Chapter 38

3.9K 319 35
                                    

#Typo Everywhere





Happy reading❤





-Skip

      Hari ini beberapa Atlet bertandang ke Bandung untuk melakoni pertandingan di Sabuga esok, mereka bertandang kesana untuk membela klub masing-masing dalam ajang pertandingan Djarum superliga. Baik itu di kontrak atau memang sengaja membela Klub yang dulu mereka sempat singgahi untuk mendalami teknik permainan tepok bulu.

"Vin, lo beneran tau alamat hotelnya kan? Kalau nggak mending Jay aja yang nyetir" ujar A Ihsan yang berangkat ke Bandung menebeng di mobil Kevin bersama A Fajar, tapi mereka beda Klub dengan A Fajar.

"Nggak tau, tapi kan ada Google Maps. Susahnya dimana?" tanya Kevin fokus menatap jalanan.

Tak ada yang berubah dari Kevin, hari-harinya selalu dipenuhi bayangan wajah Vale. Hatinya selalu ragu jika jarinya mulai mengetik pesan singkat untuk ia kirim pada Vale. Ketik lalu hapus kemudian ketik lagi itulah yang Kevin lakukan seminggu belakangan ini. Padahal sebelum mengetik pesan hatinya sudah mantap, namun jika ingin menekan tombol 'send' hatinya selalu ragu. Alhasil dia menghapus kembali kalimat yang sudah berhasil ia ketik.

"Vin!! Awas nabrak! Itu ada nenek-nenek nyebrang" ucap A Fajar sedikit menggoyangkan lengan kiri Kevin yang mulai tidak fokus karena melamun.

Dengan spontan Kevin menginjak Remnya secara mendadak sehinga menimbulkan suara decitan karena gesekan yang terjadi antara ban dengan aspal jalanan.

Kevin menghembuskan nafasnya lega saat melihat seorang wanita sebaya sudah berdiri di trotoar karena berhasil menyebrang dan tidak ia tabrak.

"Huft! Jantung gue mau mental woy! Lo ngapain ngelamun sih?" tanya A Ihsan yang duduk di bangku belakang, dia juga mengalami kaget yang luar biasa karena kepalanya sedikit terbentur jok depan saat dia akan memejamkan matanya.

Kevin hanya diam dan memejamkan matanya untuk sedikit menenangkan pikirannya.

"Vale lagi?" tanya A Fajar yang duduk dibangku samping Kevin.

Kevin mengangguk, "Nggak ada hal lain yang gue pikirin selain mikirin dia" sahut Kevin

A Fajar hanya mengangguk, dia paham betul bagaimana diri Kevin. Dia akan terlihat tengil jika hatinya sedang bahagia, dan dia akan terlihat pendiam jika hatinya sedang gundah gulana. A Fajar sebenarnya senang melihat Kevin yang pendiam tidak banyak ulah, tapi A Fajar tidak senang dengan latar belakang yang mendorong untuk perubahan sifat Kevin.

"Tuker posisi, biar gue aja yang nyetir" ujar A Fajar turun dari mobil untuk berganti posisi dengan Kevin.

A Ihsan hanya mengedikan bahunya, karena dirinya sudah terserang rasa kantuk.

Kevin hanya diam dan menatap luar jendela ketika mobilnya mulai di kemudikan oleh A Fajar.

Katakanlah Kevin bodoh, katakanlah Kevin pengecut karena dirinya tidak berani mengirim pesan singkat untuk mantan Kekasihnya yang sampai saat ini masih memiliki tahta yang cukup tinggi di hati Kevin. Sedangkan tahta yang paling tinggi masih milik orang yang lain tentunya bukan Renira atau pun Lenira.

"Lo sampe sekarang belum berani ngelakuin apa-apa?" tanya A Fajar fokus menatap jalanan

Kevin menggelengkan kepalanya, "Semuanya masih sama, gue masih agak ragu"

Mon Amour [Kevin Sanjaya]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang