♥❤♥
Lorong gelap dengan beberapa deretan dinding putih susu mengelilingi tempatku berpijak. Langkah demi langkah terus ku ambil layaknya memasuki gedung tua untuk menguji nyali. Detak jantung yang kian mendebarkan di setiap langkah. Bahkan tidak lagi ada udara segar yang bisa ku hirup. Terlebih setelah aku sampai tepat di depan pintu ruangan yang semulanya menjadi ruangan favoritku. Ruang Musik.
Namun, hari ini telah menjadi ruangan pengancam jiwa untukku.Knop pintu ku buka perlahan. Sungguh suara pintu pun begitu mengerikan untuk kudengar. Kurasa ekstensiku terlalu berlebihan kali ini.
Bertemu dengan seorang pangeran impianku, mungkin begitu seharusnya aku menyebutnya. Tapi sekarang kurasa kalimat itu telah musnah di telan bumi. Aku tahu Jeon Jungkook bukanlah laki-laki yang baik. Aku yakin setelah mengalami kejadian di toilet tadi. Memalukan. Menyebalkan. Dia mengerikan.
Langkahku semakin lemah setelah melihat seluruh ruangan yang begitu gelap. Tidak seperti biasanya. Karena setiap aku berlatih memainkan alat-alat ini sesuka hati, ruangannya selalu tampak cerah gemerlap. Kurasa aku benar-benar memasuki kandang singa sekarang.
"Masuklah"
Suara berat yang bergema di tengah ruangan membuat ku terperanjat kaget. Disusul dengan cahaya yang ikut menerangi ruangan, tidak terang namun sedikit membantu ku dalam melihat setiap sudut ruangan.
Tentu saja aku menoleh ke sumber suara yang sedang duduk di depan piano sambil menatapku. Sikapnya begitu keren. Begitu yang ku lihat.
"J-jungkook sunbae? Ada apa memanggilku kemari?" ucapku yang begitu gugup. Aku masih berdiri di ambang pintu tidak selera sedikitpun untuk melangkahkan kaki lebih jauh. Anggap saja sebagai antisipasi waspada dengan lelaki di depanku ini.
"Hyejin-ssi... Masuklah jangan berdiri di sana, kaki mu bahkan seperti tidak mampu berdiri dengan baik" kali ini Jungkook berucap sedikit lebih sopan. Kurasa dia melihat bagaimana caraku berdiri yang kian bergetar. Itulah kenyataannya.
Aku masih berusaha berpikir positif. Tapi sayang pikiran negatif telah menggerogoti sebagian besar pikiranku. Jika Jungkook memang tidak memiliki niat buruk apapun, maka tidak akan kuampuni diriku yang terus berpikiran sinting terhadap lelaki bermarga Jeon ini.
Dengan langkah ragu, aku mendekati Jungkook yang masih menatapku dengan senyuman, mungkin sedikit hangat. Entahlah aku tidak bisa mengartikannya.
"Ingin mendengar ceritaku?"
Tunggu. Ini seperti deja vu. Aku pernah mendengar kalimat semacam ini. Kenapa sangat mirip? Bahkan sama persis.
"C-cerita?"
Aku hanya menjawab dengan otak yang sibuk mencerna. Pertanyaanku hanya di balas anggukan olehnya. Sedetik kemudian Jungkook menepuk sebuah kursi di sebelahnya. Itu aba-aba untuk menyuruhku duduk di sebelahnya tentu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAM LIFE 🌠
Fiksi PenggemarHampir sebagian dari hidupku berada di dunia ilusi sana. Seluruhnya sudah ku rancang sedemikian rupa. Merangkai mimpi yang indah yang tak pernah kurasakan di dunia nyataku sebelumnya. Namun, semakin hari rasanya ini tidak benar. Ini hanya mimpi, seb...