♥ twelve.

19 8 6
                                    

♥❤♥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


♥❤♥

Cahaya remang-remang dengan dukungan mata yang mulai terbuka perlahan berhasil menembus separuh pandangan, nafas yang dihembuskan dengan teratur, tubuh yang lemas seolah tenaga terkuras habis karena mimpi buruk. Ahh tidak, menurutku itu bukan mimpi buruk juga, sedikit menyenangkan. Hanya sedikit.

Mataku terbuka dengan perlahan, sangat sulit untuk memandang sempurna seluruh sudut di sekitar ruangan ini. Buram dan berat. Itulah kata yang tepat untuk mendeskripsikan mata lemah ku sekarang. Namun jangan salah, telinga ku masih sanggup mendengar suara dengan jelas. Suara yang paling kurindukan. Rasanya aku ingin berdiri dan berlari merengkuh tubuhnya--memeluk erat. Tapi ku urungkan niat karena mengetahui tubuhku yang masih melemah.

"Hyejin-ahh.. Kau tidak kasihan denganku? Aku sungguh mati rasa karena memikirkan mu. Baiklah. Aku istirahat sebentar. Dan setelah aku bangun nanti, kau juga harus bangun. Aku berjanji akan menuruti seluruh keinginanmu nanti.
Oppa merindukanmu Hyejin-ahh"

Rasanya buliran bening memaksa mengalir di sudut mataku. Senyuman ku ukir karena mendengar penuturannya. Aku ingin berbicara. Namun lagi-lagi, suara ku tertahan karena ketidakberdayaan ku sekarang. Ini sudah larut malam, aku yakin penghuni rumah pasti sudah tidur terlelap. Pikiranku masih berpacu. Sebisa mungkin aku membuka mata walau sangat sulit mendorong kelopak mata untuk terbuka sempurna. Setidaknya aku tidak ingin tidur dan tidak ingin masuk ke alam mimpi itu lagi. Tahan Hyejin, sedikit lagi menuju matahari terbit.

Aku terus mengerjap berusaha tidak mengosongkan pikiran. Entah sudah berapa lama aku tertahan seperti ini. Namun, dalam sekali kerjapan rasanya mataku menolak untuk tetap terjaga. Rasa kantuk begitu tidak bersahabat. Dalam beberapa detik aku tenggelam dalam lelap, dan kuharap tidak membawaku ke alam mimpi itu lagi. Sungguh rasa takut dan kecewa menyatu secara bersamaan.

♥❤♥

Suara jam berdenting, alarm yang berbunyi memenuhi seisi ruangan. Burung berkicau begitu merdu. Sungguh sudah lama aku tidak mendengar seluruh suara ini. Terakhir aku mendengarnya sebelum memasuki alam mimpi yang teramat panjang itu.

Tunggu.

Apa ini artinya aku benar-benar telah bangun dari mimpi? Bahkan tadi malam aku tidak bermimpi lagi.

Perlahan mataku mulai terbuka sempurna. Tubuhku sedikit terasa lebih segar. Aku tidak henti-hentinya untuk menghirup udara di sekitarku. Senyum terus merekah di bibirku, rasanya sudah ber-abad abad aku meninggalkan kamar ini. Kamar tidur ku di alam nyata, bukan alam bawah sadar lagi.

Aku mulai mengedarkan pandangan ke seluruh sudut kamar. Jendela kamar yang sudah terbuka dengan gorden yang di selipkan ke setiap sisi. Mataku berhenti meneliti setelah melihat seseorang yang berbaring di sebuah sofa dekat jendela, di sebelah ranjangku.

DREAM LIFE 🌠 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang