Pagi-pagi buta sekitar jam 3 dini hari bahkan sebelum jam beker Faiz berdering membangunkan Faiz, Ran sudah bangun dari tidurnya. Tidak seperti biasanya. Kalau biasanya Faiz yang membangunkan anak manja itu, pagi ini malah dia yang membangunkan Faiz yang tidur di sofa. Dia menggoyang-goyangkan tubuh Faiz hingga Faiz terbangun dan menggeliat. Perlahan Faiz membuka kedua matanya.
"Jam berapa sekarang?"
"Jam tiga pagi," jawabnya.
"Ada apa membangunkan aku? Apa kamu mimpi buruk?" tanya Faiz penasaran.
Ran menggeleng.
"Terus kenapa? Apa kamu nggak bisa tidur?"
Ran menggeleng lagi.
"Nggak juga, ya? Terus kenapa dong, nggak biasanya kamu bangun duluan dan bangunin aku?"
"Mmm, aku cuma mau nanya," ujar Ran agak ragu.
Faiz bangun dan duduk, sedangkan Ran duduk di lantai menghadap Faiz.
"Mau tanya apa sampai-sampai kamu sangat tidak sabar menunggu aku bangun?"
"Nanti, kita, jalan-jalan ke mana lagi?" tanya Ran agak takut Faiz marah padanya.
"Apa? Kamu bangunin aku jam segini cuma mau tanya itu?" pekik Faiz terkejut mendengar pertanyaan Ran.
Ran semakin mengkerut. Dia tak pernah mendengar Faiz memekik sekeras ini kecuali saat Ran melakukan kesalahan karena Ran khilaf, tragedi tentang Aksa tempo hari. Dia tak menyangka Faiz akan semarah ini hanya karena kasalahan sekecil ini. Ran memejamkan kedua matanya rapat-rapat. Bahkan sangat rapat. Juga menahan napas sepersekian detik dan menyiapkan hati beserta telinga demi mendengar ucapan apa lagi yang akan keluar dari mulut Faiz.
Bayangan saat Faiz sangat marah tempo hari tiba-tiba tambah menggetarkan hati Ran. Namun siapa sangka, saat Ran memejamkan matanya sangat rapat, Faiz justru mengembangkan senyum di bibirnya.
Juga mengulurkan tangan hendak membelai lembut pucuk kepala Ran, meskipun itu tak pernah dia lakukan. Faiz untuk kesekian kalinya menarik tangannya kembali."Ran, aku nggak marah, kok, sama kamu. Ayo, buka matamu! Pasti kamu ketagihan jalan-jalan, ya, gara-gara kemarin aku ajak kamu jalan-jalan?"
Ran perlahan mengangguk dengan ekspresi tak menyangka kalau Faiz ternyata tak marah padanya.
"Ya, udah, nanti, ya, kita jalan-jalan lagi, ya. Tapi ke mana kita akan jalan-jalan, itu rahasia, dong. Kalau dikasih tahu sekarang kurang asyik jadinya," ujar Faiz sembari memberi senyum termanisnya pada Ran lagi.
Ran ikut tersenyum membalas senyum manis Faiz.
"Ya, udah. Sekarang aku mau tanya. Kamu mau ikut sholat tahajjud, nggak?"
Ran menengadah menatap mata Faiz dalam-dalam lalu mengangguk perlahan.
"Bagus! Nah, gitu, dong. Ayo kita sholat tahajjud bareng. Aku apa kamu duluan yang wudu?"
"Kakak aja duluan. Tapi nanti tungguin aku, ya?"
"Beres, Bu Bos!"
Akhirnya mereka berdua mendirikan sholat tahajjud berjamaah. Dan setelah itu, sambil menunggu adzan subuh berkumandang, Faiz mengajak Ran duduk di sebelahnya di atas sofa dan Ran mendengar cerita-cerita islami yang di diceritakan Faiz padanya. Dengan seksama Ran mendengarkan. Ran sangat antusias untuk terus mendengarkan cerita-cerita itu hingga membuat Faiz dan Ran tak ada yang sadar kalau adzan subuh cepat sekali dikumandangkan. Waktu terasa cepat berlalu.
"Yuk, sholat subuh, Istriku!"
Kata "Istriku" yang diucapkan Faiz tak lagi membuat Ran terkejut. Mungkin dia mulai terbiasa. Ran hanya menjawabnya dengan senyuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] You're Mine (Raniz) (TERBIT)
Romance[Follow dulu sebelum baca ya 😄 makasih atas pengertiannya ... Maap merepotkan 😋] [17+] Cinta monyet masa kecil yang membuat Faiz bersikeras mempertahankan pernikahannya dengan Ran yang sama sekali tak mencintainya. Berbagai cara sudah dilakukan F...