♥ eighteen.

7 0 0
                                    

Entah sudah berapa hari aku tidak pernah menikmati sejuknya angin di taman sekolah, lezatnya makanan kantin yang selalu membuat perutku lapar, serunya melihat orang bermain basket di halaman sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah sudah berapa hari aku tidak pernah menikmati sejuknya angin di taman sekolah, lezatnya makanan kantin yang selalu membuat perutku lapar, serunya melihat orang bermain basket di halaman sekolah. Terhitung sudah 5 hari. Aku tidak pernah keluar kelas. Saat istirahat, Jimin langsung ke kelas membawakan bekal makan siang. Menemaniku makan hingga selesai. Jika jam pulang tiba, maka dengan segerapun Jimin menjemputku lalu langsung membawaku pulang ke rumah. Masuk kamar dan dilarang keluar rumah.

Ada apa dengan kakakku? Aneh? Tentu saja. Sangat aneh dan menakutkan. Semenjak Jeon Jungkook dan Bae Jinyoung hadir dengan kisah yang penuh misteri, kini hidupku juga tak kalah penuh misteri dengan sikap Park Jimin.

Aku melangkahkan kaki berjalan membuntuti kakak ku. Berusaha menyamakan langkahnya untuk bertanya sesuatu yang sulit ku ungkapkan belakangan ini. Di sudut lorong sebelum parkiran sekolah terlihat aku membulatkan tekat sembari mengumpulkan keberanian.

"Oppa?"

Tepat sekali. Hanya satu kata yang aku lontarkan berhasil menghentikan langkah Jimin.

"Jangan bertanya apapun disini. Kau bisa bertanya di rumah. Percepat langkahmu"

Lihat? Selalu seperti ini. Sama sekali tidak ada kata lembut untuk seorang Park Jimin sekarang. Berbeda dengan dulu, jika aku memanggilnya maka ia akan menjawab dengan lembut dan penuh kasih sayang. Sungguh aku merindukan kakak ku yang penuh perhatian.

Dengan helaan nafas dan langkah penuh keberatan yang menggebu, pada akhirnya aku hanya bisa patuh padanya. Terlebih mengingat eomma dan appa yang belum pulang dari perjalanan bisnisnya, karena itulah Jimin yang selalu mengurusku. Menyediakan kebutuhanku hingga menghidangkan makanan untuk kami berdua. Setidaknya itu cukup untuk dikatakan sebagai kakak yang baik.

Menyusuri jalanan legang dengan pepohonan rindang, udara yang sejuk dan burung-burung berkicauan. Inilah salah satu pemandangan favoritku setiap pulang sekolah. Namun, sudah sekitar 20 menit berlalu akan tetapi aku dan Kakak ku masih menempuh perjalanan yang berbeda dari biasanya. Ini bukan arah jalan menuju rumah. Lagi pula waktu tempuh saat pulang tidak sampai 20 menit.

Aku mulai berpikir kalau Jimin mungkin saja mengajakku makan siang? Atau mungkin dia merasa bersalah karena bersikap sedikit kasar padaku. Baiklah, mari memulai dengan berpikir positif.

"Oppa? Kita mau kemana? Apa mau makan siang? Kau tidak masak ya hari ini?"

Aku berucap sedikit keras di antara hembusan angin agar dapat terdengar oleh Jimin.

Jimin sedikit menoleh ke samping. Kurasa dia mendengarnya.
"Apa kau lapar? Kalau begitu kita akan makan dulu, baru menyelesaikan sesuatu" ucap Jimin dengan pandangan lurus ke depan fokus mengendarai motornya.

Keningku berkerut saat mendengar jawabannya. Itu berarti awalnya dia tidak berniat untuk makan siang, namun pergi ke suatu tempat yang menurutku tidak asing dalam memory ingatanku. Kalau tidak salah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DREAM LIFE 🌠 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang