♥❤♥Hari ini jalanan cukup ramai. Lalu lintas yang berlalu lalang cukup padat. Aku berjalan di trotoar menikmati angin pagi. Burung yang sedang berkicau dengan begitu indahnya, ditambah lagi dedaunan dan kelopak bunga yang berjatuhan seolah menyambut tuan putri yang akan memasuki istana.
Begitulah ekspetasi ku setiap berjalan sendirian tanpa teman. Hanya berhalusinasi dan berangan-angan setinggi-tingginya hingga membuat mu jatuh sendiri.
Dan benar saja, angan-angan yang tadinya sangat tinggi kini berubah menjadi sebuah kesialan besar untukku. Sepertinya akan menjadi sarapan ku pagi ini.
Aku terus melangkah untuk memasuki gerbang sekolah. Aku merasa seluruh indera pengelihatan memandang ke arahku. Ini tidak lagi seperti tuan putri yang memasuki istana, karena pandangan mereka begitu mengerikan. Semuanya berubah menjadi seekor kelinci yang memasuki kandang singa.
Aku memang gadis yang selalu di perbincangkan karena sikapku yang tidak suka bergaul. Namun baru kali ini mereka menatapku seperti itu. Apa aku membuat kesalahan? Sudah aku bilang aku itu pendiam dan tidak suka mengundang masalah dalam hidupku.
Oke, kalau begitu anggap saja mereka sedang memandang angin yang berlalu. Tenang Hyejin, kau hanya perlu berjalan sedikit lagi. Lalu duduk di tempat mu yang paling pojok, dan jangan melakukan apapun.
Tentu saja, tidak sesuai ekspetasi. Tidak pula semudah bermain prosotan yang hanya perlu naik ke atas lalu merosot kebawah. Kali ini lebih sulit dari yang ku bayangkan.
Mereka memandangku bergantian tepat dari arah papan pengumuman. Oh tuhan apalagi ini. Apa ada berita baru tentang ku yang naik peringkat atau mendapat prestasi baru lagi? Bukankah kita harus berpikir positif dahulu sebelum benar-benar mengetahui berita sebenarnya?
"Ohh Hyejin datang"
"Wahhh inikah orangnya? Si gadis es? Berbeda sekali dengan kakaknya"
"Tapi dia memang cantik dan pintar sama seperti kakaknya"
"Pintar tapi tidak punya teman untuk bergaul. Itu sama saja hidupmu tidak ada gunanya"
Baiklah sekarang aku tahu apa yang terjadi. Kenapa mereka terus memandangku. Kenapa mereka terus mencibirku. Badan ku sungguh lemas ketika berdiri di depan papan pengumuman. Sebisa mungkin aku menetralkan wajahku. Bersikaplah tidak peduli Hyejin. Tinggal katakan kalau artikel itu tidak benar.
📌'The Prince Of Lila High School Park Ji Min Is An Older Brother Of A Quiet Girl Park Hye Jin'📌
The prince katanya? Lalu aku? Quit girl? Sungguh mereka sangat hebat dalam merangkai kata-kata. Setelah ini aku harus berbicara dengan Oppa.
📌'Park Hye Jin Claims to be Park Ji Min Sister to Gain Popularity'📌
Sudah cukup.
Aku tidak akan membaca artikel selanjutnya. Ini semakin membuat ku mual. Kenapa mereka membuat artikel semacam ini. Ini sama saja menjatuhkan ku. Apa yang salah jika aku adalah adik Jimin. Jika tidak suka kenapa harus menyudutkan ku.
Aku masih memandang sekelilingku. Mereka memandangku tidak wajar. Aku bisa melihat mereka terus mencibirku.
Aku harus mencari Jimin oppa.
Aku melanjutkan langkah dengan tenang, dengan pandangan lurus ke depan. Walau sesungguhnya aku sangat ketakutan dengan pandangan mengerikan mereka.
Brakkkkk...
Akhhh...
Aku merasakan sebuah kaki yang sengaja mencegat kaki ku hingga aku terjatuh. Rasanya lututku sangat perih. Ahh terkena bongkahan keramik rupanya. Sedikit mengeluarkan cairan merah. Baiklah tidak apa-apa mungkin dia tidak sengaja.
Baru saja saat aku melanjutkan langkah dengan pikiran positif ku. Namun, kini perlahan memudar. Seorang gadis tiba-tiba menarik kerah baju ku.
"Ini yang namanya Park Hye Jin? Yang mengaku sebagai adik kandung dari Park Ji Min. Apa kalian percaya?"
Aku bisa melihat, mereka bukan orang baik-baik. Tunggu. Bukankah mereka anak-anak yang sering dijadikan bahan perbincangan? Gadis cantik yang disukai banyak lelaki di sekolah ini. Begitulah yang aku dengar.
Tapi tidak dengan kenyataan seperti ini. Tidak jauh berbeda dengan gadis-gadis sebelumnya yang suka menghina orang. Dia bahkan lebih kejam. Sifatnya sungguh berlawanan dengan wajahnya.
Sungguh miris.
"Aku? percaya? Tentu saja... TIDAK! gadis batu yang berani menyebut dirinya sebagai saudara Jimin yang tampan dan pintar. Dia bahkan lebih buruk dari gelandangan di dekat rumahku"
Aku benar-benar tidak percaya. Mulutnya lancar sekali mengatakan hal keji seperti itu.
Dia kakak kelas. Aku tahu. Aku sangat marah dengan ucapannya, tapi yang lebih membuatku marah adalah kenapa aku selalu diam saat mendapat perlakuan seperti ini. Aku tidak pernah melawan.
Aku hanya melangkah dengan kaki ku yang sedikit terluka. Aku tidak peduli apa lagi yang akan mereka katakan. Aku memang gadis yang lemah.
"Ohh.. Selain pendiam, ternyata dia tidak punya sopan santun ya?"
"Yaa! Kerin dia itu bukannya pendiam, tapi penakut. Hahaha"
Aku hanya dapat mendengar gelakan tawa dari belakang sana. Aku tidak tahan dengan sikapnya. Ini sudah di luar batas. Tapi apa yang bisa ku lakukan selain diam dan mencoba tidak peduli.
Mungkin mereka benar. Aku menjadi pendiam dan tidak peduli, itu karena aku takut. Takut dengan dunia yang kejam ini.
Aku mengurungkan niat untuk bertemu Jimin. Membayangkan wajahnya saja sudah membuatku kesal bukan main. Aku tahu dia pasti akan menanyakan keadaanku saat di rumah nanti. Dia khawatir, aku tahu. Tapi aku sudah terlanjur hancur dengan semuanya. Semua ucapan yang dilontarkan padaku.
Mungkin lebih baik aku menghabiskan waktuku dengan tidur di UKS. Tempat terbaik untuk menghindar dari kenyataan. Melanjutkan tidur yang tertunda tadi pagi mungkin akan lebih baik.
Dan aku harap tidak mendapatkan mimpi itu lagi. Sudah cukup hari ini membuat seluruh organ tubuhku hampir meledak. Aku hanya ingin mimpi yang indah.
Itu saja.
♥❤♥
' I'm too afraid to deal with them, afraid to make mistakes and disappoint the people I care about'
♥❤♥
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM LIFE 🌠
FanfictionHampir sebagian dari hidupku berada di dunia ilusi sana. Seluruhnya sudah ku rancang sedemikian rupa. Merangkai mimpi yang indah yang tak pernah kurasakan di dunia nyataku sebelumnya. Namun, semakin hari rasanya ini tidak benar. Ini hanya mimpi, seb...