Sebelum berangkat mengajar, Faiz duduk di ruang makan hendak sarapan. Ran pun ikut duduk di hadapannya sambil terus memandang Faiz intens.
"Aku mau mandi. Pengen mandi sama air hangat," ucap Faiz memberi kode sekaligus menguji Ran.
"Tinggal mandi aja. Nggak usah ribet jadi cowok," ketus Ran.
"Astaghfirullah. Jadi begini sikap istriku pada suaminya? Sungguh aku tak pernah membayangkannya. Boro-boro diperhatiin. Ini malah diketusin." batin Faiz. Faiz menghela panjang, berusaha tetap sabar menghadapi Ran.
"Minta aja sama Sari. Kamu, kan, suka sekali diurusin dia," sindir Ran lalu memindah sepotong ayam ke piringnya.
"Nggak perlu, aku sudah mandi pakai air hangat bikinan Sari tadi. Lama-lama, aku nikahin juga, nih, si Sari," kata Faiz asal.
Ran yang mendengarnya terbelalak dengan mulut menganga seketika. "Coba aja kalau berani!" gumam Ran yang hampir tak terdengar namun nyatanya telinga Faiz sangat tajam sehingga bisa mendengarnya.
"Beneran, ya, aku boleh poligami?"
Ran melengos tak menjawab. Rasanya Faiz ingin sekali tertawa lebar saat melihat ekspresi wajah Ran. Untungnya dia bisa menahannya.
"Ya, sudah. Makan, tuh, sarapannya, nanti keburu dingin, nasi gorengnya jadi nggak enak," titah Faiz.
"Aku kenyang," sahut Ran melepas garpu dan sendok makannya.
"Hah? Kok, bisa?"
"Ya, bisa aja. Cepetan makannya, nanti aku telat kuliah."
"Hm? Kamu mau aku antar? Kirain bakalan ada yang jemput kamu. Jadi, aku, kan, enak nggak usah nganterin kamu."
"Sebenarnya kamu mau atau nggak, sih, nganterin aku?"
"Mmm.. Gimana ya... Ya, mau nggak mau, kamu, kan, masih istriku. Jadi masih tanggung jawabku jadi sopir kamu," jawab Faiz sekaligus menggodanya.
"Kalau kamu terpaksa, aku bisa, kok, pakai ojek on line."
"Nggak usah. Boros ongkos! Aku antar saja. Tapi tungguin aku makan, ya?"
"Cepetan!"
"Makan itu, nggak boleh buru-buru. Kan, harus dikunyah dengan baik dulu, baru ditelan."
Bibi-ibu Sari jadi tersenyum mendengar perdebatan kecil Faiz dan Ran.
"Hehe, Bibi jadi tersenyum, tuh. Benar, kan, Bi?"
Bibi mengangguk.
"Sini, Bi, sarapan bareng aku!" ajak Faiz tulus.
"Makasih, Mas Faiz, Bibi sudah sarapan, kok."
"Kalau Sari, gimana? Sudah sarapan juga?" tanya Faiz seraya melirik Ran. Sengaja, sekaligus ingin menggoda istrinya.
Ran mencebikkan bibirnya. Dia sadar kalau Faiz sedang menggodanya saja.
"Kamu seriusan nggak mau sarapan? Kalau sampai aku dapat telepon yang memberi tahu kalau kamu pingsan, aku nggak tanggung jawab, loh, ya. Aku malu, nanti dikira aku nggak kasih makan istriku. Padahal, kan, aku sudah mengajakmu makan."
"Nanti kalau aku telat, gimana?" Ran beralasan karena malu sudah menolak sebelumnya, namun tetap makan juga.
Faiz santai saja karena dia sudah tahu jam berapa kuliah pertama Ran hari ini dimulai. Dia juga sadar kalau itu cuma alasan Ran agar tak malu. Faiz tak berkata apa-apa, takutnya Ran ngambek tidak mau makan lagi. Faiz langsung menuangkan nasi goreng di atas piring Ran. Ya, begitu lah Faiz, tetap perhatian pada istrinya meski kalakuan istrinya tak seperti yang ia harapkan dari dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] You're Mine (Raniz) (TERBIT)
Romance[Follow dulu sebelum baca ya 😄 makasih atas pengertiannya ... Maap merepotkan 😋] [17+] Cinta monyet masa kecil yang membuat Faiz bersikeras mempertahankan pernikahannya dengan Ran yang sama sekali tak mencintainya. Berbagai cara sudah dilakukan F...