PART 18

82.7K 4.7K 44
                                    

Mobil yang mereka tumpangi telah sampai dirumah abi Aisyah. Aisyah turun lalu dibantu Azka mengeluarkan koper - kopernya.
“Makasih ya, bang,” kata Aisyah tulus.
Azka hanya mengangguk.
“Maaf ya, dek. Bukan apa - apa. Abang hanya menjaga kamu agar tidak terkena fitnah. Abang pulang dulu. Assalamu'alaikum,” Azka pamit lalu mobilnya menjauh dari rumah Aisyah.
“Assalamu'alaikum...”  Aisyah mengucap salam lalu masuk ke dalam rumah.
“Wa'alaikum salam,”  jawab umi.  Umi Aisyah terkejut melihat putrinya pulang dengan tiga koper yang dibawa.
“Umi.....”
Aisyah menghambur kepelukan uminya dan membiarkan koper -kopernya diteras rumah.
“Sayang....” Ummi membalas pelukan Aisyah.
“Bi... tolong koper Aisyah dibawa ke kamarnya, ya,”  pinta ummi Aisyah.
“Iya ummi,” jawab mba Ndiroh pembantu dirumah.
Aisyah dan umminya langsung menuju ke ruang tengah, tempat abinya sedang nonton tv.
“Assalamu'alaikum, abi,” kata Aisyah. Aisyah melepas pelukan uminya lalu beralih memeluk erat abinya.
Tangisnya pecah dipelukan abi. Abi mengelus punggung Aisyah lembut. Umi lalu mengambilkan minuman untuk putrinya.
''Sama siapa dek?” Tanya abi lembut.
“Ai...hikss...hikss…”  Aisyah masih menangis dan belum melanjutkan kalimatnya.
Abinya menatap putrinya dengan tatapan sendu. Lalu kembali memeluknya.
“Dek, sudah makan?” Tanya ummi sambil membawa jus jeruk untuk Aisyah.
Aisyah mengangguk. Setelah tangisnya mereda, Aisyah berniat mengatakan sejujurnya pada umi abinya.
“Hmm...ummi...abi... Ai...Ai mau bicara,” kata Aisyah  dengan nada lirih.
Abi dan ummi Aisyah saling berpandangan. Lalu menatap putrinya.
“Kenapa, nak?” Tanya umminya lembut.
“Ummi... abi... maaf kali Ai bikin kecewa nanti. Tapi...hikss.hiikss Ai... Ai sudah ngga sanggup menahannya ummi..abi..hikss hiiks...”  kata Aisyah terbata.
Ummi dan abi Aisyah hanya diam memunggu Aisyah selesai menjelaskan.
Ummi Aisyah memeluk putrinya memberi kekuatan. Air mata uminya mengalir. Meski tak tahu apa masalahnya, tapi melihat anaknya berantakan ibu mana yang tega melihatnya.
“Kenapa?” Tanya abi tenang, hanya mata abinya tak dapat berdusta. Tatapan sendu abinya telah menjelaskan semuanya jika abinya juga terluka.
“Ai.. Ai ingin pisah sama mas Fahri abi.hiiiks...hiiiks,”  jelas Aisyah terbata.
“Astaghfirullah... Ada masalah apa nak?” Tanya abi cemas.
Ummi tak berkata apapun. Air matanya tumpah sambil terus memeluk erat putrinya. Aisyah menangis pilu dengan terus memeluk uminya.
“Sebenarnya mas Fahri telah menikah lagi seminggu setelah kami menikah abi,”  jelas Aisyah terisak.
Abi dan umminya terperangah. Ada sorot kecewa dan terluka dimata orang tua Aisyah. Umminya memeluk Aisyah erat. Tangisnya terus pecah terdengar sangat memilukan.
“Siapa wanita itu?” Tanya abi.
“Di-dia... mbak Hana, abi,”  jawab Aisyah dengan mata sembabnya.
“Ya Allah…” abi memeluk putri dan istrinya erat. Air matanya tumpah. Putrinya harus menahan semuanya selama ini sendirian.
“Kenapa baru cerita, nak?” Tanya umi terisak.
“Umi... Aisyah masih gadis, mi. Mas ngga pernah menyentuh Aisyah. Mbak Hana hamil sekarang..hiiiks..hikss... Aisyah ngga tahu kemana mas Fahri sekarang. Rumah sepi. Dikantor ngga ada. Ngga bisa dihubungi. Aiayah ngga tahu harus gimana mi...hikkks…” Aisyah menumpahkan bebannya sekarang.
Cerita Aisyah mengalir begitu saja dari bibir mungilnya disertai isakan tangis pilu. Abi dan uminya terus beristighfar. Agar emosi tidak menguasai mereka.
“Ini rumah kamu, nak. Kami akan selalu memelukmu. Pulanglah. Abi akan mengurus semuanya jika itu mau kamu,”  kata abinya sambil memeluk putrinya.
Aisyah terus menangis.  “Maaf... maaf adek membuat ummi dan  abi kecewa,”  kata Aisyah berulang. Ummi menggeleng, 
“Nak... 6 tahun kamu berusaha. Dan mungkin ini yang terbaik. Jangan saling mendzolimi. Ini yang terbaik. Umi tahu, anak umi pasti sudah berusaha melakukan yang terbaik untuk bertahan,”  kata ummi Aisyah terisak.
“ Aisyah sudah lelah, abi. Bolehkan Aisyah egois sekali saja abi. Sekali ini.hiikss...hikss,”  Aisyah menangis terdengar sangat memilukan. Jilbab umi Aisyah sudah basah karena air mata putri tersayangnya.
“Ya sudah kamu makan terus tidur yah,” kata abi kemudian.
“Iya, abi. Abi bolehkan Aisyah tidur bersama umi malam ini?” Tanya Aisyah pelan.
“ Tentu sayang ... tentu saja...” jawab umi Aisyah. Abi tersenyum dan mengangguk.
Akhirnya mereka menghabiskan malam itu dengan banyak bercerita. Hingga tak disadari jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari.
“Tidur dek. Udah jam 2,”  kata abi.
Aisyah mengangguk. Lalu berjalan beriringan dengan uminya menuju kamar Aisyah. Mereka tertidur berpelukan. Melihat Aisyah tertidur, uminya kembali menangis. Dia memeluk erat putrinya.
“Ummi, abi selalu menjagamu, nak. Umi ngga nyangka ujian kamu begitu berat. Umi sayang Aisyah,” bisik umi lirih sambil mengelus rambut panjang Aisyah.
Diruang kerja, abi Aisyah menelpon rekannya untuk segera menyiapkan berkas - berkad gugatan cerai.
“Sudah cukup 6 tahun kamu membohongi kami Fahri. Kamu harus kembalikan Aisyah kembali pada kami,” gumam abi pelan.
Air mata abi mengalir deras. Meski dia terlihat tegar disepan anak dan istrinya. Sebenarnya dia adalah yang paling terluka. Dia yang menjodohkan Aisyah dengan Fahri. Dia sangat terluka. Ayah mana yang tak terluka jika putrinya diperlakukan demikian?

'Lelaki yang pertama mencintai kamu
bahkan sebelum kamu terlahir kedunia ini adalah abi.
Iyah, abi akan selalu sayang padamu.
Kembalilah saat kamu terluka.
Abi akan mengobati lukamu...

AISYAH WEDDING (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang