xxxii. dermaga dan kembalinya

853 193 14
                                    

selepas chaewon berkata demikian, changbin paham rivalnya kali ini lebih ketat. chaewon bukanlah lawan yang mudah. ah, kenapa jatuhnya changbin jadi menjadikan felix sebagai 'hadiah'? dan juga, kenapa chaewon harus datang. masalah orang yang mengancam felix saja belum terurus, sekarang datanglah si kembang desa. peluh changbin bercucuran seraya pikirannya yang melebur entah kemana. ia kemudian lanjut menyiangi sawah sembari memperhatikan felix yang diintili oleh chaewon kemanapun.

biar saja, kita lihat dulu bagaimana ia bermain, pikir changbin.

*

"felix, temani aku memancing." selepas tuntas dengan pekerjaannya, changbin sesegera mungkin menghampiri felix yang sudah sendirian. chaewon entah pergi kemana, lucas sudah pamit pulang karena neneknya sedang sakit. "memancing?" felix mengangkat topi anyamnya yang menghalangi wajah. sialan, lelaki itu tampak sangat mengagumkan--meski ia sangat berkeringat dan bau matahari. changbin jadi susah berbicara. "ah, iya. memancing. di tebing kemarin. sudah lama aku tak kesana." changbin cekatan mengangkat alat pancing yang ia pinjam dari mark, mengingat rumah lelaki leo itu terbilang dekat dengan sawah.

felix terlihat ragu, lagi. ia menggigit pipi bagian dalam dan memainkan jemarinya. changbin berdecak. "ayolah. mau sampai kapan kau begini?"

*

akhirnya felix setuju dengan ajakan changbin. tapi ia tak memancing di pinggir tebing, melainkan di dermaga saat pertama kali changbin menapakkan kaki di desa asri ini. kebetulan jungkook hendak pergi ke sana juga, jadi ia memberikan tumpangan di mobil pick upnya pada kedua remaja itu. "kak, tolong jangan beritahu yeji kita pergi memancing berdua." changbin berkata. jungkook menaikkan kedua alisnya, sementara felix terhenyak dan tak tahu harus apa. "dengar," jungkook menghela napas, "aku tahu iparku itu kelewat egois. ia sering mengusikmu belakangan ini, kan? terlihat jelas. dia juga sering meracau hal-hal tentangmu saat malam hari."

changbin diam. "dia jelas ingin memilikimu seutuhnya, changbin."

*

"kau terlihat kosong." changbin menempelkan botol berisi air dingin di pipi felix yang agak menirus. "hah?" lelaki itu kaget, namun ia menerima pemberian changbin dan berterimakasih setelahnya. "aku tidak apa." kata felix. dia menggaruk tengkuknya kasar, dan detik berikutnya, pipi tambun felix digenggam changbin. tangan yang lebih kuat itu menghadapkan wajah felix ke wajah changbin untuk sepersekian sekon. keduanya diam, changbin asik menyelam ke dalam manik felix, sementara felix sibuk menahan roda merah yang menyeruak sampai ke kuping. ia hampir saja melempar tinju pada changbin bila lelaki itu mengulur waktu lebih lama.

"matamu tak berkata kau baik-baik saja." changbin berceletuk setelah melepas genggamannya pada wajah felix. yang dikomentari berdeham. "entahlah."

changbin menghela napas yang panjang. "dengar, felix. apapun yang membuat kau mencipta jarak denganku, abaikan saja mulai sekarang. jangan takut, karena kau punya aku." ia kemudian menumpukan tubuh di tiang pembatas dermaga. "jangan pernah begini lagi. oke?" felix mengatup mulutnya rapat-rapat. mendengar itu, pikirannya jadi kacau. jantungnya juga bergerak sedikit lebih cepat. felix tidak tahu harus merespon bagaimana, sehingga ia hanya menangkup wajahnya di balik telapak tangan.

changbin kira felix menangis. padahal ia tersenyum selebar-lebarnya.

*

HIYA HIYA UDA BERDEBU NI BOOK

[2] verano | changlix ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang