WeAreOne - Bagian Kesembilan

278 18 0
                                    


Multimedia: Shannon Nicole Beveridge And Camden Mary Alyse Scott.

*-----*

Beveridge Bar, Los Angeles.


          Tidak seperti hari-hari biasanya, Beveridge Bar terlihat sepi oleh pengunjung. Shannon memasuki Bar hanya untuk mendapati kalau Casey sedang membereskan beberapa peralatan seperti sedang berniat untuk menutup Bar di jam tujuh malam seperti ini.

Mendekat tanpa lupa memasang wajah bingung, Shannon kemudian menyentuh pundak Kakaknya hanya untuk membuat gadis itu sadar kalau Ia ada disini. "Shannon! Kemana saja Kamu?!!" sambutnya setelah terperanjat karena kaget dengan sentuhan yang tidak diharapkan dari adiknya.

Shannon memasang wajah pusing dengan seketika. "Bukannya Kamu dan Ibu menyuruhku untuk belajar dirumah dan tidak usah mengkhawatirkan pekerjaan di Bar?" jawab Shannon malah membalikkan pertanyaan.

"Ya.." jawab Casey ragu untuk melanjutkan "Tapi Ally datang kesini hari ini dan Aku tidak bisa menjawab apa-apa mengenai saham perusahaan dan sebagainya. Kamu tahu sendiri kalau Aku tidak pernah mengerti dengan hal yang seperti itu."

Shannon melebarkan matanya saat mendengar informasi itu "Apa dia membawa sesuatu?"

Casey menyerahkan satu dokumen dari balik meja Bar "Dia hanya memberiku itu. Hanya itu" jawab gadis itu tanpa bisa menjelaskan apapun dari dokumen yang diserahkan olehnya.

Cepat-cepat membawa dokumen itu dari tangan Kakaknya, Shannon kemudian terduduk lantas kemudian membukanya dengan jantung berdebar. Diagram-diagram berbeda warna menyambut di halaman pertama dokumen dan Shannon ingin cepat-cepat melemparkannya sejauh mungkin.

"Jesus Christ" bisik Shannon sambil kembali menutup dokumennya dan menunduk untuk menghindari kontak mata dari lembaran memusingkan itu.

Tahu kalau ini akan jadi berat bagi Adiknya, Casey kemudian ikut terduduk hanya untuk memberikan usapan lembut di balik punggung Shannon yang lebar namun terlihat rapuh "Kamu tahu? Kamu selalu berkata kalau Kamu akan bisa melewati apapun jika Aku berada di pihakmu. Kamu selalu membuktikan itu sampai Kita se sukses ini" gadis itu menarik napas lembut tanpa ingin menghentikan usapannya.

"Kalau Kamu tahu, Aku selalu ragu terhadap semua idemu. Kamu masih muda, semua ide-idemu terlalu bahaya bagi pemula bisnis seperti Kita di masanya. Kemudian Kamu memintaku untuk percaya dan Aku mencoba, saat Kamu memulai semuanya, Aku terkesan padamu. Kamu benar-benar melakukannya"

Menegapkan punggungnya sambil lalu mengurut kening, Shannon kemudian meminta pelukan pada Kakaknya hanya untuk menenangkan pikirannya "Terimakasih karena Kamu selalu ada untukku" dan Casey hanya mampu merengkuh Adiknya kuat-kuat.


Los Angeles, High School.


          Shannon menyambut sahabatnya dengan melempari gadis tomboy berrambut keriting itu dengan bola basket yang langsung ditangkap dengan lincah olehnya. "Sambutan macam apa itu, sialan?!" balas Vanessa sambil kembali melemparkannya pada Shannon.

Tertawa saja setelah menerima bola basket dari Vanessa, Shannon kemudian mendekat pada sobatnya dan memeluk gadis tomboy itu sambil berbisik "Ally Hills benar-benar membunuhku" bisiknya dengan nada seolah hidupnya akan berakhir lima detik lagi.

"Dan itu adalah sambutan yang kedua" jawaban dari Vanessa membuat Shannon terkekeh lagi sambil membawa gadis itu ke pinggir lapangan hanya untuk memberikannya dokumen yang ada didalam tas sekolahnya.

Duduk disamping Shannon tanpa ingin membuka dokumen yang diberikan Shannon padanya, Vanessa kemudian menyimpan dokumen itu di atas pangkuannya "Kapan Dia datang?"

"Dia datang kemarin dan Aku tidak ada disana"

"Sialan!!" umpat Vanessa dan cepat-cepat membuka dokumennya hanya untuk kembali mengumpat "Apa ini bangsat?!!!"

Shannon menggeleng tidak tahu harus menjawab apa pada sobatnya "Dia memintaku untuk memenuhi diagram itu dalam setengah tahun"

"MANA MUNGKIN?!!! Diagram seperti ini hanya bisa dipenuhi dalam satu tahun!!! Kenapa Kita dijajah seperti ini hanya karena Dia memiliki kuasa?"

"Entahlah. Gadis sialan itu memang tak memiliki hati"

Mengangguk seruju, Vanessa kemudian memberikan dokumen milik Ally kembali pada Shannon dan gadis tomboy itu justru melemparkan dokumennya ketengah-tengah lapangan "Dasar sialan!" ujarnya sambil lalu bangkit dan kembali membawa dokumennya karena Ia sadar kalau Ia masih membutuhkannya, setidaknya untuk saat ini.


Hilton Hills, Los Angeles.


          Ally hills berjalan dengan tenang saat memasuki VIP room of meet yang dihiasi oleh banyak furniture berwarna merah maroon. Gadis tomboy itu mengenakan pakaian sederhana yang bahkan tidak memiliki merk ternama dan hanya memakai sandal sebagai alas kakinya.

Shannon mengangkat alis karena tidak mengerti saat melihat setelan yang dipakai oleh Ally. "Jangan menatapku seperti itu, Shannon" ujar Ally yang membuat Shannon langsung saja membuang pandangannya dari Ally karena tersindir dengan sangat tepat mengenai ketidaksopanannya.

Terduduk di depan Shannon, Ally kemudian mengikat rambut panjangnya yang berantakan sambil lalu mengambil dokumen yang sama dengan dokumen yang Shannon miliki "Jadi, bagaimana dengan saran pemasaran yang akan Kamu lakukan untuk memenuhi permintaan mendesak dariKu?"

Mencoba bersikap tenang meskipun jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya, Shannon membuka dokumen miliknya "Di halaman pertama, alamat milik Beveridge Bar masih di bawah namaku mungkin Kau harus merubahnya menjadi milikMu" Ally mengangguk sebagai tanda mengerti dan hal itu membuat Shannon kembali fokus pada dokumennya "Di halaman selanjutnya, Kamu hanya menampilkan wajah dari Beveridge Bar. Aku ingin Kau menggantinya dengan tampilan depan, samping kanan dan kiri juga belakang dan tempat parkirnya" dan Ally hanya kembali mengangguk sebagai jawaban.

"Dan untuk diagramnya, Aku ingin meminta perincian soal pemasukan, pengeluaran, dan perincian soal barang-barang dan bahan-bahan yang di beli di Beveridge Bar"

"Oke, Kau sungguh teliti sampai hal terkecil dalam bisnis" dan Shannon hanya terkekeh sebagai jawaban dari candaan mengerikan dari Ally.

Ally menutup dokumennya setelah gadis itu mencoret dan memberi tanda padanya "Aku catat semua kesalahannya dan Aku akan memberikanmu yang baru dan yang lebih sfesifik" gadis tomboy itu menyerahkan satu lembar lain namun saat Shannon mengira kalau Ally akan memberikan tekanan lain padanya, kiraan itu ternyata jauh adanya.

Gadis tomboy itu menyerahkan satu undangan berwarna merah dengan foto Ally dan dua gadis lain serta memiliki informasi Power Hour di bawah fotonya. "Group band milik gadis kecil berrambut blonde bernama Ali Spagnola itu akan tampil setiap satu kali dalam sebulan di Beveridge Bar dan mungkin itu akan membatu pemasaranmu melunjak"

"Apa Kau salah satu dari group band ini?" tanya Shannon dengan nada tidak percaya.

Ally terkekeh "Gadis berrambut hitam yang menghiasi rambutnya dengan warna merah itu bernama Stevie Boebi dan Dia adalah vocalis dari group band ini. Ali spagnola adalah keyboardist dan seorang yang bisa memainkan berbagai instrument dan Aku sebagai drummer. Aku tahu hal seperti ini tidak biasanya dipublikasikan olehku, tapi Aku benar-benar ingin membantu Beveridge Bar untuk pemasaran. Bar mu pantas untuk kubantu"

*-----*

Riska Pramita Tobing. 

WeAreOne (Lesbian Series)#2 |COMPLETED|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang