WeAreOne - Bagian Ketujuhbelas

171 13 0
                                    


Multimedia: Shannon Nicole Beveridge and Camden Mary Alyse Scott.

*-----*

Math Class, High School, Los Angeles.

          Shannon sudah sangat muak dengan soal-soal yang terlihat seperti deretan angka mengerikan di atas papan tulis didepan kelas sana. Meskipun kenyataannya gadis tomboy itu sangat baik dalam menjawab matematika, tapi di suguhi soal sebanyak ini membuat otaknya lelah untuk menghitung dan membuat konsentrasinya kabur entah kemana. Gadis tomboy itu bahkan sudah mengantuk karena sudah berada di kelas yang sama selama hampir empat jam lamanya. Mengerikan.

Vanessa tidak hadir hari ini. Gadis tomboy keras kepala, sok tahu, menyebalkan, jahil dan tengil yang sayangnya adalah sahabat karib Shannon sendiri itu tengah pergi ke Toronto karena Shea sedang merasa tidak sehat dan teman satu apartemennya sedang tidak ada untuk menjaga dirinya sehingga Vanessa harus menjaga kekasihnya.

"Mrs. Beveridge!" Shannon tersentak saat Mrs. Angel memanggilnya dan gadis itu kemudian melemparkan senyum kecil sebagai minta maaf "Yes, Miss?"

"Someone looking for You. She's waiting outside" dan dengan itu Shannon beranjak dari tempat duduknya setelah lebih dulu memberikan buku latihannya pada guru matematikanya.

Melangkah enggan keluar kelas, senyum Shannon tiba-tiba saja melebar karena melihat siapa yang ada disana. "CAMMIE!!!!" teriak gadis tomboy itu tanpa tahu malu sambil lalu berlari hanya untuk membawa kekasihnya kedalam pelukan.

Menerima pelukan dari si jangkung, Cammie kemudian mengusap punggung tinggi Shannon sambil mendesis kecil "Jangan berisik, Kamu mengundang perhatian" dan Shannon hanya membiarkan gadis yang ada dalam pelukannya itu meruntuk sendiri karena biarpun Shannon diam-diam menghampiri kekasihnya, tetap saja semua orang akan tahu.

Setelah cukup lama saling membelit satu sama lain, Shannon akhirnya melepaskan Cammie untuk bernapas sebelum akhirnya mencium bibir milik gadis cantik itu dan membuat banyak orang disana melihat karena cemburu. Cammie bahkan sampai terkekeh kecil diantara ciuman yang sedang mereka lakukan karena gadis itu tahu kalau Shannon memang berniat untuk mencari perhatian.

Melepaskan emutan bibir Shannon yang kuat, Cammie sedikit mendorong bahu gadis tomboy itu untuk mendapatkan udara disekitarnya "Serius sekali belajarnya. Sedang belajar apa ?"

"Matematika" jawab Shannon malas.

Cammie mengangkat rahang Shannon yang sempat menunduk sementara dan membuat gadis tomboy itu jadi menatap padanya "Kamu kan pintar matematika?"

Tahu sedang dipuji, gadis tomboy itu pun merajuk seperti bocah berusia empat tahun yang baru saja tahu cara menghitung dengan mencemberutkan bibirnya dan merengek kecil "Tapi Aku bosan kalau harus berada di kelas matematika yang lamanya empat jam pelajaran. Aku mengantuk setiap saat" rengekan Shannon membuat Cammie menjadi terkekeh karenanya namun tetap membuat gadis cantik itu membawa Shannon kedalam pelukannya.

"Ku bawa ke Bukit setelah Kamu selesai belajar" ujar Cammie mencoba menghibur. Nyatanya, Shannon malah kebetahan bersembunyi di dada Cammie tanpa ingin di usik sedikitpun dan itu membuat Cammie jadi tak bisa berbuat apa-apa.

Mengusap rahang Shannon dengan lembut, Cammie kemudian menjatuhkan ciuman lembut di pucuk kepala gadis tomboy itu untuk menghiburnya "Stevie memberitahuku kalau Dia dan Ally ingin pergi jalan-jalan di perusahaan milik Ally. Nanti malam Kita akan kesana" Shannon mengangkat pandangan pada kekasihnya dengan mata penuh harap kalau kekasihnya akan membawanya pergi dari pelajaran matematikanya. Namun kemudian gadis cantik berrambut blonde itu mengacungkan telunjuknya untuk memperingati "Hanya jika Kamu pergi menyelesaikan sekolahmu dengan baik" dan senyum Shannon pergi setelahnya.


Hilton Hills Company, Los Angeles.


          Stevie menyerahkan senyum lebar saat gadis itu melihat Shannon dan Cammie datang dengan satu bungkusan besar di tangan mereka. Menerima bingkisannya dengan disertai senyum kecil, Stevie kemudian membawa Shannon dan Cammie menuju kamar Ally.

Lift terbuka bersamaan dengan suara Donald menyambut "Selamat datang, Mrs. Boebi, Mrs. Scott, Mrs. Beveridge. Mrs. Hills sudah menunggu didalam ruangannya"

"Terimakasih, Donald. Bisa Kau beritahu Dia untuk membuka pintunya?" jawab Stevie sambil menunggu Donald untuk merantas kode keamanan kamar milik Ally.

"Mrs. Hills berkata jika sidik jari milikmu sudah dimasukkan kedalam data base. Kau bisa membukanya sendiri, Mrs. Boebi" jawaban dari Donald membuat Shannon mengangkat alis dengan ekspresi keheranan yang tepat.

"Sejak kapan Kau dimasukkan kedalam data base?"

"Entah" jawab Stevie sambil lalu menempelkan telapak tangannya pada system security dan membuat pintu kamar Ally terbuka begitu saja dan kemudian memperlihatkan kamar gadis tomboy itu yang berantakan.

Stevie menghembuskan napas berat saat melihat banyak sekali dokumen yang berserakan dimana-mana. Kasur milik gadis tomboy itu yang bahkan sudah tak tampak seperti kasur karena tertutup oleh pakaian si tomboy yang di letakan dimana saja.

"Kapan terakhir kali Kamu kesini, Stevie. Kenapa gadis tomboy kaya raya itu terlihat kacau, apa Kamu meninggalkannya?" tanya Cammie sambil mencoba membereskan beberapa dokumen yang ada didekat kakinya.

Stevie meggeleng tak ingin menjawab sambil melirik kesana-kemari hanya untuk mendapati kalau gadis tomboy itu ternyata sedang bernyanyi di bawah guyuran air hangat. "Jesus Christ!" teriak Ally saat mendapati Stevie menatap tubuh telanjangnya.

Memutar bola mata kebelakang, Stevie kemudian mendekat pada si gadis tomboy yang sedang mencoba menutup tubuh telanjangnya dengan handuk "Kukira Kau sudah selesai mandi. Ini sudah hampir jam enam sore. Aku mengabarimu untuk segera mandi sejak jam empat sore!! Ugh!"

"Banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan terlebih dahulu dan Aku baru sempat mandi sekarang" jawab Ally sambil lalu keluar dari bawah shower dan mulai mengeringkan rambutnya dengan handuk lain.

Mendekat pada Ally, Stevie kemudian membawakan gadis tomboy itu setelan manis dari dalam lemari yang berada di sebelah ruangan. "Kau ingin Aku mengenakan ini?" tanya Ally saat ia melihat Stevie menyerahkan setelan berwarna hitam yang adalah tanktop, rompi, dan juga celana jeans yang terdiri dari merk paling murah dari semua pakaian yang di pakai oleh gadis tomboy itu.

"Berapa harga semua setelan ini, Donald?" ujar Stevie yang tentunya membuat Ally menggulingkan bola matanya kebelakang karena sebal saat mendengar Donald menyebutkan jumlah dari semua setelan yang di pegang Stevie dan membuat gadis cantik itu jadi enggan untuk memegangnya.

"Kau benar-benar terlahir dengan sendok perak di mulutmu. Allison"

"Stevie, Kita sudah membicarakan ini"

"Tapi Kau membakai ratusan dollar ketika Kau berjalan, Allison! Bagaimana mungkin Aku bisa bersifat biasa saja soal itu?" Stevie mulai meninggikan nada bicaranya dan membuat Ally jadi enggan untuk memakai setelannya.

"Hampir semua setelanku dari merk yang sama, Aku akan tetap mengenakan ratusan dollar ketika Aku berjalan meskipun Aku hanya mengenakan celana dalam dan tanktop, Stevie. Aku tidak ingin membahas itu semua berulang kali"

"Tapi itu semua membuatku enggan untuk berada didekatmu karena semua orang akan melihatku seperti penjilat kekayaanmu"

Ally mengangkat dagu Stevie dan menatap mata hazelnya dengan lembut "Tapi tidak denganku"


*-----*

Riska Pramita Tobing.

Note: Follow all my social media please hihi.

WeAreOne (Lesbian Series)#2 |COMPLETED|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang