ten.

"Lalu apa yang harus kukatakan padanya? Kekasihmu  tergeletak sekarat dikamarnya selama 5 hari karena rindu. Dan ayahnya sendiri yang mengisolasinya dari dunia luar?"

"Dia bukan kekasihku !!!"


Wajah si pemuda merah padam. Sedangkan Soonyoung menaikkan alisnya tinggi-tinggi. How come?




"Oh ya? Kupikir kalian berkencan. Lalu untuk apa aku memberinya kabar jika dia bukan kekasih mu?"

"Dia...........temanku. Dan aku sudah berjanji akan menemuinya hari Jum'at."

"Teman apa? Teman hidup?"

"Tsk, Kwon Soonyoung!"









"Hentikan omong kosongmu. Kau jatuh cinta. Cepat sembuhkan dirimu dan temui dia. Apa kau tidak malu? Meminta nya berjanji untuk tetap sehat sedangkan kau sedang terbaring sakit?"








Ten diam. Menutupi wajah nya yang memanas dengan kedua tangan. Frustasi. Soonyoung membacanya seperti buku terbuka dan mendeskripsikan nya dengan terlalu frontal.







"Aku ingin bertemu dengan nya. Itu saja." Cicit Ten.

"Dan membuatnya mengurusi orang yang baru saja meretakkan tulang nya sendiri karena menabrak pembatas jalan sebab nekat berkendara saat mabuk? Lupakan."

Hachiko -Ten✔Where stories live. Discover now