o Vote sebelum baca ya teman...
o Masukkan ke readinglist...
o Fallaw akuh dan ig aku dengan username yang sama
o Kalian bisa ambil quotes di sini tapi jangan lupa cr-nya okaaayy...
o Kasih komentar ngegas, aku nggak suka kalian kalem! Netijen +62 harus ngegas!!!
o Jangan lupa baca doa sebelum baca dan cari tempat paling nyaman, tapi jangan di hati mantan.***
[Bersamamu aku menyadari bahwa sendiri tidak lagi seasik dulu.]
Karam keluar dari ruang staf setelah memberikan tatapan cemas untuk terakhir kalinya. Ia memasang senyum kepada beberapa pegawai, lalu pandangannya jatuh pada hal baru yang terletak di sudut café. Tepat di sebelah meja yang menjadi tempat ia menghabiskan waktu di café ini. Di sana, terdapat aquarium cukup besar yang berisi ikan-ikan kecil penuh warna. Tumbuhan laut dan beberapa karang tak luput memperindah aquarium itu.
Karam melangkahkan kaki mendekat, tertegun dengan apa yang ia lihat. Ini adalah aquarium yang ia lihat di pusat perbelanjaan beberapa hari yang lalu. Karam masih ingat betul dengan dekorasinya, juga dengan dua kuda laut yang menari bersama ikan lain. Karam tidak menyangka jika Badai akan membelinya.
Ada hal indah yang seringkali disembunyikan semesta.
Yang hadir walau samar.
Yang menjaga namun tak menjadi pilihan.
Yang memandangmu dalam keheningan.
Karam menoleh saat menyadari Badai sudah berdiri di sampingnya. Ia kini memakai kaos yang nampak nyaman dan pandangannya tertuju pada isi aquarium. Jantung Karam berdebar tak nyaman. Beberapa pikiran muncul memberikan ruang, namun ia tak berani untuk sekadar melangkahkan kaki.
"Ini yang waktu itu kan?" Karam bertanya dengan jawaban yang ia tahu dengan benar. Ia mendongakkan kepalanya untuk dapat melihat wajah Badai yang masih enggan menatapnya. Tangan Badai terulur ke samping aquarium, lalu menyodorkan makanan ikan pada Karam.
"Iya, mau kasih makan?" Badai berujar dengan suara setenang danau tak berpenghuni.
Meskipun seperti itu, Karam tetap diliputi kekhawatiran. Tak ada lagi permainan kata yang sering mereka lakukan. Tak ada Badai yang jengkel dan marah-marah. Badai begitu tenang hingga membuat Karam berpikir bahwa kini Badai menempatkan dirinya sebagai orang asing.
Bola-bola warna warni mulai menjadi rebutan ikan-ikan kecil. Kuda laut masih bergandengan tangan. Badai dan Karam terjebak dalam keheningan.
"Kapan belinya?" tanya Karam memecah keheningan.
Badai tak langsung menjawab. Pandangannya jatuh pada wajah Karam yang terfokus pada ikan-ikan kecil yang berebut makanan. "Waktu sama lo itu."
Saat Karam menoleh, Badai langsung mengalihkan pandangannya. "Kok gue nggak tau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
How To Love Someone
Fiksi RemajaHow to love someone? Ini adalah sebuah pesan. Untuk hati-hati yang terluka di penghujung malam. Untuk rindu-rindu yang tak tersampaikan. Dan untuk tangan-tangan yang tak mendapat balasan. Segala hal tentang cinta memang tidak selalu bahagia, namun...