xxxv. pendopo

776 185 4
                                    

"ya ampun! lenganmu kenapa?" remaja-remaja yang lain terlihat kaget begitu lihat bercak kemerahan terpampang dengan jelas, terutama lucas. dia memang yang paling heboh. pemuda wong itu mendekat dan kemudian bertingkah seolah dirinya seorang pesulap atau dukun kemudian memantra lengan felix. "pasti setelah ini sembuh." katanya sembari berkacak pinggang. setelah itu, tempelengan dari jihoon menyusul. "goblok. itu malah buat luka felix makin parah." semuanya tertawa. "kemarin terkena air panas. sudah diobati changbin, kok." felix menjawab. tiba-tiba saja figur yang sebelumnya tak ada di sana muncul dari balik punggung tzuyu. "felix sakit? siapa yang obati?"

*

itu yeji. felix gelagapan, sementara changbin menyenggol bahunya. "siapa yang obati, felix?" dia menaik-turunkan alisnya, berniat menggoda bocah itu. felix tentu bingung bukan main, dia berkali-kali memilin ujung kaus dan ah-uh-ah-uh tidak jelas sampai akhirnya dia jawab, "changbin." senyuman tipis tercipta oleh changbin ketika felix berkata demikian. tangannya menepuk surai keemasan lelaki di sebelah beberapa kali sebelum menatap yeji. "aku yang obati. kenapa?"

yeji senyum paksa. "tak apa."

*

hari ini, semuanya sepakat untuk main di pendopo saja. letaknya ada di dekat balai desa, tepatnya di pusat pulau ini. semua orang harus membawa sepeda, karena lumayan jauh. changbin tentu bonceng felix. tangan lelaki itu masih memungkinkan untuk membawa sepeda, tapi ia ingin modus saja, walau felix lumayan berat untuk dibonceng. dia berkali-kali tidak sengaja ingin tabrak sepeda yang ditumpangi renjun. sudah lumayan lama mereka tak sedekat ini. "heh, pendopo masih jauh, ya?" changbin berteriak pada sepeda di depan. "sedikit lagi, kok." renjun yang jawab. "kau capek ya, changbin? berhenti saja, aku bisa jalan. sudah dekat, kok."

"serius?"

felix menangguk. kemudian changbin melambatkan laju sepeda, membiarkan yang lain jalan terlebih dahulu dan menurunkan felix. alih-alih melanjutkan perjalanan, changbin ikut turun juga. bedanya, kedua tangan pria itu memegangi stang sepeda. "loh, kok tidak ikut?"

"katanya mau jalan. ayo!"

*

"waduh, ada yang habis berpacaran tuh." chaeyoung membentuk corong dengan kedua tangan dan berteriak melaluinya. changbin dan felix yang baru sampai langsung canggung, sama-sama buang muka, garuk tengkuk, menahan senyum, dan salah tingkah sendiri. "tidak pacaran, kok." changbin yang menyahut. dirinya kemudian bersatu dengan yang lainnya, bergoler di bawah naungan atap kerucut pendopo sembari berbincang ringan. siang itu terik, namun anginnya cukup kencang. lumayan, ac alam.

*

para remaja itu pulang ketika para pengurus desa hendak berkumpul di sana. pendopo memang sering dipakai oleh mereka untuk main poker, atau minum soju bersama sebelum malam hari. jadi sebaiknya yang masih di bawah umur pulang saja. felix kini dipaksa ikut boncengan changbin. hari akan segera berakhir dan perjalanan jauh pasti akan buat lelaki mungil itu pulang telat dan kelelahan. "changbin, felix tidak mau, tuh. mending kau bonceng aku saja. rumahku dan kau kan dekat." yeji menghampiri. rupanya dia masih di pendopo.

changbin menaikki sebelah alis. "untuk apa? kau kan ada sepeda." katanya. "lagipula, rumahku dan felix lebih dekat. bersebelahan. sementara kita bersebrangan." dia tersenyum kecut setelahnya.

"rantai sepedaku rusak."

decakan terdengar. "what are you? five?" kemudian dia menyuruh felix menapakkan kaki di jalu sepeda dan melesat jauh.

[2] verano | changlix ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang