xlviii. dia benar-benar tahu

702 147 11
                                    

seluruh dunia membeku. pohon-pohon berhenti berdansa dan angin semilir yang berlalu lalang terasa lebih menerka, terasa lebih dingin daripada biasanya—buat bulu kuduk changbin meremang. apa yang diucap felix betul-betul membuat benak changbin terguncang. beribu pertanyaan bergerumul di kepala, dan changbin terlalu buncah untuk setidaknya mengeluarkan satu saja. ia berdeham, kemudian menggaruk tengkuknya kasar. "maksudmu bagaimana?"

"ya, aku tahu."

"tahu apa?"

"tahu apa yang akan kamu katakan padaku, changbin." si pemuda desa kemudian menjuntaikan kedua lengannya. dia kemudian menoleh kepada lelaki satunya lagi yang senantiasa mengernyitkan dahinya karena berfikir keras. changbin kesulitan menelan ludahnya. apa maksud felix? apakah si pria mungil itu sudah tahu apa yang changbin lakukan padanya di pantai malam itu? atau ia ingin mengatakan hal lain? changbin memaksakan senyum. "siapa bilang aku ingin mengatakan sesuatu? aku hanya ingin bermain bersamamu saja, kok!" dia tertawa renyah, dibalas dengusan oleh si lawan bicara yang masih menatap ke dalam netranya.

felix mengedikkan kedua bahu, "changbin, aku tahu kamu, walau pertemanan kita belum terlalu lama. ada yang kau sembunyikan dariku, kan? ada yang kau pendam di dalam sini terlalu lama, kan?!" felix menyentuh dada changbin dengan telunjuk kanannya, "kenapa harus diam-diam sih, changbin? hah? kenapa aku tidak boleh tahu? kenapa hanya chaeyoung yang tahu? aku kira usahaku selama ini untuk menjadi teman dekatmu sudah cukup untuk mendapat kepercayaan darimu? changbin, jujur, aku tidak marah, hanya sedikit kecewa."

changbin mengatup mulutnya rapat-rapat. lidahnya terasa kelu untuk digerakkan, dan kedua bibirnya seperti sudah dijahit rekat oleh benang tak kasat mata. nafasnya menderu kencang, dan degup jantungnya kian meningkat. kenapa felix tahu tentang chaeyoung, dan bagaimana ia bisa tahu bahwa changbin menyembunyikan sesuatu dari dia? satu-satunya hal yang bisa changbin lakukan adalah diam. berdiri tegak dengan pandangannya yang tak luput dari wajah felix. kelopak mata pemuda desa itu sudah membendung buliran air mata yang siap terjun kapan saja.

"jangan diam saja, changbin." suara felix mulai bergetar. netranya memerah, dan kini kristal bening telah berlarian menyebrangi pipinya. "felix, aku--" changbin maju, merentangkan tangannya lebar untuk membawa felix ke dalam pelukan, yang akhirnya ditepis. "aku tidak ingin pelukan. aku hanya ingin pengakuan." changbin menghela napasnya kasar. "pengakuan apa, lee felix?! apa yang harus aku akui padamu? jujur, aku pergi kesini hanya untuk bersenang-senang. i dont want things to go this way."

tangisan felix semakin jadi. lelaki itu tak lagi menahan isaknya, berbalik badan dan kemudian menangis sembari memunggungi changbin--changbin tetap diam, berikan felix waktu sampai ia bisa mengendalikan dirinya kembali. sekitar lima menit ditelan keheningan dan isakan felix, akhirnya pria itu berhenti. dia mengacak-acak rambutnya kasar kemudian kembali menghadap ke laut. "kamu bodoh sekali, changbin."

"malam itu, aku belum sepenuhnya tertidur."

***

HAI?????? wah gila uda membusuk beneran dah ni work :((

maaf banget udah lama nelantarin work ini. ive been busy. terakhir update bulan september tahun lalu, berarti dah lima bulan nih berdebu wkwkw. bulan november tahun kmrn ada lomba, jd harus latihan full day. trus naik ke tingkat dki, latihan lagi sebulan penuh gamasuk kelas. banyak praktek karena mau ukom, banyak materi yang harus dikejar jugaa banyak tugas juga, jd maaf yaa ak suda menggantung klean :(

dikit lagi worknya selesai kok, beberapa chapter lagi

[2] verano | changlix ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang