"sejak kau datang, aku sudah dengar bunyi lonceng itu, changbin. hanya saja aku kurang yakin. karena kau langsung mengalihkan pandanganmu saat itu." ah, iya. changbin teralihkan oleh adik sahabatnya yang kebetulan lewat dan menyambut. "aku takut kalau aku hanya salah dengar--takut kalau kau sebenarnya tidak mendengar lonceng itu. ingin sekali kubertanya, changbin. tetapi, ya, aku takut kau akan menganggapku aneh atau terlalu percaya diri dan menghindar." kemudian felix diam. tiada kata yang dilontarkan dari bibir keringnya lagi, tinggalkan dirinya dan changbin dilahap tenangnya pantai.
"felix ...." setelah sama-sama hening, sama-sama fikirkan berbagaimacam kemungkinan yang bisa saja terjadi setiap sekonnya, semesta akhirnya berhasil mendesak changbin untuk memulai. dia meniti kedua tungkainya untuk maju. selangkah ... dua langkah ... tiga langkah ... dan pada langkah ke empat, sudah cukup bagi changbin untuk meraih tubuh mungil felix dan mendekapkan kepalanya di dada. kedua tangan si pemuda kota tiada hentinya merayau punggung sempit felix yang kini sedang berusaha untuk meredama tangisnya, mesti ia sendiri tahu itu sudah tidak bisa disembunyikan. kaus changbin sudah basah terlebih dahulu.
changbin mendesah kecil. "lix, maafkan aku. sungguh." ucapnya. kini, changbin juga menahan tangis. rasa kesal, bingung, dan menyesal bercampur aduk dan bergerumul di dalam dada. "aku juga dengar lonceng itu. dan apa yang kurasa persis seperti apa yang kau rasa. aku tidak ingin pertemanan kita terbuang sia-sia hanya karena sistem bodoh ini, felix. lagipula, aku tidak akan pernah menganggapmu orang aneh. tidak akan. merasa seperti itu normal, kok. jangan pernah berfikir seperti itu lagi, ya?" tangan changbin berpindah ke pucuk kepala felix, menepuknya beberapa kali. felix mengangguk kecil tanpa mau melepas pelukan dari changbin yang terkekeh kecil, kegemasan.
"oh ya, felix, maafkan aku, ya?" kata changbin lagi.
felix menaikkan sebelah alis. "maaf untuk apa?"
"untuk ...." changbin berfikir terlebih dahulu sebelum melanjutkan kata-katanya. "untuk segalanya. maaf aku menyimpan rahasia darimu, dan malah cerita ke chaeyoung. maaf aku sempat menghindar darimu--itu karena aku malu lihat kamu, haha. maaf juga aku menciummu tanpa izin." setelah itu, pukulan ringan menghantam dadanya. felix ikut terkekeh. "sudah, jangan bahas itu lagi." katanya, membuang muka. "aku memandangi laut saja, ya. habisnya wajahmu menyebalkan." ia berceletuk, sebabkan changbin berdecih kecil. padahal itu hanya alasan felix untuk menyembunyikan rona merah di wajahnya.
changbin ikut berbalik badan, memandangi laut. "kalau kita ternyata memang berpasangan, lucu juga." katanya. felix menyenggol sisi tubuh changbin dengan sikut. "ada-ada saja--HEY, CHANGBIN!" kedua bola mata felix mebulat, kemudian pria itu melompat kecil di udara. "tandanya!" changbin diam sebentar. tanda? berpasangan?
sedetik kemudian, kesadarannya kembali dan ikut membulatkan netra, segera mengangkat lengan dan menarik kain baju yang menutupi jemari.
tanda merah itu ada di kelingkingnya, dan juga kelingking felix.
***
MAKSA BGT NGA SIHHH NI CHAPTER HAHAHSHAH
maaf kalo agak cringe, udah rada ngantuk :,) good night gaiss
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] verano | changlix ✔️
Historia Corta[selesai ] tentang musim panas mereka yang terselip cinta juga lara. soulmate!au changlix. spin-off book 1 destino warn; lowercase, bxb, typos, short chapters, 15+