♥❤♥
Suara ricikan air yang mendominasi ruang kecil di sudut kamar, disusul dengan suara gebrakan pintu almari, lalu alat perias wajah yang di pakai dengan begitu natural.
Tunggu dulu, kisahnya belum selesai. Dibalik itu semua sesungguhnya mengakibatkan kamar yang terlihat seperti kapal pecah. Meja rias yang seperti sarang tikus. Begitulah hasil dari kepanikanku setelah mendengar nama yang mengejutkan dari Jimin oppa tadi.
Tidak butuh waktu lama, aku selesai bersiap-siap. Berkat ucapan Jimin sekarang aku harus pergi ke sekolah. Ini wajib. Bagi seorang gadis yang akan menemui pangerannya. Ya katakan saja begitu jangan sungkan-sungkan.
"Oppa? Cepatlah nanti terlambat" ucapku sambil berlari melewati kamar Jimin, lalu turun menyusuri tangga.
"Hyejin-ahh.. Kau pergi ke sekolah? Katanya ingin istirahat dulu kenapa sekarang malah buru-buru sekali? Sarapan dulu kalau begitu sayang" eomma langsung menahanku dan membawa ku ke meja makan.
Aku juga tidak tau apa yang membuat ku semangat seperti ini. Padahal hanya mendengar namanya saja bisa membuat denyut nadi ku berdetak tak beraturan.
"Eomma kenapa oppa lama sekali. Ini kan sudah terlambat lima menit" aku terus menggigit ujung roti sambil terus menoleh ke arah kamar Jimin. Dia itu melebihi seorang wanita. Lihat saja bahkan dia belum selesai bersiap sudah lebih dari tiga puluh menit.
Setelah sempat beberapa kali mengumpat, akhirnya sang pangeran siput akhirnya turun menyusuri tangga. Dengan wajah tenang tanpa bersalah.
"Wahhh Hyejin kenapa cepat sekali bersiapnya? Lihatlah eomma seorang Park Hyejin kita sekarang sudah bersemangat pergi ke sekolah" Jimin berucap sambil menyambar segelas susu dan sepotong roti. Kalian lihat kan betapa manjanya seorang Park Jimin. Sebentar lagi akan lulus tapi tingkahnya melebihi anak di bawah umur.
"Ckk.. Ada apa dengan kalian? Jangan menggoda adikmu terus Jim, sekarang cepat berangkat kalian sudah terlambat"
Kami beranjak pergi sambil melambaikan tangan pada eomma. Sungguh hari ini begitu cerah. Ku harap di sekolah juga tetap seperti ini.
Jimin dengan tergesa-gesa mengambil kendaraan beroda empatnya. Lain denganku yang memilih berjalan kaki hingga halte bus. Tidak ingin berangkat bersama dengannya.
"Yaa! Hyejin! Apa yang kau lakukan? Cepat naik"
Baru berjalan beberapa langkah, kini Jimin tepat berada di sebelahku dengan mobil hitamnya. Menurunkan kaca jendela dengan sangat arogan. Jika bukan kakak ku sudah kupastikan menyumpal wajahnya sekarang.
"Apa? Aku kan harus ke halte sekarang. Lagi pula aku dan oppa kan tidak pernah berangkat bersama. Husshh sana pergi"
Ujarku sambil mengendikan bahu. Aku hanya heran, bukankah memang biasa seperti ini. Kenapa tiba-tiba dia jadi amnesia, sebegitu lamakah aku meninggalkannya hingga jadi aneh begini?
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM LIFE 🌠
FanfictionHampir sebagian dari hidupku berada di dunia ilusi sana. Seluruhnya sudah ku rancang sedemikian rupa. Merangkai mimpi yang indah yang tak pernah kurasakan di dunia nyataku sebelumnya. Namun, semakin hari rasanya ini tidak benar. Ini hanya mimpi, seb...