Chapter 53 -End

7.8K 359 54
                                    

#Typo Everywhere

Happy reading❤


Warna putih yang didominasi dengan bau obat-obatan menjadi ciri khas rumah sakit.

Vale berjalan setapak demi setapak untuk menuju dimana ruangannya berada.

Rasa resah dan gelisah masih menginggap di hatinya, Mama yang tiba-tiba memintanya untuk menikah dan Kevin yang tiba-tiba hilang kabar itu cukup membuatnya menggila dipagi yang cerah ini.

"Dokter Vale"

Kepala Vale yang semula menunduk kini mendongak, dirinya mendapati Dokter Lisa yang berdiri dihadapannya.

"Dokter Lisa, ada yang bisa saya bantu?" tanya Vale tersenyum ramah.

"Ah tidak ada, saya hanya ingin memberikan ini pada Dokter" ujar Dokter Lisa menyerahkan seekor marmut berwarna putih yang dilehernya terdapat pita berwarna merah muda yang mengalung dengan indahnya.

Vale mengernyitkan dahinya, "Buat saya? Ini dari siapa?" tanyanya bingung

"Dari seorang lelaki tampan" jawab Dokter Lisa dan berlalu pergi.

Dahi Vale semakin berkerut,

"Dari seorang lelaki tampan?, bukankah di dunia ini banyak sekali lelaki tampan? Lantas, yang mana satu?" batin Vale

Telapak tangan lembut nan hangat Vale mulai mengelus kepala marmut itu.

Entah bagaimana bisa, Dokter Lisa dan lelaki yang dimaksudnya itu membawa seekor marmut untuk masuk kedalam rumah sakit. Padahal setaunya, rumah sakit ini sangat melarang jika ada yang membawa seekor hewan untuk masuk kedalam rumah sakit.

"Ehh ada kertas" gumam Vale begitu melihat ada secarik kertas yang tergelung rapi dalam ikatan pita yang dipakai marmut tersebut.

Tak menunggu waktu lama, Vale pun mengambil kertas tersebut dan mulai membacanya setelah meletakkan marmut tersebut disebelah ia duduk.

"Maaf aku tidak semengagumkan senja,
Maaf aku tidak sehangat mentari,
Tapi maaf lagi, aku tidak ingin menjadi keduanya.

Karena apa? Karena keduanya akan pergi jika masanya telah usai.

Sedangkan aku? Aku ingin selalu berada disisimu dengan kesederhanaan yang aku miliki"

With love :        
                             Suka

Hati Vale menghangat begitu membaca rentetan kata bertinta hitam dengan tulisan tangan yang berantakan seperti cakar ayam, namun Vale bisa membaca dan memahaminya dengan baik.

"Dokter Vale?"

Kepala Vale yang semula menunduk untuk menyembunyikan senyumannya pun mendongak,

"Eh iya? Ada perlu?" tanya Vale dengan senyum bahagianya

"Bisa bantu saya?" tanya Mayang

"Bantu apa?"

"Pasien di ruang VVIP Mawar 02 ngamuk, Dokter bisa menangani? Dokter Rezky sedang ada urusan" pinta Mayang

"Ngamuk? Bagaimana bisa? Bukankah pasien yang disana sudah keluar kemarin?" tanya Vale cemas sekaligus bingung

Mon Amour [Kevin Sanjaya]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang