PART 2

111K 6.4K 53
                                    


Sesuai janjinya, siang sepulang kuliah Aisyah langsung mampir ke rumah umi dan abinya.

‘Assalamu'alaikum!”  Aisyah setengah berteriak masuk ke dalam rumah.
“Wa'alaikumsalam... eh, ada anak Ummi. Baru inget rumah, hmmm? Ummi kangeeen,” Umminya berlari dan memeluk putri kesayangan mereka.
“Kesini sama siapa nak?”
“Sendiri, mi. Tadi pulang dari kampus langsung kesini. Udah ijin kok.”
Aisyah kembali memeluk Umminya sambil menangis. Semakin erat memeluk Umminya hingga jilbab Umminya basah karena air mata Aisyah.
“Loh, kok nangis sayang? Kenapa? Hm?” Tanya Ummi lembut sambil mengusap puncak kepala Aisyah.
Aisyah hanya menggeleng dan terus memeluk umminya sambil menangis. Seandainya tidak ingat ingin berbakti pada ummi dan abi, mungkin Aisyah akan menceritakan semuanya. Beban yang selama ini Aisyah tanggung sendiri. Tapi Aisyah tak ingin melihat air mata dan kekecewaan ummi dan abi. Mereka sangat bahagia dengan pernikahan ini.
“Kangen ummi sama abi,”  jawab Aisyah dengan suara seraknya.
“Umi juga kangen sama Aisyah. Udah ah, kok jadi mellow gini. Mau makan?” Ummi mengajak Aisyah menuju ruang makan.
“Waaah Ummi masak apa hari ini? Pasti Ai makan banyak mi,” jawab Aisyah dengan mata berbinar.
Sreeet....
Aisyah menarik kursi dan duduk bersebelahan dengan umminya. Tangannya terus memeluk lengan ummi. Rasanya tidak ingin lepas.
“Mi, suapin Ai….” Rengek Aisyah manja pada uminya.
“Manjanya... pasti Ai disana disuapin suami ya tiap hari? Ngga bolah manja lagi Ai,’ nasehat umminya. Aisyah hanya tersenyum dan mengangguk.
“Aaaaa.... buka mulutnya sayang. Makan yang banyak yaah”
Aisyah membuka mulutnya. Suapan demi suapan masuk ke mulut Aisyah. Hingga akhirnya nasi di piring telah habis. Selesai membereskan meja makan, Aisyah menuju gazebo taman belakang rumahnya.
Aisyah kembali mengenang saat abinya memberitahukan kalau Aisyah akan dinikahkan.
Flashback on
Sepulang kuliah Aisyah langsung kembali ke rumah dengan motor sport kesayangannya.
“Assalamu'alaikum ummi... abi….”  Ucap Aisyah lembut.
“Wa'alaikum salam, Ai sayang,” jawab ummi lembut. Aisyah langsung mencium punggung tangan ummi dan abinya.
“Udah sholat ashar nak?” Tanya abinya.
“Alhamdulillah udah abi, tadi di kampus. Ai ganti baju dulu yah, bi,” jawab Aisyah kemudian  Aisyah naik ke atas menuju kamarnya.
Tok..tok..tok..
“Nak cepat ganti bajunya, ummi sama abi mau bicara. Abi nunggu dibawah ya,” kata ummi dibalik pintu kamar Aisyah.
“Iya, Ummi”
setelah menjawab Aisyah segera berganti pakaian dan menuju ke bawah.
Trap…trap...trap…

Asyah berjalan menuruni anak tangga  menuju ruang tengah. Rupanya abi dan umminya sudah menunggu dibawah.
Aisyah tersenyum,
“Sini, Nak,” kata abi sambil menepuk kursi disebelah abi memberi isyarat agar Aisyah duduk di sebelah abinya.
“Nak, abi mau bicara serius sama Aisyah,” kata abi membuka pembicaraan. Abi memang selalu to the point jika berbicara.
Aisyah masih diam ditempatnya dan mendengarkan.'

“Nak, ada anak teman abi yang akan mengkhitbah kamu. Abi sudah kenal baik keluarganya. Jadi abi menerimanya. Kamu pasti mau kan, nak? Abi sangat berharap padamu Ai,”  jelas abi dengan tenang sambil mengelus puncak kepala Aisyah.
“Hah??!”
Aisyah tentu kaget. Lalu dia menengok umminya. Ummi hanya diam. Tersenyum lalu mengangguk.
Aisyah tak berani menolak apapun permintaan ummi dan abinya. Iya, seorang Aisyah yang selalu menurut meski menyangkut masa depannya.
Meski dadanya bergemuruh. Tapi Aisyah tetap diam. Lalu mengangguk.
“Apapun abi, apapun perintah abi dan ummi. Aisyah pasti menuruti. Abi tahu itu,” jawab Aisyah dengan mata berkaca-kaca. Dengan hati bergemuruh. Dia ingin marah tapi tidak pernah bisa. Apapun… iya, apapun perintah abi dan ummi pasti yang terbaik.
“Ai, jangan bilang perintah, ini permintaan kami. Maaf memutuskan tanpa berbicara pada Aisyah dulu,”  jawab ummi dengan mata sendu.
Aisyah terus menunduk. Sebentar lagi air matanya akan luruh. Abi memeluk putri kesayangannya erat.
“Abi harap kamu selalu bahagia Aisyah. Jangan khawatir. Kamu tetap kuliah meski telah menikah. Itu syarat yang abi ajukan,” kata abi dengan senyum khasnya.
Flahback off…
Air matanya kembali luruh. “Seharusnya dulu syaratnya tidak boleh di poligami abi...” gumam Aisyah lirih.
Aisyah tidak mengerti kenapa hidupnya sepahit ini.
“Nak…”  suara ummi terdengar. Aisyah segera menghapus air matanya. Lalu tersenyum.
“Disini, ummi,” jawab Aisyah sambil melambaikan tangannya.
Ummi mendekat lalu duduk dibelakang Aisyah sambil menyisiri rambut panjang Aisyah.
“Kamu ada masalah apa nak?” Tanya ummi lembut dengan tangan terus menyisiri rambut lurus  Aisyah yang tebal dan hitam dan panjang itu.
“Aisyah hanya kangen suasana rumah saja, mi,” jawabnya pelan.
Umminya diam. Lalu memeluk putri kesayangannya dengan erat.
“Maaf, nak… maafkan ummi... maaf,” ucap ummi lirih berulang -ulang.
“Kenapa ummi minta maaf?” Tanya Aisyah bingung. Sungguh, apapun yang terjadi baginya ummi dan abi tak pernah salah.
“Ummi memang ngga tahu apa yang terjadi. Tapi ummi tahu putri kesayangan ummi tidak bahagia. Nak, cobalah ikhlas dengan pernikahan ini. Apa suamimu berperilaku baik padamu?” Tanya ummi lembut.
Aisyah menangis. Dia memeluk umminya erat sambil terus terisak. Entah apa yang harus dia ceritakan. Bertahun-tahun dia menahan semuanya. Sendiri... dan semuanya demi senyum abi serta umminya. Mencoba ikhlas meski harga dirinya tercabik cabik habis tanpa sisa.
“Ssst... ummi sama abi ngga salah apapun. Aisyah yang salah, mi. Ummi benar. Aisyah harus ikhlas dan berdamai dengan keadaan. Mas Fahri sangat baik. Terlalu baik bahkan untuk Aisyah, ummi,” jawab Aisyah dengan air mata terus mengalir deras.
Umminya terus memeluk putrinya erat. Lalu menghapus air matanya.
“mKamu putri sholihah umi dan abi,” kata ummi pelan.
“Mi, nanti motor Aisyah mau Aisyah bawa. Ai udah ijin sama mas Fahri. Biar ngga repot. Kasihan kalau mas Fahri harus muter balik nganter Aisyah kuliah, mi,” kata Aisyah pelan.
“Nanti bilang abi yah,” jawab umminya sambil kembali memeluk putrinya.
“Yaaah ummi. Kalo bilang abi nanti sampe malam, Ummi. Kasihan suami Aisyah,” Aisyah memberi pengertian pada umminya.
“Ya udah, kuncinya dikamar kamu ya, Ai,” jawab umminya dengan tersenyum.
“Makasih ummi....,” jawab Aisyah dengan hati gembira lalu langsung berlari menuju kamarnya.
“Yeeaaay!!!! Dewa!!!!! I'm camiiiiiiing!!" Teriak Aisyah sambil berlari.
Dewa adalah nama motor sport kesayangan Aisyah.
Ummi hanya geleng- geleng kepala melihat tingkah putri semata wayangnya. Lalu tersenyum.
“Barakallah nak, semoga bahagia selalu menyertaimu,” ujar ummi pelan.






Aku adalah aku yang  menerima saat kamu sakiti.
Lalu mencoba menerima (lagi)
saat engkau sakiti sekali lagi...Lagi dan lagi.
Dan mungkin hati ini tercipta memang untuk engkau sakiti.
Dan aku terbiasa bersama lara....

AISYAH WEDDING (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang