PART 17

87.1K 4.5K 54
                                    

Aisyah sedang duduk di belakang rumah Nadia. Sudah seminggu Aisyah disini, dan tidak ada tanda -tanda Fahri menghubunginya.
Bahkan, Aisyah sudah ke rumah tapi rumah kosong. Aisyah mencoba ke kantor pun hasilnya sama. Fahri tidak ada ditempat.
“Kamu kemana sih, bukankah suami yang harusnya melindungi istri? Apa kamu ngga khawatir sama keadaan aku, mas? Apa dihati dan pikiran kamu hanya terisi Hana?” Gumam Aisyah pelan.
Aisyah melihat gitar di pojok gazabo taman. Dia beranjak dari tempatnya lalu mengambilnya. Aisyah memainkan gitar itu.
Tak ku sangka
Semua seperti ini
Semua yang indah
Berubah jadi sirna
Aisyah bernyanyi sambil memainkan gitar. Meresapi tiap tiap kalimat lagu yang dia mainkan.

Tak habis pikir
Kau tega seperti ini
Meninggalkan aku
Tanpa suatu kepastian
Ku hanya bisa berharap
Kau bahagia disana
Dengan dia pilihanmu
Walau dia sahabatku
Aisyah kembali mengenang  saat bersama Fahri dan Hana. Air matanya mengalir deras.
Biar aku yang pergi
Biar aku yang tersakiti
Biar aku yang berhenti
Berhenti mengharapkanmu
Oh tuhan kuatkan aku
Menerima semua ini
Jika dia memang untukku
Kuharap kembalikan dia padaku
Ku hanya bisa berharap
Kau bahagia disana
Dengan dia pilihanmu
Walau dia sahabatku
Biar aku yang pergi
Biar aku yang tersakiti
Biar aku yang berhenti
Berhenti mengharapkanmu
Oh tuhan kuatkan aku
Menerima semua ini
Jika dia memang untukku
Kuharap kembalikan dia padaku
Biar aku yang pergi
Biar aku yang tersakiti
Biar aku yang berhenti
Berhenti mengharapkanmu
……………………………………..
Aisyah menyanyikan sebuah  lagu dengan suara sangat merdu disertai gitar akustik yang dia mainkan.
Aisyah benar - benar menyerah. Dia sudah tidak sanggup berjuang seorang diri.
Azka melihat dan mendengarkan Aisyah bernyanyi, hatinya terisis. Rasanya sangat pedih melihat Aisyah terus menangis dan terluka seperti itu.
“Kamu salah Fahri. Aisyah  telah menyerah. Dan aku tidak akan membiarkan dia lepas dariku. Kamu telah membuangnya demi wanitamu,” gumam Azka pelan.
Azka melangkah menghampiri Aisyah yang sedang memainkan gitar.
“Assalamu'alaikum, neng,” sapa Azka.
Aisyah menengok, melihat  Azka mendekat Aisyah menghapus air matanya.
“Wa'alaikum salam. Tumben ngga keluar, Abang,” jawab Aisyah pelan.
Azka duduk di depan Aisyah. Mata Aisyah terus memperhatikan Azka.
“Ya Allah baru sadar aku. Bang Azka ternyata manis, ganteng banget”  kata Aisyah dalam hati.
Tapi kemudian dia menepisnya. Dia geleng - geleng kepala.
“Astaghfirullah, Ai.... kamu istri orang! Ya Allah...”  rutuk Aisyah dalam hati.
“Hey..hey.. Ai ai lope you. Kamu kenapa si? Pusing kepala kamu?” Tanya Azka dengan wajah terlihat khawatir.
Aisyah hanya tersenyum.
“Maaf pinjem gitarnya ngga bilang tadi,” kata Aisyah meringis. Rasanya tidak enak hati, sudah numpang berhari - hari.
“Ooh santai aja sih. Hari ini aku cuti sampe 3 hari ke depan. Berasa remuk ini badan,” jawab Azka.
Aisyah mengangguk dan ber 'O' ria.
“ Nadianya  dimana, bang?” Tanya Aisyah kemudian.
“Oh dia lg dirumah sakit. Ada operasi mendadak tadi,”  jawab Azka.
Aisyah kembali diam. Azka membari isyarat agar Aisyah memberikan gitarnya.
Azka menerima gitar Aisyah lalu memainkannya.
“Maaf Ai, kamu ngga hubungi suami kamu. Kamu seminggu loh disini,” kata Azka sambil memainkan gitarnya.
“Maaf. Bang Azka ngga nyaman yah? Ya udah Ai pulang sekarang ya,”  jawab Aisyah dengan rasa tidak enak.
Azka tersenyum kecil,
“ Enggak gitu, Ai. Kamu kalo udah jadi istri abang juga bakal abang kekepin disini tiap hari.hihihi,”  jawab Azka terkekeh.
“Haaiiiish.... apaan deh!” Aisyah menepiskan tangannya keudara.
Azka menatap Aisyah, saat mata mereka bertemu mereka segera  memutuskan pandangan dan memandang kesembarang arah.
“Ngga baik ai bersembunyi dari masalah. Kamu punya umi, abi, kamu bisa kesana dan cari perlindungan. Yaa asal kamu ijin dari suami kamu,” jawab Azka.
Aisyah masih terdiam. Matanya kembali berkaca -kaca.
“Aku sayang kamu, Ai. Kamu wanita sholihah. Sebaiknya selesaikan masalahnya yah,” kata Azka bijak
Aisyah tersenyum,
“Ai mau cerai, bang. Ai mau gugat cerai suami Ai,”  jawab Aisyah pelan. Lalu air matanya pecah.
Azka menatap Aisyah terluka, dia sangat tersiksa. Azka lebih terluka melihat Aisyah terluka.
“Ai pulang sekarang ya, bang,” kata Aisyah kemudian.
Azka mengangguk.
“Maaf Ai, kamu istri orang. Nadia ngga dirumah. Abang takut terjadi fitnah saja. Ai ngerti maksud abang kan?” Tanya  Azka kemudian.
“Iya, maaf merepotkan bang,”  jawab Aisyah.
Aisyah beranjak dari tempatnya lalu mengemasi barang- barang miliknya.
Aisyah menyeret kopernya. Lalu menelpon Fahri. Dan hasilnya kembali nihil. Tidak ada jawaban.
Aisyah pamit pada Azka
“Makasih, abang. Ai pulang yah,”kata  Aisyah.
“ iya. Kamu bawa mobil abang aja. Malukan bawa koper segede gede bagong gitu naik motor. Kalo pake mobil mah sekali angkut Ai,” kata Azka menawarkan.
“Ah, ngrepotin lagi kan jadinya,”  jawab Aisyah.
“Udah ngga papa. Yuk abang anter aja. Ntar mah motornya biar diantar Nadia besok,” jawab Azka sambil memasukkan koper Aisyah ke dalam mobil.
“Ih itu sih kesenengan si Nadia, bang. Dia mah emang demen banget make dewa!” Kata Aisyah ketus.
Lalu mereka tertawa.
“Nyenengin jomblo pahala, Ai,”  jawab Azka.
Aisyah hanya tersenyum. Aisyah duduk di belakang. Azka melajukan mobilnya. Mengantar Aisyah pulang kerumah abinya.
“Ke mana,  Ai?” Tanya Azka.
“ Kerumah abi. Dari kemarin ke rumah sepi. Kekantor juga ngga ada orangnya. Di hubungi ngga bisa. Ilang kaya ditelan bumi,” jawab Aisyah dengan mata berkaca -kaca.
Azka mengangguk dan terdiam. Dia tak ingin tahu lebih banyak. Tak mau terkesan caper di depan Azka. Mobil melaju membelah jalan dengan kecepatan sedang menuju rumah abi Aisyah.
“Sholat istikharah, Ai. Jangan ambil keputusan dalam keadaan emosi,” kata Azka mengingatkan.
Aisyah tersenyum lalu mengangguk.
Tanpa sadar dalam hati Azka berharap masalah Aisyah segera selesai.  Dan Azka segera menghalalkannya. Eh, menghalalkannya? 
Masih bolehkan Azka berharap untuk itu? 
Azka hanya ingin Aisyah bahagia dengannya itu saja.

'Aku sayang kamu karena Allah.
Maka aku menjauhimu dan mendekatkan diri pada pemilikmu'.
Biarkan aku merayu Allah  agar mau menuliskan engkau sebagai jodohku...,

AISYAH WEDDING (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang