♥❤♥
Suara degupan jantung yang kian membara di dalam diri. Panas dingin kian mengisi suhu tubuhku saat ini. Bagaimana tidak, seorang laki-laki di depanku ini benar-benar membuat darah ku mengalir tidak normal sekarang. Sudah sekitar lima menit dia menatapku, bahkan tidak ada perubahan pada raut wajahnya. Apa dia tidak akan berbicara? Seperti mnjelaskan sesuatu, begitu? Apa dia senang melihat wajahku memanas seperti ini? Bahkan semenjak ia membuka mata, hanya kalimat yang mampu membuatku tercengang yang sempat ia lontarkan tadi.
Kenapa juga Hyosin eonni meninggalkan kami berdua di ruangan pengap penuh bau obat ini. Setelah mengantarkan teh bahkan Hyosin eonni mendapati ku yang mematung di tempat dan Jinyoung yang sudah membuka mata. Ia tidak tau kalau adiknya sudah mampu berbicara dengan baik. Bahkan terlampau baik hingga membuat jantungku berpacu sangat kencang, dengan mudahnya Hyosin Eonni membiarkan kami membisu di ruangan ini.
"Canggung sekali"
Ucapannya berhasil membuat ku terperanjat kaget. Kenapa tiba-tiba dia mengeluarkan suara. Sungguh wajahku benar-benar seperti orang bodoh sekarang.
Aku hanya mengangguk menanggapi ucapannya. Masih dengan kepala yang menghadap lantai bening tempat kaki ku berpijak.
"Jangan diam saja. Kau bilang tadi sudah memaafkanku kan? Aku bahkan sudah sadar dari masa sulitku sekarang"
Aku benar-benar salah besar kalau mengira dia tidak akan ingat apa-apa saat sudah sadar. Aku kira setelah dia bangun semua nya kembali normal, dimana aku dan dia tidak saling kenal dan tidak saling berbicara satu sama lain. Lalu apa ini? Rasanya seperti sedang berada di alam mimpi bersamanya.
"Ekhmm.. Maaf aku harus pulang, Jimin oppa pasti sedang mencariku"
Demi udara yang berhembus di sekelilingku, aku harus pergi sekarang juga. Entah apa yang terjadi padaku.
Aku ingin menangis.
Alasannya? Aku juga tidak tau. Saat melihat wajahnya aku merasakan kerinduan yang telah terobati, namun rasa sakit hatiku yang kian menjadi-jadi. Ternyata tidak semudah itu memaafkan.
"Jangan membenciku, kumohon"
Baru saja aku beranjak dari tempat duduk, kini suaranya berhasil menghentikan pergerakan langkah ku. Suaranya sedikit bergetar, aku tetap tidak ingin menatap wajahnya.
"Jangan dekati Jeon Jungkook lagi, Hyejin-ahh"
Detik itu juga wajahku langsung terangkat menatapnya dengan pandangan sinis. Dia bukan Bae Jinyoung yang sering kutemui di mimpi. Jinyoung selalu berkata manis, tapi sekarang dia berubah menjadi egois.
"Kenapa? Kau takut kalau kebenaran akan terungkap?"
"Bukan aku. Tapi kau Hyejin. Aku tidak yakin, apakah kau masih baik-baik saja setelah mendengar seluruh kebenaran yang mungkin akan membuatmu hancur"
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM LIFE 🌠
FanfictionHampir sebagian dari hidupku berada di dunia ilusi sana. Seluruhnya sudah ku rancang sedemikian rupa. Merangkai mimpi yang indah yang tak pernah kurasakan di dunia nyataku sebelumnya. Namun, semakin hari rasanya ini tidak benar. Ini hanya mimpi, seb...