14. Janji Ran

55 5 0
                                    

Selesai kuliah, Ran pulang diantar Aksa. Dan betapa terkejutnya Ran juga Aksa, saat mereka melihat Dito-papa Ran di teras depan indekos Ran.
Ran dan Aksa turun dari motor menyalami Dito.

"Om, sudah lama?"

"Ran, ada yang mau Papa omongin sama kamu," kata Dito yang mengabaikan pertanyaan sekaligus sapaan Aksa. Tentu Aksa sangat paham bahwa Dito tak menyukainya. Dan pastinya tak merestui hubungannya dengan Ran. Ran pun sangat merasakan perbedaan sikap papanya pada Aksa ini. Sikap Dito pada Aksa sekarang sangat berbeda dengan sikap Dito saat pertama kalinya mereka bertemu di rumah saat pertama kalinya Ran memperkenalkan Aksa pada keluarga Ran. Terlebih lagi, sekarang sudah ada Faiz yang dijodohkan dengan Ran. Pasti lah Dito lebih setuju jika Ran dengan Faiz.

"Mm, Nak Aksa, saya ingin bicara dengan putri saya empat mata saja. Jadi Nak Aksa sudah boleh pulang. Terimakasih sudah mengantarkan anak saya pulang," ujar Dito dengan sedikit penekanan pada kata "empat mata saja".

Aksa paham kalau dirinya tak diizinkan untuk mendengar atau pun nimbrung dalam pembicaraan Dito dan Ran. Merasa diusir, akhirnya Aksa undur diri. Tentunya dengan cara yang sopan.

"Silakan duduk, Pa," kata Ran saat Aksa telah menghilang dari hadapan mereka berdua.

"Ada apa, tumben Papa ke sini?" tanya Ran penasaran.

"Masa, sih, Papa nggak boleh kangen sama putri Papa sendiri?"

"Bukannya nggak boleh, cuma.."

"Cuma apa?"

"Bikin penasaran, hehe," sahut Ran sambil cengengesan.

"Ran. Besok sudah genap seminggu sajak pertemuan malam itu. Kamu pasti sudah paham, kan, maksud dari pertemuan itu adalah ingin mempertemukan kamu dengan Faiz. Karena kalian ingin kami jodohkan. Dan besok, Papa harus memberi tahu jawaban kamu pada teman Papa, Om Hasan itu."

"Pa, dua hari yang lalu, Abang Ren yang menemui Ran hanya untuk membicarakan hal ini. Dan sekarang Papa juga. Segitu pentingnya, ya, cowok itu bagi kalian semua? Kalau bisa, mungkin Mama juga pasti akan datang."

Dito terdiam.

"Pa, kemarin lusa Ran sudah menjawab pada Abang. Ran sudah memutuskan pilihan Ran. Dan jawaban Ran masih sama, Pa."

"Papa tahu, Nak. Tapi Papa bingung, Papa harus bilang gimana sama Om Hasan. Papa sangat tak sampai hati untuk melukai hatinya. Dia selalu sangat baik sama Papa. Dan dia sangat ingin menjadikan kamu anak menantunya. Papa nggak tega, Nak."

"Papa dan Om Hasan, kan, yang ingin perjodohan ini? Ini bukan keinginan Ran sama sekali. Kalau Papa sama Om Hasan ingin sekali berbesanan, jodohkan saja Abang sama Dila, tuh!"

"Ran, jangan keterlaluan kamu!" Dito sangat terkejut mendengar perkataan Ran.

"Nggak ada jalan lain, Pa," kata Ran lirih.

Dito diam. Berusaha menetralisir emosinya. Memikirkan dengan cara apa dia bisa membujuk putrinya yang keras kepala ini.

Setelah berpikir bermenit-menit dalam diamnya, Dito mengingat suatu hal yang mungkin saja bisa merubah keputusan Ran.

"Ran, kamu masih ingat nggak, Ran, saat kamu masih berusia delapan tahun, kamu pernah terjatuh saat naik sepeda kamu?"

Ran berpikir sejenak, mengingat kejadian itu. Dan setelah mengingat beberapa detik, akhirnya Ran mengingatnya.

Ran mengangguk, "iya, Ran ingat, Pa. Emangnya kenapa?"

"Kalau saat kamu dibelikan sepeda motor, kamu ingat sesuatu, nggak?"

[TAMAT] You're Mine (Raniz) (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang