xix. resahnya

800 196 12
                                    

changbin pamit pulang, dan tepat saat pintu rumahnya menutup rapat, felix yang hendak pulang juga ditarik menjauh oleh yeji. "kau kenapa?!" felix yang malang memekik kecil sembari memegangi lengannya yang memerah akibat cengkraman gadis hwang itu. yeji membawanya ke sisi bukit belakang pemukiman. bila sudah petang, tempat itu gelapnya bukan main. bulu-bulu halusnya meremang, felix dimakan rasa takut--ditambah ekspresi wajah yeji yang nampak seperti ingin membunuh seseorang membuat nyalinya makin ciut. yang bisa lelaki desa itu lakukan hanyalah mundur sampai punggungnya berbenturan dengan pohon jati kokoh sembari menunduk ketakutan.

*

"yeji?" selama lima menit menatap felix dengan kedua netra yang membulat merah, yeji tak berbicara sesingkat apapun. gadis itu hanya berkacak pinggang sembari sesekali mendengus. "yeji, aku ingin pulang. kau ingin bicara apa? ayo bicara di pemukiman saja." felix berusaha menarik lengan satin yeji, namun dengan mentah gadis itu menolak. ia menghempas jemari felix dengan kasar disertai alis yang naik sebelah. "kau ini masih tidak sadar ya, felix?" ia melipat tangannya di depan dada.

*

felix kesusahan menelan ludahnya. suasana ini begitu mencekam, dimulai dari langit yang sudah gulita dan yeji yang kian mendekat. gadis itu memegang kedua pundaknya, mencengkram dengan erat sampai-sampai felix kesakitan. "kau ... kau kenapa selalu dekat changbin sih?!" yeji memekik tertahan. napasnya menderu, terasa hangat di hidung felix yang menutup matanya lantaran ngeri. kemudian, yeji melepas cengkramannya. "mentang-mentang rumah kalian bersebelahan, kau jadi menempel terus. kau suka dengannya, hah?! bilang padaku!" dapat felix lihat tangan yeji mengepal erat, urat-urat halusnya menyembul sedikit.

*

"maaf, yeji. aku tak berniat membuatmu marah seperti ini." cicit lelaki pirang. ia asik memilin ujung kausnya demi mengurangi grogi. yeji menendang batu yang di hadapannya sebelum felix melanjutkan perkataan. "kau suka dengan changbin ya, ji?" yeji membalikkan tubuh, seiringan dengan surainya yang bergoyang lemas. "iya, memang kenapa?!" felix jadi bisu. tidak boleh, yeji tidak boleh tahu bahwa ia mendengar gema lonceng yang berdengung di belakang kepala saat kali pertama ia lihat changbin.

*

"jangan khawatir, yeji. aku tida suka pada changbin, kok."

"bagus. mulai besok menjauhlah."

dustanya membawa petaka.

[2] verano | changlix ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang