Para tamu berdatangan dengan wajah-wajah bahagia kereka. Begitu juga orang tua dari Ran dan Faiz. Terlihat begitu bahagia dengan pertunangan ini. Faiz yang sebenarnya masih agak bimbang apakah Ran benar-benar ingin bertunangan dan menikah dengan dirinya atau karena terpaksa, memaksa dirinya untuk ikut tersenyum lebar. Seakan ikut merasakan kebahagiaan yang lainnya.
Dekorasi ruangan pertunangan sengaja dibuat seminimalis mungkin. Memang itu keinginan Ran. Selain Ran yang sebenarnya memang tak terlalu suka kemewahan yang berlebihan, Ran juga sangat benci dengan pertunangan ini. Rasanya ingin dia batalkan saja andai dia sanggup. Tapi apa lah daya. Dia sama sekali tak kuasa.
Gaun indah yang sudah dipesan seminggu yang lalu, telah disematkan di tubuh indah Ran saat Ran memasuki ruang acara pertunangannya. Semua mata tertuju padanya. Tak luput juga Faiz. Menelan ludah. Matanya mengerjap beberapa kali. Takjub melihat kecantikan paras Ran dengan make up minimalis pula.
Akhirnya tiba lah saat pembawa acara memberi aba-aba pemasangan cincin pertunangan antara Ran dan Faiz. Cincin pertunangan itu pun melingkar di jari manis Ran dan Faiz. Menandakan Ran telah resmi bertunangan dengan Faiz. Semua tamu undangan yang datang bergantian memberi selamat. Tak banyak. Cuma keluarga dekat saja yang diundang.
Ran tak mengundang teman kampusnya. Dia pikir, itu tidak perlu. Nanti saja, saat pernikahan Ran dan Faiz saja Ran akan mengundang mereka.
"Nah, selamat, ya, sayang. Baik-baik, loh, jangan berantem sama Faiz!" pesan Mita.
"Iya, Ma," jawab Ran malas dengan sedikit senyum yang dipaksakan tercipta.
"Selamat juga, ya, Faiz. Titip Ran, ya, tolong jagain dia. Sebentar lagi, kan, kamu bakalan jadi suaminya," ujar Mita pada Faiz calon menantunya.
"Iya, siap, Tante!"
"Nggak kerasa, ya, Mbak, anak-anak sudah tunangan. Bentar lagi nikah, deh," sambung Hesti.
"Iya, bener banget, Mbak Hesti."
Acara pertunangan Ran dan Faiz di gelar sesederhana mungkin. Toh, Ran juga tidak ingin banyak orang yang tahu tentang hal ini. Maka dari itu, Ran tak mengundang teman-teman kampusnya.
Tinggal Faiz dan Ran di ruangan itu. Semua tamu telah pulang. Keduanya terlihat sangat canggung satu sama lain. Faiz berusaha mengumpulkan keberanian untuk menyapa Ran terlebih dahulu. Meski agak ragu saat membayangkan respon Ran yang sering judes terhadap Faiz.
"Ehhem, Eee, Ran. Apa kabar?" bisik Faiz.
Sial! Apa-apaan, sih, Faiz, pertanyaannya garing sekali. Sudah kelihatan sejak awal kalau Ran baik-baik saja, masih ditanyakan. Seperti tak ada pertanyaan lain saja. Terlalu kentara kalau itu cuma basa-basi Faiz agar bisa menyapa Ran. Pasti lah Ran langsung mengerti kalau itu cuma basa-basi Faiz.
"Alhamdulillah."
"Kamu sudah makan, belum?"
"Belum."
"Aku ambilkan, ya?"
"Nggak usah, aku nggak lapar."
"Tapi kamu harus makan. Sedikit saja, ya?"
"Terserah, deh!" Ran tak suka dipaksa. Daripada jadi panjang, Ran pasrah saja.
"Ya sudah, tunggu sebentar, ya, akan aku ambilkan nasinya," ujar Faiz sebelum pergi mengambilkan nasi untuk Ran.
Ran memakan makanan yang diambilkan Faiz asal-asalan. Tentunya dengan ekspresi wajah kecut, seperti biasa. Namun Faiz begitu sabar melihat sikap Ran yang seperti itu. Sudah kebal dia dijudesin atau dicuekin Ran.
~~~°°°~~~
Acara pertunangan telah terlaksana dengan baik. Sekarang waktunya Ran kembali ke kampus untuk menimba ilmu. Ya, mau bagaimana lagi. Walau rasa lelahnya masih terasa, Ran harus tetap pergi ke kampus. Daripada ketinggalan kuliah lebih banyak lagi. Pagi-pagi Ren sudah mengantar Ran ke kampus. Sekalian Ren juga hendak mengikuti kuliah.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] You're Mine (Raniz) (TERBIT)
Romance[Follow dulu sebelum baca ya 😄 makasih atas pengertiannya ... Maap merepotkan 😋] [17+] Cinta monyet masa kecil yang membuat Faiz bersikeras mempertahankan pernikahannya dengan Ran yang sama sekali tak mencintainya. Berbagai cara sudah dilakukan F...