WeAreOne - Bagian Kesebelas

236 15 0
                                    


Multimedia: (From left) Allison Don Hills, Ali Spagnola, Stevie Leigh Boebi (Power Hour)

*-----*

          Para penonton sudah berteriak tidak sabar untuk menikmati show power hour. Ali sudah bersiap di depan keyboardnya Ally sudah duduk rapi di atas kursi tepat di depan drum berwarna putih dan memiliki nama belakangnya di bass drumnya. Stevie juga sudah siap di depan microphonenya.

Lighting sudah menyorot mereka bertiga dan semua sudah tak sabar ingin mendengar performer dari mereka bertiga "Do You want to sing with Us?" sambut Stevie yang langsung di jawab teriakkan para penonton yang bahkan tidak terdengar jelas.

Shannon hanya bisa menggeleng saat melihat atasannya, Ally Hills bersiap-siap di balik drum "Kukira bocah itu tak ingin melakukan hal-hal seperti ini" dan lagu Meghan Trainor berjudul Tittle di mulai.

Stevie berjingkrakan di atas panggung sambil menyapa para penonton dengan senyum manisnya yang mematikan. "If You want My love, He gotta do what He does, If You want this sweet like sugar gucci lips, He gotta give it oh. I know You think I'm cool, but I ain't one of the boys, no don't be scared that I'm gonna tie You down, I need a little more" Stevie memulai lagunya dengan manis sambil lalu berjingkrakan tak tahu malu.

"Baby don't call Me Your friend, if I hear that word again, You might never get a chance to see Me naked in Your bed. And I know girls ain't hard to find, but if You think You wanna try, then consider this as invitation to kiss my ass goodbye" Ally menimpali dengan talenta bermain drum dan bernyanyi dalam satu waktu bersamaan miliknya dan para penonton yang sedari tadi hanya diam menikmati performer tiba-tiba bersorak tak tertahankan.

Menyerahkan microphone pada para remaja yang sekarang tengah menggila di tengah ruangan Beveridge Bar yang sudah di rubah habis-habisan untuk acara power hour ini, Stevie kemudian menyanyikan chorus lagu bersamaan dengan mereka.

"Give me that tittle tittle, come on give me that tittle tittle, better give me that tittle tittle, come on give me that tittle tittle, yeah.." ujar mereka bersama-sama.

Stevie membungkukkan setengah badannya sebagai tanda mengakhiri lagu dan juga sebagai tanda terimakasih pada penonton yang ikut serta menggilakan penampilan mereka. "Take a shot, take a shot, take a shot!" ujar para remaja gila yang langsung di lakukan oleh band mereka karena itu memanglah cara mainnya.

Power hour akan menyanyikan beberapa lagu dalam satu jam dan akan meminum satu shot alkohol di setiap menitnya dan akan mabuk pada saat setelah show lalu kemudian mengadakan meet and greet dalam keadaan mabuk hanya untuk melakukan hal-hal gila bersama dengan para penggemar mereka.

Show berjalan sangat baik. Lagu-lagu dinyanyikan dengan menggila, dan sekarang Ali, Ally serta Stevie tengah terduduk di atas panggung kecil untuk mengambil jeda dari kegiatan manggungnya yang menggila.

"Apa Kalian masih akan melakukan meet and greet?" tanya Shannon pada Ally yang sudah penuh dengan keringat.

Ally membuka topinya dan kemudian mengikat rambutnya yang sudah berantakan "Ya, tentu saja! Itu bagian utama dari show Kami" balasnya meskipun ia tidak terdengar yakin dengan perkataannya.

"Kau kelelahan"

"Tidak"

"Ya"

"Tidak!" kukuh Ally sambil lalu meminum beer yang ada ditangannya sedari tadi.

Menggeleng karena tahu kalau Ally tidak akan mendengarkannya, Shannon kemudian memberikan satu kotak tissue untuk gadis tomboy itu yang tentunya di terima dengan senang hati. "Kau benar-benar menghajar mereka semua dengan kepopuleranmu"

Gadis yang sedang kehabisan napas itu terkekeh kecil lalu kemudian meminum kembali beernya "Mereka hanya tidak tahu kalau Aku memiliki bakat lain selain kekayaan dan kepopuleranku"

"Istirahat berapa menit sebelum melanjutkan acara?" tanya Shannon mulai kembali serius.

Ally melirik jam tangan bermerk di tangan kanannya "Hanya lima menit"


Meet And Greet, Power Hour. Beveridge Bar. Los Angeles.


          Shannon ikut terduduk bersamaan dengan Ali, Ally dan Stevie di atas panggung sambil ikut menjawab penonton yang ternyata memiliki banyak pertanyaan untuknya "Woah, Kau jadi ikut terkenal dengan Kami, eh?" ujar Stevie setelah Shannon memberikan tanda tangannya pada gadis cantik yang sekarang sudah kembali ke tempat duduknya.

Shannon hanya terkekeh sambil menyerahkan senyumnya saat seorang bocah laki-laki ingin mengambil gambar dengannya "Ya. Mungkin Aku harus sering bersama dengan Kalian agar Beveridge Bar lebih terkenal lagi"

Ali menjawab perkataan Shannon dengan tawa keras tak tahu malu "Bukankah itu yang sedang Kamu lakukan sekarang?" ujarnya sambil lalu menyerahkan satu beer pada Shannon yang terlihat berkeringat karena di kerumuni banyak orang.

Membuka tutup botol beer yang diberikan Ali dengan giginya, Shannon kemudian mengambil beberapa tegukan sebelum akhirnya mendengar seorang gadis berrambut pendek menanyainya soal perusahaannya "Jadi, kenapa Kamu memutuskan untuk ikut ke bawah perusahaan Hilton Hills?" ujar gadis tomboy yang terlihat masih muda itu sambil membenarkan kaca mata yang dikenakannya.

"Woah, Kau masih muda dan Kau sudah tertarik dengan saham perusahaan? Siapa namamu?"

"Riska Pramita" jawabnya sambil lalu menyerahkan tangan untuk berjabat yang tentu saja di terima dengan Shannon.

Melepaskan jabatan tangannya dengan Riska, Shannon kemudian memberikan satu tanda tangan di atas kaos putih yang gadis itu kenakan "Karena Aku butuh sokongan dari perusahaan lain. Jika Kau memiliki perusahaan besar namun tidak memiliki koneksi dengan perusahaan lain, maka perusahaanmu akan beprdiri sendiri. Bagaimana jika perusahaanmu sekarat dan butuh sokongan? Kau tidak bisa mendapatkan pertolongan dari siapapun karena Kau bekerja untukmu sendiri"

Gadis tomboy itu mengangguk mengerti dan menyalakan gadgetnya sambil lalu tersenyum setelah menyalakan kameranya untuk mengambil photo dengan pemilik perusahaan dari Beveridge Bar itu sendiri.

"Siapa gadis itu, Beveridge?" ujar Ally setelah mereka menyelesaikan meet and greet dengan baik.

Shannon mengangkat alisnya tidak mengerti "Aku bertemu dengan banyak gadis hari ini, Mrs. Hills. Gadis mana yang Kau bicarakan?"

"Gadis kecil berrambut hitam pendek yang mengenakan t shirt putih dan kacamata. Gadis yang menanyaimu soal saham perusahaan" jelasnya lebih spesifik.

Shannon mengangguk ingat "Dia Riska Pramita" jawab Shannon tenang. Tiba-tiba wajahnya menampakkan ekspresi bingung "Kenapa Kau penasaran dengannya?" lanjut Shannon penasaran.

Ally hanya menjawab dengan mengangkat kedua bahunya bebarengan "Dia terlihat seperti baru saja menginjak usia 13 tahun dan Dia sudah tertarik dengan saham perusahaan. Bagaimana mungkin Aku tidak tertarik dan ingin tahu soal dirinya?" penjelasan Ally sama sekali tidak masuk di akal Shannon.

"Jangan bilang Kau akan menguasai masa depan gadis itu"

Ally mengangkat salah satu dari alisnya yang rapi "Apa Aku mengatakan itu?" ujarnya sarkastik dan Shannon hanya bisa terdiam tanpa tahu harus menjawab apa pada gadis itu. Karena jikapun Shannon meminta Ally untuk tidak mengganggu masa depan bocah itu, Ally akan tetap memiliki jalannya sendiri untuk melakukan keinginannya.

*-----*

Riska Pramita Tobing.

WeAreOne (Lesbian Series)#2 |COMPLETED|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang