15. Keputusan Ran

56 4 0
                                    

"Aku berangkat dulu, ya, Kak!" pamit Ran pada Vani.

"Hati-hati, ya, Ran. Apa pun keputusanmu, Kak Vani akan dukung kamu Ran. Semua akan baik-baik aja, kok, Ran," ujar Vani menguatkan Ran.

"Aamiin. Semoga, ya, Kak."

Satu setengah jam menaiki mobil angkutan umum, akhirnya Ran sampai di rumahnya.

"Assalamualaikum," salam Ran memasuki rumahnya.

"Wa'alaikumsalam," jawab Mita sedikit berteriak dari dapur saat mendengar uluk salam dari Ran.

Mendengar suara mamanya, Ran lantas ke dapur. "Ma! Masak apa?"

Ran tetap memaksa bibirnya mengulum senyum di hadapan semua orang meski hatinya masih terasa sangat perih.

"Eh, masak nasi goreng, nih, kesukaan kamu. Kan, kamu mau datang, makanya Mama bikin ini. Makan siang dulu, yuk! Pasti belum makan, kan?"

"Belum. Ran nggak lapar, Ma," tolak Ran.

"Nggak lapar gimana? Aneh kamu, nih. Ayo, makan, mumpung hangat, nih, enak! Nanti kalau sudah dingin, nggak enak, loh!"

"Iya, Ma."

"Mama ambilin, ya?"

"Iya," jawab Ran pasrah.

"Segini cukup?"

"Iya."

"Iya terus, deh! Ini makan!"

Meskipun Ran tidak sedang selera makan, Ran tetap memakan nasi goreng yang sudah Mita tuangkan di piring Ran dan meletakkannya di hadapan Ran. Agar mamanya senang.

🌻🌻🌻

Beberapa jam setelah makan siang tadi, Ran istirahat di kamar. Sekalian menunggu malam tiba. Ran merebahkan tubuhnya di atas kasur. Namun tak lama Ran menutup rapat kedua kelopak matanya, ada yang mengetuk pintu kamar Ran.

"Masuk saja, nggak dikunci, kok!" seru Ran setelah membuka mata.

Ternyata Mita-mamanya yang mengetuk. Dia masuk dan duduk di bibir ranjang Ran. Ran pun ikut duduk, bersiap mendengar perkataan mamanya yang dari gelagatnya sudah bisa terbaca kalau Mita ingin membicarakan sesuatu.

"Nak, apa kamu sudah menentukan pilihan kamu?"

Ran mengangguk, "Sudah, kok, Ma."

"Mama harap, pilihanmu mengikuti kata hati kamu, bukan karena paksaan. Karena Mama tahu, kalau menjalani hidup yang baru dengan terpaksa itu sangat membuatmu menderita nantinya. Dan Mama nggak mau kamu menderita."

"Iya, Ma. Ran mengikuti kata hati dan logika, kok. Mama tenang aja, nggak usah khawatir, Ma!"

"Ya, sudah, kalau gitu, kamu istirahat aja, nanti Mama bangunin kamu buat siap-siap, ya."

"Iya, Ma."

🌼🌼🌼

Adzan maghrib sudah berkumandang. Mita ingin membangunkan Ran yang tidur di kamar. Namun saat sampai di kamar Ran, Ran tidak ada di sana. Mita seketika khawatir, Mita langsung berpikiran buruk, dia takut Ran kabur karena tidak mau dijodohkan dengan Faiz. Mita mencari Ran ke seisi rumah sambil berharap Ran tidak benar-benar kabur. Di dapur Mita bertemu dengan Ren yang sedang meminum air yang baru saja dia tuang dari botol ke dalam gelas.

"Ren, kamu lihat Ran, nggak?"

"Di kamar mandi, tuh, Ma," jawab Ren setelah meneguk air yang ada di dalam mulutnya tadi.

Mita mengelus dada karena merasa lega. Ternyata pikirannya salah. "Harusnya aku percaya pada putriku. Bukan malah berprasangka buruk padanya."

"Kenapa, Ma?"

[TAMAT] You're Mine (Raniz) (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang