30 . Istriku

85 5 0
                                    

Selesai sholat subuh, Faiz melipat sajadah yang baru saja selesai ia gunakan. Faiz baru sadar kalau Ran sedang memperhatikan dirinya. Ran sudah bangun, duduk di tempat tidur.

"Kamu sudah bangun?"

"Nggak. Aku belum bangun. Aku masih mengigau," cibir Ran membuat Faiz tertawa.

"Pagi-pagi sudah ngelawak. Belajar di mana?" sindir Faiz.

"Belajar di Paris."

"Di Paris?" Faiz menganggap jawaban asal-asalan Ran serius. Ran terbahak karenanya.

"Yeeee malah ngerjain suaminya," ujar Faiz saat sadar kalau Ran hanya menggodanya.

Ran terdiam tiba-tiba mendengar perkataan Faiz, "suaminya".

"Mandi sana! Bau, tuh!" suruh Faiz.

Ran menciumi kedua ketiaknya bergantian.

"Nggak, ah, nggak bau, kok. Masih wangi malah," elak Ran tak terima.

"Ya, walau masih wangi, tetap saja harus mandi. Aku nggak mau orang-orang di restoran mabuk gara-gara cium bau kamu," cibir Faiz.

"Heeeee resek banget, siiih!"

Geram mendengar cibiran Faiz, Ran melempari Faiz dengan bantal. Setelah puas bermain perang bantal dengan suaminya, Ran akhirnya mengalah, turun dari tempat tidur lalu mandi.

***

Seraya menunggu Ran yang sedang mandi, Faiz membaca Qur'an kecil yang dia bawa dari rumah. Selesai Ran mandi, Faiz mengajaknya sarapan di restoran hotel.

"Kamu tahu, nggak, setiap kita sarapan selama nginep di hotel ini, sarapannya gratis, loh!" kata Faiz seraya berjalan berdampingan dengan Ran menuju restoran.

"Wow, enak, dong!"

"Iya lah. Enak."

Sampai di sana, sama seperti kemarin  malam, Faiz mengatur kursi untuk Ran. Mungkin ini salah satu jurus Faiz untuk meluluhkan hati Ran.

"Ran, kamu suka steak, nggak?"

"Steak apa?"

"Steak daging ada, steak ayam ada juga. Kamu mau yang mana?"

"Kalau makan steak itu kenyang, nggak?" tanya Ran lugu.

"Emangnya kamu belum pernah makan steak?" tanya Faiz yang mendapat jawaban gelengan dari Ran.

"Kalau kenyang nggaknya, sih, tergantung orangnya masing-masing. Bisa kenyang, bisa nggak juga. Tapi biasanya ada kentang gorengnya, kok. Jadi enak, bisa lebih kenyang. Gimana, kamu mau?"

Ran mengangguk.

"Steak yang mana?" tanya Faiz memastikan.

"Steak daging aja. Minumnya es teh," jawab Ran mantap.

"Ok, Tuan Putri, biar aku ambilkan buat kamu, ya? Kamu tunggu di sini," ucap Faiz sebelum beranjak mengambil sarapan mereka.

Ran menatap punggung suaminya yang semakin menjauh mengambil makanan untuknya. Tak lama kemudian, Faiz tiba dengan dua piring steak di kedua tangannya.

"Pagi-pagi, kita nggak apa-apa makan steak?"

"Apa? Kita? Apakah Ran juga mengkhawatirkan aku? Haaaah rasanya itu tidak mungkin. Mungkin saja dia hanya salah bicara barusan," batin Faiz ragu.

"Mmm entah lah, kita lihat saja nanti," jawab Faiz.

Faiz meletakkan steak itu di mejanya, ia tak langsung duduk, namun pergi lagi. Membuat Ran tak tahan ingin bertanya.

[TAMAT] You're Mine (Raniz) (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang