pagi-pagi buta, changbin sudah terjaga. ia sengaja berdiam di teras depan. entah menunggu apa, intinya ia hanya termangu menatap jalan lebar di depan rumahnya. diam, sampai akhirnya ia melihat figur felix keluar, melewati gerbang rumahnya dengan topi anyaman yang duduk manis di kepala. "felix! mau kemana?"
pemuda yang dipanggil menoleh, matanya menyipit untuk melihat changbin menyembul dari balik pagar. "bantu petani, menumbuk padi. mau ikut?" dengan semangat changbin mengangguk.
*
dinginnya desa di pagi hari menusuk tulang changbin. langit mulai kebiruan, dan para petani mulai menggarap sawah. ia dan felix berjalan ke lahan kecil beratapkan daun kelapa kering serta lesung-lesung yang berjejer di naungannya. "nak changbin! tak menyangka kau mau ikut membantu." seorang nenek yang badannya bungkuk menepuk punggung changbin. "iya, nek." balas changbin dengan cengiran. "sekali-sekali aku membantu, bosan juga dirumah." memang iya, selama tiga minggu singgah di desa, changbin baru kali ini pergi ke sawah untuk benar-benar membantu.
lalu nenek itu memasukkan seember padi ke dalam lesung. "coba kalahkan lucas. dia anak yang paling bersemangat di antara yang lain." jari reyotnya menunjuk ke arah pemuda yang asik menumbuk padi dengan tenaga yang besar. beberapa kulit gabah sampai berlompatan keluar. "my lady, oh my lady!" ia bersenandung, mengundang gelak tawa bagi changbin.
*
felix menggenggam alu dengan jemari kecilnya. "lihat aku dulu, baru kau ikuti." lalu ia memperagakan cara menumbuk padi, memisahkan gabah dari beras dengan gerakan yang lembut namun cukup untuk mengelupas kulitnya. changbin mengangguk. "baik, baik. aku mau coba." kemudian ia mengambil alu dari felix, segera mempraktekan--sayangnya dengan cara yang salah. felix terkekeh kecil dibuatnya. "bukan begitu." ia memperbaiki posisi tangan changbin. hasilnya nihil, melorot lagi. "astaga."
*
"ini di sini--nah! itu dia." kedua tangan felix memalun tangan lebih besar yang melingkar di alu. "lalu naikkan perlahan." ia membawa alu naik, bersamaan dengan kedua pasang tangan yang masih berdekapan. "turunkan perlahan, agar gabahnya tidak tumpah." lalu kembali turun, dengan tangan yang juga berdekapan. tiba-tiba, felix melepas tangan dan menatapnya dengan kening mengerut. "kenapa tanganmu berkeringat, changbin? ini masih pukul setengah enam, udara sendingin hembusan surga." changbin sontak mengelap telapak pada celana. sial, mengapa ia jadi gugup?
*
masa gua kalo gugup keringet dingin anj jelek banget dah jadi lepek
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] verano | changlix ✔️
Short Story[selesai ] tentang musim panas mereka yang terselip cinta juga lara. soulmate!au changlix. spin-off book 1 destino warn; lowercase, bxb, typos, short chapters, 15+