"y-yasudah! kenapa kau malah menangis? bukankah itu hal yang baik?" chaeyoung mendadak jadi penadang tisu yang terus-terusan ditarik oleh changbin. taman belakang gadis itu dadakan jadi saksi bisu laranya si pemuda kota--yang agak mengejutkan karena dia terlihat kuat saja selama ini. "aku tidak tahu, chae. kemarin chaewon juga menciumnya di-" tumpukan tisu di tangan gadis son itu berhamburan seraya empunya berdiri. "chaewon?! dia mencium felix?! astaga. astaga. astaga. berani sekali!" chaeyoung ikut panik. "lalu bagaimana, binnie?" napas changbin dihelakan ketika sesenggukkannya mulai mereda. "aku takut bila lima hari lagi, tanda itu malah muncul di kelingking chaewon. sepertinya aku mulai gila karena sistem bodoh ini, chae. nampaknya aku kehilangan kewarasanku. tolong." chaeyoung tidak bisa apa-apa selain berdecak ketika lihat changbin malah menenggelamkan wajahnya dalam lingkup tangan.
*
"hei, hei, hei, ini dia si pemuda kota yang sibuk belakangan hari ini!" ketika chaeyoung mengantar changbin ke depan gerbangnya, mark dan renjun lewat. "kemana saja kau, changbin? aku tidak lihat kehadiranmu di sawah dua hari ini." ucap mark. "dua hari ini para remaja juga tidak berkumpul. bagaimana kalau kita bermain saja sore nanti? ibuku memasak enak hari ini. kita bisa bawa semuanya ke bukit dekat toko dan makan di sana. mau?" renjun menimpali. "ah, pokoknya harus mau! semua harus datang, tidak ada penolakan. sampai jumpa nanti changbin, chae, kami ingin menghampiri yang lain dulu!"
*
"tidak mau! tidak mau!" changbin menepuk keningnya bertubi-tubi. dirinya panik, karena hendak bertemu felix (lagi). dia agak ragu bila kakek mengizinkan cucunya itu, dan pasti felix akan menurut dengan apa yang dikatakan kakeknya. tapi praduga changbin dipatahkan ketika mark dan renjun kembali dengan felix dan jihoon. "hai chaeyoung, changbin. sedang apa kalian?" begitu laju sepedanya berhenti, felix memandangi changbin dengan aura skeptis.
chaeyoung mengedikkan bahu. "dia hendak meminjam pompa ban tadi. sepertinya gembes sedikit."
"oalah, begitu."
chaeyoung memang kawan yang baik.
*
tak seperti biasanya, kumpulan remaja itu membubarkan diri ketika hari menjelang sore. tzuyu harus segera pulang, kondisi ibunya belum stabil. kerabat mark ternyata sedang berkunjung, dan ia tidak bisa berlama-lama main. changbin sendiri pun pulang terlebih dulu. dia pamit pada semuanya dan langsung meluncur dengan sepeda walau felix berteriak dari belakang, menyebut namanya berulang kali karena ingin pulang bersama. aduh, karena masalah ini, gelar 'pemuda kota yang keren' sudah dilibas oleh gelar 'pemuda kota yang cemen' dalam kurun waktu kurang dari sehari. rasanya gejolak darah di wajah changbin direbus hingga panas, sebabkan pipinya merah-merah tiap berbicara dengan felix.
"changbin, kau demam? wajahmu merah sekali." tanpa rasa berdosa, felix meletakkan punggung tangannya di jidat changbin, yang justru membuat lelaki seo itu makin mirip dengan tomat matang. "tidak, tidak kok! hehe." dan dengan perlahan, dia tepis lengan felix dari hadapannya. "oh. baguslah."
*
sampai di kamar, changbin beralih lagi menjadi seperti gadis remaja yang baru putus asmara. guling sana, guling sini. tendang sana, tendang sini. misuh tiada henti. bila bantalnya punya mulut, mungkin ia akan mengeluh atas kebawelan changbin yang menjadikan dirinya sebagai teman curhat dadakan. rasanya changbin ingin telepon kawan kotanya. dia rasa kawannya itu punya jawaban yang tepat. karena ponsel tidak ada, changbin rela mengikis tenaganya untuk ke toko renjun lagi.
*
"tolong berjanjilah, jangan beritahu apapun tentang telefon ini bila kau dengar." kedua telapak tangan changbin yang disatukan bergetar di hadapan wajah renjun. "iya, iya. lagipula aku tidak akan menguping. yasudah, aku ke belakang dulu." kemudian renjun meninggalkan changbin berdiri di dalam kotak wartel toko kelontongnya. selepas renjun hilang dari pandangan, changbin dengan cekatan memencet angka demi angka, yang kemudian terakit jadi nomor telepon seseorang.
tut ... tut ...
bip!
"halo, hyunjin yang berbicara!"
*
"yang benar?! astaga, kawan, kau itu kenapa, sih?! otakmu kosong, ya? bodoh sekali. harusnya kau kecup dia saat kalian sama-sama sadar, terjaga. ah, percayalah, lima hari lagi, dia akan menangis dalam pelukan kakeknya, dan coba cari tahu siapa yang punya tanda merah juga. felix adalah orang tercengeng yang aku tahu, bin. dia sangat mudah menangis."
"orang tercengeng setelah jeongin."
"hey, jangan ledek pacarku! tapi benar, sih. jeongin cengeng juga. kembali ke topik, kawan. apa yang akan kau lakukan dalam empat hari lagi?"
"entahlah, jin. aku hanya ingin tanda itu tidak muncul di tangan chaewon."
"bila munculnya di tanganmu, bagaimana?"
" ... itu anugerah."
*
HAIII maaf telat bgt gais aku seminggu ini sakit gaada ide buat nulis :(
KAMU SEDANG MEMBACA
[2] verano | changlix ✔️
Historia Corta[selesai ] tentang musim panas mereka yang terselip cinta juga lara. soulmate!au changlix. spin-off book 1 destino warn; lowercase, bxb, typos, short chapters, 15+