21. Mengulum Senyum

73 3 0
                                    

Aksa berjalan cepat-cepat nyamperin mamanya di ruang keluarga. Rasanya Aksa sudah tak sabar ingin membuktikan omongan Faiz. Takutnya Faiz hanya mengaku-ngaku sebagai tunangan Ran.

"Ma, nama tunangan Mas Faiz siapa?" tanya Aksa untuk mencari kebenaran pada mamanya.

"Mmm, siapa ya... Kalau nggak salah, sih, Rania. Katanya biasa dipanggil Ran. Kenapa?"

"Ternyata Mas Faiz benaran tunangannya Ran. Gimana, nih, dia orang yang sholeh. Lama-lama hati Ran pasti luluh pada kebaikannya."

"Kenapa, sih, Sa?"

"Mama kenapa nggak bilang, sih, sama aku? Ran itu pacarku, Ma."

"Pacar gimana, dia sudah tunangan sama Faiz gitu."

"Ya, itu dia masalahnya. Mas Faiz merebut Ran dari aku."

"Ya, kalau Ran itu sungguh mencintai kamu, apa mungkin dia bersedia bertunangan dengan Faiz. Kamu mikir, dong!"

"Tapi Ran mencintai aku, Ma." protes Aksa yang merasa tidak terima dengan pernyataan mamanya.

"Jangan bodoh kamu! Kamu pasti sudah dibohongi sama Ran."

"Berarti Ran itu bukan cewek yang baik buat kamu. Untung belum terlanjur, kan?" imbuhnya.

"Perkataan Mama ada benarnya juga," batin Aksa.

"Mending kamu cari cewek lain saja. Lupakan dia!"

Aksa termenung memikirkan dengan keras perkataan mamanya. Dilema melanda hatinya saat ini. Antara logika yang membenarkan kata-kata mamanya dan hati yang masih sangat mencintai Ran.

"Aku ini laki-laki. Masa hanya karena seorang Ran, aku bisa serapuh ini? Mungkin benar kata Mama. Dia bukan cewek yang baik buat aku," gumam Aksa lirih pada dirinya sendiri.

Sejak saat itu Aksa memblokir nomor ponsel Ran dan bertekad melupakan Ran dengan cara berpaling pada cewek lain. Mungkin itu cara paling ampuh untuk menghilangkan rasa cintanya pada Ran.

🌿🌿🌿

Faiz menjemput Ran ke rumahnya untuk pergi ke butik. Waktunya mereka berdua fitting baju pengantin. Perdebatan antara Faiz dan Aksa sebelumnya tak membuat Ran membenci Faiz. Malahan membuat Ran tersanjung dengan perkataan Faiz, "walau aku tahu sekali pun, aku tak akan pernah biarin ada yang nyakitin Ran. Meski orang itu aku sendiri." Namun itu juga belum sepenuhnya bisa meluluhkan hati Ran yang masih terpaut pada Aksa.

"Ran, pernikahan kita tinggal dua minggu lagi. Kalau kamu tidak bersedia menikah denganku, masih ada waktu untuk membatalkannya jika kamu mau. Aku cuma tidak ingin kamu terpaksa menikah denganku. Aku tidak ingin kamu menderita," ujar Faiz dengan mata yang masih fokus dengan jalanan di depan matanya.

Ran memikirkan jawaban yang pas untuk perkataan Faiz itu.

"Nggak. Aku nggak akan membatalkan pernikahan ini. Kamu pikir aku cewek lemah? Aku masih bisa, kok, aku pasti  kuat menjalani pernikahan itu," jawab Ran tegas.

"Walau dengan terpaksa," imbuh Ran dalam hati.

"Aku cuma ingin kamu bahagia, Ran, itu saja, kok," jujur Faiz.

"Jangan sok baik sama aku. Dan jangan berkata sok lembut di depanku. Sampai kapan pun aku tak akan luluh," ujar Ran ketus.

"Maksud kamu?"

Ran tetap diam, tak menggubris pertanyaan Faiz. Dia mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil.

🌾🌾🌾

Ran keluar menemui Faiz di ruang tunggu memakai kebaya pernikahannya ditemani pramuniaga yang bekerja di butik itu. Pakaian itu pas sekali di tubuh Ran. Ran terlihat cantik sekali memakai kebaya itu.

"Bagaimana, Mas, Mbak Ran cantik sekali, kan, pakai kebaya pernikahan ini?" ujar pramuniaga itu.

Ran memutar mata ke arah lain. Tidak peduli dengan komentar apa yang akan dilontarkan Faiz pada dirinya.

Faiz mengangkat kepala dan sontak berdiri setelah melihat Ran yang terlihat sangat mempesona.

"Wow, Ran, kamu cantik banget!"

Mendengar komentar Faiz yang memuji dirinya, Ran tetap memasang ekspresi datar di wajahnya.

"Sudah, yuk, Mbak. Aku sudah gerah ini," ucap Ran pada pramuniaga itu seraya membalikkan badan dengan mengulum senyum diam-diam.

Seperti biasa, Ran gengsi kalau harus terlihat tersanjung dengan perkataan Faiz di depan Faiz langsung. Padahal hatinya sangat senang mendapat pujian dari Faiz.

"Tapi, Mbak, masih ada dua baju lagi yang harus Mbak coba," cegah pramuniaga itu.

"Iya, udah, ayo cepetan! Aku sudah nggak betah lama-lama di sini."

Pramuniaga itu hanya bisa memaklumi sikap Ran itu. Ia melihat Faiz dengan tersenyum dan Faiz menganggukkan kepala sebagai tanda, "lanjutkan saja! Turuti apa yang Ran mau." Butik itu adalah salah satu langganan keluarga Faiz, jadi pramuniaga itu pun mudah mengerti maksud Faiz karena sudah lama mengenal Faiz dan keluarganya. Dia pun ikut mengangguk sebagai tanda kalau dia mengerti.

Ran pun terus mencoba baju-baju yang akan dia kenakan saat acara pernikahannya nanti. Dengan memperlihatkannya lagi pada Faiz. Namun untuk yang selanjutnya, tak ada lagi pujian. Faiz hanya tersenyum. 

"Duh, capek!" keluh Ran yang menjatuhkan dirinya di sofa di samping Faiz.

"Ayo, pulang!" ajak Ran.

"Katanya capek?" sanggah Faiz.

"Iya, makanya, ayo, cepetan pulang!"

"Tapi kita harus ke tempat catering dulu, sebelum pulang ke rumah."

"Oiya, aku lupa. Emang, nggak bisa besok, ya?"

"Sekalian keluar aja, sih, menurutku. Biar cepat selesai urusannya. Tapi kalau kamu pengen ketemu aku lagi besok, nggak apa-apa juga, kita besok aja ke tempat cateringnya," goda Faiz.

"Sekarang aja kita berangkat!" ujar Ran langsung berdiri dari duduknya.

Faiz tersenyum melihat ekspresi datar wajah Ran. Umpannya termakan. Dilihatnya wajah Ran yang bertambah menggemaskan saat merajuk seperti ini. Itu salah satu yang Faiz suka dari Ran.

🌼🌼🌼

Undangan pernikahan Ran dan Faiz sudah bertengger di meja ruang tamu rumah Aksa. Tanpa sengaja Aksa melihatnya. Lalu membacanya.

"Itu apa, Sayang?" tanya Ema-pacar baru Aksa.

"Undangan pernikahan Ran dan Mas Faiz."

"Kamu mau datang?"

"Nggak, buat apa? Aku nggak sudi memberi doa dan restu buat pernikahan mereka."

"Ya, udah yuk, kita ke kampus aja!" ajak Ema.

Mereka berdua pun berangkat ke kampus.

Bersambung...

25.4.19
20.7.19

Makasih sudah bacaaaaa.. selamat bermalam mingguan 😂
Vote n commentnya jgn lupa ya😊

[TAMAT] You're Mine (Raniz) (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang