xvii. sigaret

902 210 10
                                    

senja kali ini dilewatinya bersama sunyi, changbin pergi ke tebing sendirian. ia akhirnya membeli sepeda sendiri di toko renjun, meski sudah bekas dan umurnya tua. terdengar dengikan setiap kali ia mengayuh, tetapi masih kuat dibawa jauh. ia memarkirkan sepedanya di bawah pohon jati, kemudian ia duduk di sisi tebing untuk beberapa menit, menanti baskara yang hendak berganti tugas dengan purnama. ia keluarkan sebatang rokok dari kantung serta pemantik, lalu membakar ujungnya dan menyesap batangan nikotin itu dalam-dalam.

*

changbin mengganjal rokok dengan kedua belah bibir, sementara tangan-tangannya bertumpu pada bebatuan kasar tebing. langit dengan semburat lazuardi kejinggaan membuat hati changbin damai, apalagi ketika cakrawala berangsur ungu--felix tiba-tiba datang dan duduk di sebelahnya. "aku suka senja. kau?" lelaki pirang mengayunkan kakinya kesana-kemari, kausnya sedikit berterbangan karena angin cukup kencang. "suka. apalagi jika dilewati bersama." celetuknya, membuat beribu pertanyaan terhenti di ujung lidah felix. "bersama siapa?"

sebelum menjawab, changbin mengeluarkan kepulan asap yang menggumpal di dalam mulut. "bersama ... siapa saja. aku suka melewati petang bersama orang yang membuatku nyaman." felix bergumam sebagai jawaban. angin berhembus makin kencang, memainkan surai mereka yang sudah tak karuan, membuat suara felix sedikit teredam. "apa aku termasuk?" kata-kata tak keluar dari mulut changbin tak keluar, mungkin ikut diterpa angin. tapi siapapun yang melihat sekilas juga paham ia mengangguk.

*

"kenapa kau merokok? bukannya itu tidak sehat?" changbin sudah habis dua batang. felix terheran-heran. "kakekku berhenti merokok semenjak pernapasannya mulai bermasalah. kau tidak takut seperti itu juga?" ia menaikkan kakinya yang menggantung, bersila menghadap changbin yang masih tak ambil pusing. "sudah kebiasaan, felix. susah dihilangkan." changbin menghela napas dengan keluarnya gas bernikotin dari hidung. "mau coba sekali?"

*

lima menit setelah menolak tawaran changbin, felix malah melempar kode-kode kepada pria itu untuk memberinya kesempatan lagi. "bagaimana ya, rasanya rokok. aduh, aku tak mau coba, tapi aku ingin tahu." entah sudah keberapa kalinya felix melontarkan kalimat itu. changbin sebenarnya sadar, ia hanya ingin mengulur waktu agar bisa di tebing lebih lama. changbin terlihat berpikir sebelum menarik puntung dari bibir dan menyodorkannya pada felix. "cobalah."

*

"ah, sial!" baru sekali hisap, felix sudah bengik. batuk tiada henti, memunculkan gelak tawa changbin. "rasanya masam. mirip seperti rasa mangga kak jaehwan!" menyebut salah satu peternak lele desa yang galak bukan main, changbin tambah terbahak-bahak. ia memegangi perutnya yang sakit dan rahang pegal karena tertawa. "aku takkan pernah merokok lagi." felix menggelengkan kepala. "kau tak mau coba berhenti?" changbin menggeleng. "jika sudah candu pasti sulit." seperti menilik paras elokmu, felix. sudah candu, aku susah berhenti.

*

HALLLLLLOOOOLOLOLOLO

gila un kok gua selaw ya ehhe selaw dalam menangis mksdnya huhu setres ajg

bakalan up lagii nanti tapi gak sesering dulu kayaknya, masih banyak hal yg harus diurus

btw si binnie jangan ditiru ya gaize dosa

[2] verano | changlix ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang