viii. seruling dan senja

1.1K 255 3
                                    

sorenya changbin selama dua minggu singgah di desa hanya duduk di teras samping sembari memetik dawai, terkadang ditemani oleh milka--anjing felix--yang biasanya tertidur bersender di pinggangnya. kedua netra tegas itu menatap lurus pada lembayung senja yang berangsur keunguan, berandai-andai apa yang terjadi di kota sana, orangtuanya, kawan-kawannya, semuanya. walau mulai betah, tetap saja changbin rindu rumahnya.

*

suara pagar berkarat yang tersendat sampai pada pendengaran changbin, maka kepalanya tergerak untuk sedikit melongok pada rumah taehyung. di sana, perempuan yang menyandang status adik dari kawannya baru saja melangkahkan kaki keluar dengan mimik bahagia, berdendang pada lagu-lagu bertempo cepat, kemudian berjalan ke arah rumah di hadapannya. changbin spontan menarik kepalanya, berpura-pura tidak melihat dan menyenderkan gitarnya pada bingkai pintu.

"sore, sobat kotaku! semalam kak jungkook membawa dua kotak mochi, tak habis. yang lain sudah kubagikan, sisanya untukmu." tangan panjangnya menjulurkan kotak makan merah, sedikit menghentakkan ke udara, memaksa changbin menerima.

"dimakan, ya! aku pulang dulu, kak tae butuh bantuan. semoga soremu indah, changbin." suara selembut sutra itu tak dijawab sepatah katapun.

*

milka mendengkur kala changbin kembali memetik dawai. tubuh berbulu itu meregang imut sebelum akhirnya tertidur kembali. changbin mengulas senyum, lalu alunan lembut seruling menggema di telinga.

*

entah sudah berapa lama netra kembar changbin itu mencuri pandang pada lelaki yang asik bermain seruling di atas balkon rumah sebelah, berdansa dengan hiliran angin sore. ia menilik paras elok felix dari jauh, wajah berbayangnya terlihat begitu sempurna, memikat hati para adam maupun hawa--changbin akui itu fakta yang mutlak.

"eh, maaf. aku mengganggumu ya?" felix berhenti meniup serulingnya. kedua tangan bertumpu pada batas balkon, menjulurkan kepala ke bawah--mendapati changbin yang pura-pura menatap langit. kemudian ia menggeleng, "tidak. terdengar indah bagiku. coba lanjutkan!" felix mengiyakan. dengan semangat ia mengangkat serulingnya lagi, dengan lembut memainkan partitur musik, membuat burung-burung gereja ikut menikmati dengan riang. "ayo duet saja, changbin. kau keren."

berakhirlah mereka bersenandung pada alunan remik musik, keduanya tersenyum hangat dan changbin tidur nyenyak malamnya.

*

woi gua bnr bnr gatau ini ngebaperin apa engga hsuajsush

[2] verano | changlix ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang