Chapter 8: Ruang

4.5K 883 70
                                    

Jennie jdi visualnya Nissa setuju nggak? 😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jennie jdi visualnya Nissa setuju nggak? 😂

***

"Kan udah gue bilang Nis. Gue pura-pura jadi lo tapi kayaknya ketahuan. Waktu ketemu dia emang curiga tapi kayak masa bodoh gitu. Tau-tau dia udah ngerti kalau gue bukan lo." Karam menjelaskan pada sahabatnya yang nampak masih memendam kekesalan. Karam mencoba bertahan dalam kesabaran meskipun beberapa kali melirik kearah jam yang tertera di ponselnya. Ia harus segera ke café kampus.

Ini adalah hari Sabtu, perkuliahan libur namun café kampus buka namun hanya setengah hari. Dan pagi ini, Nissa mencegatnya di depan café seolah tidak sabar untuk mendengar penjelasan Karam.

"Kenapa lo nggak bilang kalau dia itu Kak Badai? Lo mau nikung gue ya?" Sedari tadi perempuan itu terus menyudutkan Karam, dan Karam tahu betul bahwa posisinya di sini sebagai pihak yang bersalah.

"Gini Nis. Pertama, gue beneran lupa dan lo sendiri nggak tanya lebih lanjut. Kedua, lo yang minta gue buat gagalin perjodohan lo karena lo punya gebetan sendiri. Ketiga, gue minta maaf karena gue lupa. Dan sekarang gue ada kerjaan di café." Karam berujar dengan ketenangan yang mengagumkan. Jika ini orang lain, pasti mereka sudah adu jambak sekarang.

"Sejauh mana hubungan lo sama Kak Badai?" Nissa masih jauh dari kata puas.

"Hubungan kami kayak anak sultan yang suka kasian lihat sobat missqueen kayak gue. Kami berdua bisa ngobrol karena gue sama dia sadar kalau kami nggak mungkin masuk ke ranah romantis." Karam menjelaskan dengan keyakinan yang dalam. Tak ada keraguan seakan gadis itu tahu benar dimana tempat ia berpijak.

Badai dan Karam seperti dua hal yang tidak akan pernah bisa disandingkan. Bahkan dari hal semacam takdir sejak mereka memiliki nama. Si kaya tidak akan dengan bodoh mencintai gadis miskin yang hobi makan sepertinya. Dan si miskin cukup tahu diri dimana batasan yang ada.

Mengetahui Karam sadar akan posisinya, Nissa terdiam. Perempuan itu menarik napas kemudian berucap dengan nada yang penuh akan rasa bersalah. "Yaudah, maaf ya Karam. Gue cuma kesel karena ngerasa lo nyembunyiin ini," ujarnya.

Karam mengangguk. "Gue juga minta maaf, bagaimanapun gue juga salah." Karam menarik senyum, tersenyum dengan canggung. "Gue kerja dulu ya," ujarnya pamit yang dibalas dengan anggukkan.

Karam berbalik memasuki café, tersenyum setengah meringis mendapati tatapan dari seniornya yang seolah penasaran dengan masalahnya. Semua pekerja café tahu bahwa Karam tidak memiliki banyak teman, dan melihat Karam bertengkar dengan temannya yang bisa dihitung jari membuat mereka khawatir. Karam adalah pekerja paling bontot, dan mereka semua menganggap Karam adalah adik manis yang paling suka dijahili.

 Karam adalah pekerja paling bontot, dan mereka semua menganggap Karam adalah adik manis yang paling suka dijahili

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
How To Love SomeoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang