♥❤♥
Kedua kalinya aku berdiri di depan rumah mewah yang sepertinya selalu terlihat sepi. Aku mengumpulkan niat untuk melanjutkan langkah lebih dalam lagi. Mata ku mulai melirik seluruh sudut di tempat ini, menelan saliva begitu sulit saat ini. Sebenarnya kenapa aku setakut ini. Bukankah bertemu Hyosin eonni seharusnya menyenangkan? Aku menarik nafas pelan lalu mulai membuka gerbang dengan sangat perlahan. Aku ingat ketika Hyosin eonni mengatakan tidak perlu mengetuk pintu jika ingin berkunjung--langsung masuk saja. Tapi tidak, aku tetap mengetuk pintu utama, tentu saja itu merupakan salah satu kesopanan yang di ajarkan oleh eomma ketika bertamu di rumah orang.
Hingga saat ketukan ketiga tidak ada respon yang diberikan. Bahkan ketika memencet bell pun tidak ada tanda-tanda penghuni yang keluar. Sungguh, aku jadi berpikir pergi dan pulang saja dari sini. Namun, lagi-lagi sesorang memenuhi pikiranku kembali. Aku memiliki sebuah misi yang harus ku selesaikan disini.
Dia harus bangun. Bagaimanapun caranya.
Aku menghembuskan nafas. Tidak ada pilihan lain. Sepertinya aku harus masuk ke dalam. Mungkin saja Hyosin eonni sedang keluar atau sedang di toilet kan.
Kaki ku mulai melangkah mengendap, sungguh aku gugup. Apa aku terlihat seperti pencuri yang sedang mengendap memasuki rumah orang. Hei tentu saja tidak. Lagipula aku dan Hyosin eonni kan sudah saling kenal.
Mataku langsung lurus memandang kamar yang berada di lantai atas. Haruskah aku langsung kesana saja? Tapi akan sangat lancang jika Hyosin eonni tau.
Entah ada apa denganku hari ini. Aku benar-benar di bawah kendali emosi. Aku seperti orang yang tergesa-gesa untuk menghidupkan kembali manusia yang sudah berbaring lama disana. Aku bukan dukun. Bukan pula penyihir. Lalu bagaimana caraku membangunkannya.
Hingga akhirnya aku berada tepat di depan sebuah pintu ruangan yang sangat ingin ku kunjungi. Tak menunggu lama, aku membelah tirai di depan pintu dan mulai melangkah ke dalam.
Perasaanku benar-benar telah tercampur sempurna sekarang. Sakit, sedih, marah, namun juga-- rindu.
Aku mulai menjatuhkan tubuh di sebuah kursi kecil sebelah ranjangnya. Kursi yang sengaja di tempatkan untuk orang yang ingin menemaninya disini. Kurasa hari-harinya benar-benar kesepian disini. Aku mulai berpikir. Apakah disana dia masih sendiri? Kesepian? Sedang apa dia sekarang? Apakah tidur di bawah pohon lagi? Menunggu ku?Setetes buliran bening perlahan mulau berjatuhan mengenai punggung tangannya. Sesegera mungkin aku mengahapusnya. Aku tidak boleh menangis lagi di depannya.
"B-Bae Jinyoung-ssi.. Bangunlah. Apa kau tidak lelah tidur?"
Aku mulai berucap. Menahan air yang sudah lama terbendung di mataku.
"Aku datang kesini jauh-jauh untuk menjengukmu. Apa kau tidak ingin menyapaku?" aku melanjutkan ucapanku. Aku ingin membicarakan seluruh hal yang ingin ku ungkapkan. Aku tidak peduli jika aku berbicara sendiri seperti orang gila disini. Yang kuharapkan hanya satu. Dia mendengarkan seluruh ucapanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM LIFE 🌠
FanfictionHampir sebagian dari hidupku berada di dunia ilusi sana. Seluruhnya sudah ku rancang sedemikian rupa. Merangkai mimpi yang indah yang tak pernah kurasakan di dunia nyataku sebelumnya. Namun, semakin hari rasanya ini tidak benar. Ini hanya mimpi, seb...