Jubah hitam sang malam telah memeluk bumi. Bintang sudah mengambil posisi di langit. Begitu pula sepotong bulan yang tak mau kalah, bertengger di langit diantara bintang gemintang. Menambah cantiknya langit malam ini.
Di balkon kamar, Ran memandangi mereka yang seakan berkedip mengajak Ran bercanda. Namun bintang-bintang itu gagal menghibur Ran. Bukannya senyum yang tercipta, namun butiran bening yang mencuat lantas menetes di pipi.
Dari balik tirai putih di kamar Ran, Mita menatap putrinya yang sedang memandang langit dengan ekspresi datarnya. Mita jadi teringat tentang perjodohan Ran dan Faiz. Ada sedikit rasa bersalah di hatinya. Keputusan menjodohkan mereka sepertinya sebuah keegoisan suaminya dan dirinya. Faiz adalah lelaki terbaik menurut mereka berdua. Maka dari itu, mereka sangat setuju jika Ran berjodoh dengan Faiz. Namun dari ekspresi Ran yang biasanya selalu ceria, akhir-akhir ini terlihat berbeda. Yang terpancar hanya aura kelam yang menahan lara.
Mita mendekati Ran. "Dek, kamu lagi ngapain?"
"Nggak ada, Ma. Adek cuma lihat langit. Bintang-bintang dan bulan cantik banget."
"Mama boleh, nggak, lihat langit juga?"
"Ya, boleh, dong, Ma. Kenapa pakai nanya segala? Ayo, Mama duduk di sini!"
Mita duduk di sebelah Ran.
"Mama mau bicara apa sama Ran?" terka Ran.
Mita tersenyum simpul. Ternyata putrinya sangat mengenal dirinya. Ran pandai membaca situasi.
"Kamu, kok, tahu, kalau Mama mau bicara?"
"Ya, Ran nebak aja, sih, Ma. Memangnya Mama mau bicara apa?"
"Mama mau tanya sama kamu, apa kamu bahagia dengan perjodohan ini?"
"Kenapa Mama masih nanya begitu? Apa sekarang masih bisa dibatalkan, perjodohan ini? Padahal kita sudah bertunangan."
Mita bungkam seribu bahasa. Di satu sisi, Mita ingin putrinya menjalani hubungan dengan bahagia. Di sisi lain, Mita juga tidak tega kepada Ran yang sepertinya terpaksa menjalani perjodohan ini. Tapi Mita juga tak bisa berbuat apa-apa.
Ran yang mengerti kebingungan mamanya, lantas berkata, "Ran bahagia, kok, Ma." Ran harus berbohong agar dirinya tak menjadi beban pikiran mamanya.
"Benarkah, Nak?"
Ran mengangguk mantap meyakinkan mamanya. Mita merasa lega dengan jawaban Ran. Mita berusaha mempercayai jawaban putrinya meski raut yang sering Mita lihat berbanding terbalik dengan apa yang dikatakan Ran.
Di hadapan keluarga Ran selalu memasang topeng bahagia. Walau berhasil menipu semua orang, namun seorang ibu takkan pernah bisa dibohongi. Meski sekeras apa pun Ran berusaha menutupi suasana di hatinya.
🍁🍁🍁
Pagi-pagi Faiz sudah tiba di rumah Ran. Sesuai dengan yang dikatakan mamanya semalam: Faiz akan datang menjemput.
"Mas, sarapan dulu sebelum berangkat!" ajak Ren pada Faiz.
"Aku sudah sarapan tadi."
"Serius, kamu sudah makan?" tanya Mita.
"Iya, Tante."
"Ya, sudah kalau begitu. Sepertinya Ran sudah siap tadi saat Tante lihat di kamar. Bentar, ya, Tante panggilkan dulu."
Benar yang dikatakan Mita, Ran sudah siap. Tak lama kemudian, Ran pun sudah di kursi penumpang mobil Faiz. Selain mengantar Ran ke kampus, Faiz sendiri punya urusan lain di kampus yang harus dia urus.
Seperti biasa. Suasana di dalam mobil sunyi senyap. Ran dan Faiz saling bungkam. Tak ada tutur sapa yang mereka berdua mulai. Keduanya pun tak ada yang berniat menegur duluan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[TAMAT] You're Mine (Raniz) (TERBIT)
Romance[Follow dulu sebelum baca ya 😄 makasih atas pengertiannya ... Maap merepotkan 😋] [17+] Cinta monyet masa kecil yang membuat Faiz bersikeras mempertahankan pernikahannya dengan Ran yang sama sekali tak mencintainya. Berbagai cara sudah dilakukan F...