Pagi-pagi Ran sudah rapi, siap berangkat ke kampus demi menimba ilmu. Ini pertama kalinya Ran bangun pagi tidak dibangunkan Faiz. Sekali lagi Ran mematutkan diri di depan cermin. Setelah merasa sudah tidak ada lagi yang perlu dirapikan, Ran keluar kamar dan diam-diam mencari keberadaan Faiz. Pintu kamar Faiz yang tidak dikunci membuat Ran bisa dengan mudah membukanya. Benar dugaan Ran bahwa Faiz sedang tidak di dalam kamar.
Akhirnya Ran turun dan berjalan ke dapur. Di dapur Ran bertemu dengan bi' Am yang sedang memasak.
"Bi', Kak Faiz ada di mana?"
"Di kamar mandi, Mbak."
"Mandi, ya?"
"Iya."
"Sebelum ke kamar mandi, dia minta dibuatkan sesuatu, nggak, sama Bibi?"
"Nggak, Mbak. Cuma minta dibuatkan kopi tadi ke Sari."
"Sarinya ke mana sekarang?"
"Nyuci baju di belakang. Kenapa?"
"Sudah dibuatkan kopinya?"
"Sudah. Itu kopinya sudah diletakkan di meja ruang keluarga."
Setelah mendengar jawaban bi' Am, Ran segera ke ruang keluarga. Ran mencicipi kopi bikinan Sari yang dibuat untuk suaminya. Bukan untuk apa, cuma untuk memastikan tingkat kemanisan yang disukai suaminya. Setelah menghabiskan secangkir kopi itu, Ran kembali ke dapur.
"Loh, kok, kosong, Mbak, cangkirnya?"
"Diminum sama kucing, Bi'. Ran aja yang buatkan lagi. Tapi Bibi jangan bilang-bilang sama Kak Faiz, ya?"
"Siap, Mbak!" timpal bi' Am sambil mengacungkan jempol kanannya.
***
Setelah Ran membuatkan kopi untuk suaminya, tak lama kemudian Faiz datang."Eh, Kak, sudah sarapan, belum?" tanya Ran pada Faiz yang baru keluar dari kamar mandi mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk.
"Belum. Kenapa? Kamu lapar? Kalau lapar, makan duluan aja, nggak apa-apa, kok."
"Kak Faiz mau makan di rumah apa di kantin sekolah?"
"Kayaknya di rumah. Tapi mau pakai baju dulu, ya? Ngomong-ngomong, kamu tumben sudah siap pagi-pagi begini?"
Ran cuma menjawab Faiz dengan cengiran.
"Aku tunggu di meja makan, ya, Kak?"
"Iya, tunggu bentar, ya?"
***
Selagi menunggu Faiz selesai siap-siap, Ran merapikan meja makan. Menyiapkan makanan untuk sang suami. Ran duduk manis menunggu kedatangan Faiz setelahnya.
"Hm wanginya kecium sampai kamar, Bi'. Waaaaah nasi goreng ternyata! Pasti enak, nih."
Bi Am tersenyum mendengar pujian Faiz. Padahal tadi yang masak nasi goreng itu bukan bi' Am tapi Ran. Ingin rasanya Ran menuangkan nasi goreng itu di piring Faiz, namun gengsinya masih setebal daki di kerah baju yang dipakai berhari-hari tanpa dicuci.
"Bi, ini masakan Bibi, kan?"
"Kenapa, Mas?"
"Mungkin agak kebanyakan nambahin garamnya, Bi."
Hampir saja tawa bi' Am meledak jika saja Ran tak menukas kata-kata Faiz.
"Mungkin karena Bibi sedang flu, Kak, makanya nasi gorengnya agak keasinan."
"Ok lah, nggak masalah, kok. Masih enak dimakan. Apalagi kalau pakai kerupuk ini."
Apa pun makanannya, yang penting ada kerupuk manja menemani. Itu prinsipnya Faiz. Makanan mahal atau pun murah, itu tidak penting. Yang penting itu kerupuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] You're Mine (Raniz) (TERBIT)
Любовные романы[Follow dulu sebelum baca ya 😄 makasih atas pengertiannya ... Maap merepotkan 😋] [17+] Cinta monyet masa kecil yang membuat Faiz bersikeras mempertahankan pernikahannya dengan Ran yang sama sekali tak mencintainya. Berbagai cara sudah dilakukan F...