♥ one.

38 10 4
                                    

♥❤♥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

♥❤♥

Haaahhh... Hahhh.. Haahhh...

Mimpi itu lagi.

Keringat dingin bercucuran di keningku, nafas yang tersenggal-senggal dan mata yang kian memanas. Aku tidak tahu mimpi apa yang sering ku alami belakangan ini.

Di tempat yang teramat sunyi dan sepertinya aku tidak pernah melihat tempat itu. Namun, seseorang menarik perhatian ku. Seorang lelaki di bawah pohon sansuyu. Saat aku ingin mendekat rasanya ada yang memukul punggungku dari belakang. Tubuhku benar-benar mati rasa.

Aku masih duduk di tepi ranjang, memikirkan mimpi yang ku alami. Selalu saja adegan itu yang terus terulang. Bahkan aku harus selalu merasakan dipukul dengan sebuah benda. Dan anehnya lagi, sakitnya kenapa bisa terasa hingga aku bangun.

Aneh. Benar-benar aneh.

Sebaiknya aku mulai bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.
Benar sekolah.
Tempat yang paling ku hindari. Tapi mau tidak mau harus ku jalani. Jika tidak demi ibu dan oppa.

Tokkk... Tokk...

"Hyejin-ahh... Sudah bangun?"

Oppa? Kenapa dia selalu datang ke kamar ku saat subuh begini. Apa dia terganggu mendengar suara air dari kamar kecil?

"Oppa? Ada apa? Aku mengganggu mu?"

Ku lihat dia menyatukan kedua alisnya. Sepertinya dugaan ku salah. Dan sekarang yang lebih salah lagi, oppa bahkan masuk ke kamarku dan langsung membaringkan tubuhnya ke ranjang. Kenapa anak ini?

"Bangun jam segini? Kau mimpi lagi?"

Ahh benar. Aku lupa. Dia selalu berkunjung ke kamarku jika aku bangun terlalu pagi. Dia tahu aku mengalami mimpi aneh semacam itu. Dia juga yang sering menenangkan ku saat aku merasakan sakit jika bangun.

"Hmm.. Selalu. Bahkan sekarang aku melihat seorang lelaki. Oppa kau tahu? Semakin hari mimpiku terasa semakin nyata"

Aku mulai duduk di depan meja rias. Aku menatap kosong cermin di depanku. Sejujurnya mata ku masih ingin beristirahat. Tapi aku terlalu takut untuk memejamkan mata. Tidak mau bertemu mimpi aneh itu lagi.

"Sudah lupakan saja, itu hanya mimpi Hyejin-ahh.. Jika ada seorang lelaki, mungkin saja laki-laki itu sedang merindukanmu saat ini. Kau punya pacar?"

"Merindukan ku? Pacar? Oppa yang benar saja. Bagaimana bisa pacar, jika teman saja aku tidak punya. Lucu sekali kau Park Jimin"

Aku mendengus kesal mendengar perkataannya. Bagaimana dia bisa membahas hal seperti itu, ini masih pagi. Aku menatap wajahnya dari pantulan cermin. Dia sedang terkekeh melihatku kesal.

Aku terus memandangi wajahnya. Wajah kami tidak jauh berbeda. Dia tampan, aku juga tidak buruk. Dia pintar, aku juga pintar bahkan kami sama-sama meraih peringkat 1 di sekolah. Dia baik, ramah, suka menolong orang.

Sayangnya, aku tidak.

Jimin melihatku dari belakang saat aku mulai menerawang wajahnya dari arah cermin. Raut wajahnya telah berubah, sedikit lebih tajam.

"Jangan melihat ku seperti itu. Jangan membandingkan diri ku dengan mu. Aku tahu kau lebih baik dari ku"

Lebih baik katanya. Aku hanya tertawa miris mendengarnya. Aku memang lebih baik, namun dalam kategori pendiam, penyendiri, dan tidak peduli? Ahh tidak. Itu hanya kata orang. Aku sungguh akan peduli jika saja orang di sekitar ku juga peduli padaku.

"Jangan menyindirku Oppa. Sudah sana bersiaplah, kita akan sekolah. Lain kali tidak usah datang ke kamarku pagi-pagi begini lagi, oke?"

Jimin mulai beranjak dari tempatnya, mulai melangkah ke arah pintu keluar kamarku. Namun, sedetik kemudian dia berbalik lagi.

"Tidak mau berangkat bersama?"

"Oppa gila? Mana mungkin aku berangkat denganmu. Aku tidak mau memancing kehebohan di sekolah. Oppa tidak mau aku di cakar habis-habisan kan karena ketahuan kau adalah kakak ku?"

Aku benar-benar sangat marah setiap kali membahas masalah ini. Rasanya sangat berat karena harus bersembunyi dari kenyataan.
Jimin hanya menghela nafas di seberang sana, selanjutnya suara pintu terdengar yang mulai tertutup dengan perlahan.

♥❤♥

"Hopefully, one day this problem will soon be revealed in a good way"


♥❤♥

♥❤♥

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DREAM LIFE 🌠 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang