Pagi-pagi aroma nasi goreng sudah tercium indra penciuman dari arah dapur. Rupanya Faiz sedang membuat sarapan sebelum bersih-bersih rumah. Setelah sarapan, sisa nasi goreng Faiz simpan di almari makanan di dapur. Sengaja Faiz tak memberi tahu Ran. Faiz yakin sekali, nanti ketika Ran kelaparan dia pasti akan mengobrak abrik isi dapur mencari makanan.
Selesai sarapan, Faiz mulai beraksi. Pertama dia mengambil sapu. Menyapu semua ruangan di rumahnya. Kecuali kamar yang ditempati Ran. Pantangan masuk ke sana. Faiz masih marah padanya.
Semua lantai sudah kinclong. Faiz kembali lagi ke belakang guna mengambil ember berisi air yang sudah dicampuri dengan soklin lantai beraroma bunga dan alat pel. Faiz mengepel lantai rumah. Tangannya dengan lihai menggerak-gerakkan alat pel. Kegiatan menyapu dan mengepel rumah sudah tak asing lagi bagi Faiz. Pasalnya dia sering melakukannya saat masih tinggal bersama orang tua dan adik-adiknya dulu. Membantu pekerjaan umminya.
Namun saat Faiz belum selesai mengepel, terdengar pintu depan rumah diketuk. Lantas Faiz membukanya. Tentunya Faiz terkejut saat yang dia lihat di depan pintu adalah ibu mertuanya.
Melihat keadaan sang menantu yang sedang memegang alat pel, membuat ibu mertuanya mengerutkan kening. Merasa heran. Diedarkannya pandangan ke seluruh penjuru rumah yang masih bisa tertangkap indra penglihatannya. Namun tetap ia tak menemukan sosok putrinya. Hingga akhirnya ia sudah tak tahan lagi untuk tidak bertanya.
"Ran mana? Kok, nggak kelihatan?"
"Ada, kok, Ma. Di kamar," jawab Faiz.
Mita melangkah masuk ke ruang tamu. Faiz lantas menutup kembali pintunya.
"Apa dia nggak bantuin kamu beres-beres rumah?"
"Sepertinya dia masih tidur."
"Apa? Masih tidur? Jam berapa ini?"
Pekik ibu mertuanya sambil berjalan manapaki tangga."Ya Allah, semoga mama nggak sadar kalau aku dan Ran beda kamar," batin Faiz.
Faiz masih memperhatikan gerakan Mita dari lantai bawah. Akibat beberapa ketukannya tak digubris, akhirnya Mita langsung membuka kamar Ran.
Terdengar percakapan samar antara Mita dan putrinya yang tak bisa dengan jelas Faiz dengar.
"Kamu nggak boleh ke rumah mama sebelum kamu bisa mengabdi dengan baik pada suamimu. Mama larang kamu ke rumah mama!" pekik Mita sambil turun dari kamar Ran yang diikuti Ran di belakangnya yang masih membujuk mamanya.
Menurut dugaan Faiz, sepertinya Ran sebelumnya pamit, minta izin mau main ke rumah mamanya sebelum disemprot omelan mamanya.
Faiz pura-pura tak mendengar apa-apa. Dia melanjutkan pekerjaannya mengepel hingga selesai. Sedangkan Ran masih bersikeras membujuk mamanya yang melangkah menuju dapur.Mita membuka kulkas sebelum dia menghela panjang. Kulkas kosong.
"Ran, sekarang kamu pergi ke pasar sama Faiz. Nanti mama buatkan catatannya. Siap-siap sana!"
What? Ran disuruh ke pasar bareng Faiz? Mereka, kan lagi marahan.
Mendengar ibu mertuanya memberi titah seperti itu, Faiz langsung bergegas mandi. Secara dia pasti keringatan karena beres-beres rumah sejak pagi tadi. Ran mendengus tak berdaya. Tapi tetap melangkah masuk ke kamar siap-siap seperti yang diperintahkan mamanya. Sementara itu, Mita mencatat apa saja yang perlu Ran beli di selembar kertas putih.
"Nih, catatannya!" ucap Mita seraya mengulurkan tangan kanannya yang memegang catatan belanja itu ke arah Ran. Ran menerimanya dengan malas.
"Ok, berangkat sana! Mama akan menunggu kalian di sini," ujar Mita.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] You're Mine (Raniz) (TERBIT)
Romance[Follow dulu sebelum baca ya 😄 makasih atas pengertiannya ... Maap merepotkan 😋] [17+] Cinta monyet masa kecil yang membuat Faiz bersikeras mempertahankan pernikahannya dengan Ran yang sama sekali tak mencintainya. Berbagai cara sudah dilakukan F...