WeAreOne - Bagian Ketiga

540 23 0
                                    


Multimedia: Allison Don Hills

*-----*

          Ally melirik perlahan saat melihat pemilik Beveridge Bar memberikannya hormat "Selamat siang. Mrs. Beveridge" jawab gadis itu sambil lalu membalas hormat Shannon dengan melepas topinya untuk sesaat.

Shannon menyuguhkan senyum lebar sambil mengajak Ally untuk duduk di tempat khusus di bagian dalam Bar. Kursi VIP kemudian diserahkan pada gadis tomboy itu sambil lalu disertai dengan segelas wine dan sebuah camilan khas dari Bar yang adalah pudding cherry khas buatan Debra.

"Silahkan" ujar Shannon tanpa ingin berlama-lama berada di ruangan yang sama dengan Ally karena gadis kaya raya itu memiliki banyak kuasa dan membuat Shannon merasa tercekik karenanya.

Belum sempat Shannon berdiri, Ally membuka topinya dan menaruhnya di samping makanannya "Jangan terburu-buru Mrs. Beveridge" dan hal itu membuat Shannon jadi mengumpat di dalam hati karenanya.

"Kau pasti tahu kalau Aku memiliki tujuan soal mengapa Aku kesini" lanjut Ally dan membuat Shannon jadi menegapkan tubuhnya agar ia bisa bernapas lega.

Merapikan pakaiannya meskipun hanya sedikit, Shannon kemudian menyatukan jari-jarinya dengan rasa gugup "Ya, tentu saja Mrs. Hills"

"Oh, please. Just call me Ally" gadis tomboy itu kemudian mengeluarkan selembar kontrak kerjasama dari balik jas mahal yang dikenakannya dengan rapi.

Shannon mengangguk sambil lalu mengambil selembar kertas bertanda tangan Ally di atasnya, gadis itu kemudian membacanya dengan hati-hati "Jadi Aku hanya diperbolehkan membuka Bar di bawah nama Hillton Hills dan tidak boleh membuka Bar lain?" alis Shannon saling bertautan setelah ia membaca kontraknya.

"Kau harusnya sudah mengerti, Mrs. Beveridge"

"Shannon" potong Shannon karena ia merasa terintimidasi dengan pola bicara Ally yang kaku.

"Kau seharusnya mengerti, Shannon. Kau harus mengambil resiko untuk mendapat banyak pelanggan. Bukan begitu?"

Mengambil napas dalam, Shannon kemudian melipat kontraknya dengan rapi "Aku harus memikirkannya lebih dulu" jawab Shannon sambil lalu menyodorkan lembar kontraknya pada Ally.

Ally menyesap wine miliknya dengan perlahan tanpa ingin membawa kontrak yang di sodorkan oleh Shannon kepadanya "Simpan saja. Aku tidak membutuhkannya" jawaban itu membuat Shannon naik pitam dengan seketika.

Dengan jawaban itu, Shannon tahu kalau Ally akan mengontrol semuanya agar Beveridge Bar jatuh ketangannya. Shannon tahu betul kalau Ally sudah lama mengincar Bar miliknya karena Beveridge Bar memiliki kharisma yang menarik para remaja dan Shannon tahu betul kalau Bar di perusahaan Ally hanya dikunjungi oleh orang-orang ber uang dan tidak terlalu sering datang ke Bar perusahaannya.

Dengan membawa Beveridge Bar ke bawah kuasanya, maka gadis serakah itu bisa mendapatkan para remaja yang menggila dan sering datang ke Bar untuk bersenang-senang, dan gadis itu juga akan mendapatkan orang ber uang yang akan berani membuang uangnya hanya untuk mendapatkan minuman berkualitas dari Barnya.

Keserakahan Ally atas semua kuasanya tentunya membuat Shannon meringkut ketakutan karena ia pasti akan kalah dari gadis tomboy yang memiliki hampir semua kota sebagai bawahannya. Shannon tidak memiliki pilihan lain selain menjatuhkan usahanya pada Ally Hills atau akan di tindas oleh perusahaan itu.

Mengambil kontraknya lantas memikirkannya dengan keras, Shannon kemudian mengambil bolpoin miliknya yang memang selalu ia bawa untuk mencatat menu pesanan dari pelanggan "Aku menyetujuinya" ujar Shannon setelah ia memberikan tanda tangan miliknya serta menuliskan nama lengkapnya di atas secarik kertas itu.

Ally kembali mengenakan topinya meskipun gadis itu justru memotong pudding dan mulai mengunyahnya dengan perlahan "Mmm" gumam gadis itu sambil lalu melihat kontrak buatan sekretarisnya dengan puas "Senang bekerjasama dengan Anda, Mrs. Beveridge"

Mengambil napas berat karena sadar dengan keputusannya yang mungkin saja akan membuat ia kesulitan mengembangkan perusahaannya di masa mendatang, gadis tomboy itu hanya menyerahkan senyum menungging dan memberikan Ally jabatan tangan "Senang bisa bergabung dan ikut menjayakan perusahaanmu, Mrs. Hills"

Ally merapikan jasnya saat ia berdiri sambil lalu memasukkan kontrak perjanjian antara perusahaannya dengan perusahaan milik Shannon, gadis tomboy itu kemudian menurunkan topinya agar ia bisa menutupi wajah cantiknya dari flash camera yang akan segera menyambutnya.

Tanpa mengucapkan kata lain selain "Selamat bergabung di perusahaanku" Ally berjalan cepat menuju pintu meskipun banyak paparazzi yang mengikuti setiap langkahnya disertai pertanyaan dan juga flash camera yang tidak berhenti.

Shannon bisa melihat Ally memasuki kursi penumpang dan semua paparazzi mulai membuntuti kemana gadis itu pergi meninggalkan Beveridge Bar untuk kembali pada kegiatan yang tadi sempat terhalang karena gadis itu.

Mendekat ke arah jendela dimana Cammie sedang sibuk dengan waffle yang menjadi makan siangnya, Shannon kemudian menjatuhkan kepalanya di atas meja milik Cammie dan membuat gadis cantik berrambut blonde itu jadi meneplak kepala Shannon karena terkejut. "Jesus chirst. Beveridge" bisik Cammie saat ia sadar kalau ia telah menghajar orang yang sedari tadi ia tunggu.

"Gadis sialan itu" geram Shannon kesal tanpa memperdulikan rasa sakit akibat pukulan Cammie di kepalanya.

Cammie membiarkan Shannon untuk berdamai dengan isi kepalanya "Kalau Kamu ingin cerita, Aku tunggu. Lagipula waffle buatan Ibumu enak sekali dan Aku tidak ingin menyisakannya sedikitpun" seru Cammie memberikan candaan.

Cammie bisa mendengar kekehan Shannon meskipun gadis tomboy itu masih menyembunyikan wajahnya di balik tangan "Kamu hanya bilang makanan buatan Ibuku enak karena gratis kan?" jawab Shannon sama memberikan candaan.

"Aku baru saja menjual mimpiku pada gadis kaya raya sialan itu" ujar Shannon sambil mengambil lengan Cammie dan menjadikannya bantalan untuk bersembunyi di meja.

Menyengir kecil karena kelakuan Shannon, Cammie kemudian menyeruput cherry vodka miliknya agar kerongkongannya bersih dari makanan "Dia memang memiliki banyak kuasa. Jangan iri padanya"

"Oh, jadi Kamu membela gadis itu sekarang?" ujar Shannon sambil mengangkat wajahnya dari meja.

Cammie memotong wafflenya dan memberikannya pada Shannon "Makan ini"

"Untuk apa? Aku makan itu setiap pagi"

Cammie memutar bola mata dengan sebal "Kukira Kamu tidak sarapan pagi ini"

Shannon mengerutkan kening karena tebakan Cammie benar adanya "How did You know?"

"I just know" jawab Cammie sambil lalu menyuapkan waffle yang sudah ia potong.

Membuka mulutnya dan kemudian menikmati waffle yang di suapkan Cammie padanya, Shannon kemudian teringat akan sesuatu. "Bukankah Kita baru bertemu?" ujar Shannon heran dengan kelakuan wajar mereka yang seperti sudah saling kenal selama tiga tahun lamanya.

"Well. Aku tidak suka kalau harus membicarakan pembicaraan awkward karena Aku bukan pengusaha sepertimu. Aku sudah terbiasa bersikap biasa saja pada siapa saja" dan jawaban Cammie membuat Shannon terkekeh kecil.

"Tapi Aku tidak terbiasa berbicara biasa saja pada siapa saja sepertimu. Bagaimana Kamu membuatku bicara seperti Aku sudah biasa berbicara denganmu?"

*-----*

Riska Pramita Tobing.

WeAreOne (Lesbian Series)#2 |COMPLETED|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang