PART 34

78.9K 3.8K 20
                                    

Azka menatap iba pada tubuh ringkih istrinya yang tidur di kamar miliknya. Akhirnya Azka memutuskan membawa istrinya ke rumahnya. Tubuh Aisyah yang masih bebalut gamis hitam miliknya, masih meringkuk dengan selimut tebal membalut tubuh ringkihnya. Bahkan bau wangi tubuhnya masih sangat tercium meski Aisyah telah berkeringat bahkan berurai air mata. Mata sembabnya dan jejak air mata yang belum hilang tak membuat kecantikan gadis muslimah itu berkurang sedikitpun. Azka merasa sangat beruntung akhirnya Aisyah mempercayakan hatinya pada Azka. Setelah bertahun-tahun berusaha mengubur rasa itu, dan sialnya rasa itu semakin membesar. Kini, Aisyah menjadi miliknya. Azka memanggil dokter Sarah ke rumah nanti. Dia harus memastikan Aisyah baik baik saja.

Aisyah masih terpejam, dia mungkin kelelahan karena terus menerus menangis.

"Bang, telpon ummi abinya Aisyah jangan lupa," kata mamah lembut membuyarkan lamunan Azka.

Azka yang tersadar langsung menghubungi abi.

"Assalamu'alaikum, Abi"

"Wa'alaikum salam, Ka"

"Bi, tadi ada Fahri mengamuk dirumah. Aisyah sekarang dirumah Azka," kata Azka.

"Astaghfirullah anak itu. Iya. Terimakasih, Ka. Abi kesana sekarang"

Ternyata abi langsung memutuskan sambungan telponnya sepihak. Mungkin, abi memutuskan untuk menuju rumah Azka untuk menemui putrinya.

Azka kembali meletakkan hpnya disaku celananya. Azka kembali memeriksa kondisi tubuh Aisyah.

"Gimana kondisinya, Bang?" Tanya papah.

Mamah ikut melihat Aisyah yang terbaring meringkuk diranjang milik anak sulungnya itu. Butir-butir air sebening kristal akhirnya menetes juga.

"Sebenarnya kenapa sih, Dek?" Tanya papah gusar.

"Mantan suami Aisyah mengamuk, Pah. Sebenarnya sejak Aisyah memutuskan berpisah mantan suaminya ngga pernah berhenti mendekati dan meminta rujuk. Bahkan tadi sampai madunya tidak sengaja terpental, Pah," kata Azka dengan tangan yang tak pernah lepas menggenggam Aisyah.

"Kok bisa?" Kali ini suara mamah.

Azka hanya menaikkan bahunya tanda tidak mengerti.

"Kamu harus jaga istri kamu dengan baik, Ka. Dia sangat shock. Jangan sampai dia semakin trauma dan depresi," kata papah mengingatkan.

"Azka harus berbicara empat mata dengan Fahri, Pah. Dia sudah melewati batasnya," kata Azka dengan rahang mengeras.

Mamah mengelus pundak anak sulungnya penuh sayang.

"Permisi tuan, ada nyonya dan tuan besan di depan," ucap pembantu rumah tangga di rumah Azka dengan tubuh membungkuk penuh hormat.

"Iya.kami ke bawah. Terimakasih," kata papah penuh wibawa.

"Bang, mamah sama papah ke bawah dulu nemuin mertua kamu," kata mamah lembut.

"Iya"

Mamah dan papah Azka berjalan beriringan, saat sampai diruang tamu, besannya sudah menunggu dengan wajah cemas.

"Mas, mbak apa kabar," sapa mamah basa basi.

"Alhamdulillah kami baik. Aisyah dimana?" Jawab ummi dengan wajah cemas yang tak dapat disembunyikan.

Mamah papah Azka sangat memahami besannya yang sangat khawatir. Mengingat Aisyah putri satu-satunya. Apalagi beredar kabar suami Aisyah terdahulu main gila dengan pembantu rumah tangganya yang sekarang tengah hamil. Sungguh kasihan Aisyah.

"Kita naik ke atas saja. Ada dikamar Azka," jawab papah lalu mengajak mereka ke atas.

Ummi dan abi mengikuti langkah mamah papah Azka ke atas. Derap langkah mereka terdengar jelas memecah kesunyian di rumah itu. Raut wajah mereka terlihat sangat khawatir.

"Assalamu'alaikum," ucap abi dengan suara rendah.

"Wa'alaikum salam umi, abi," jawab Azka lalu mencium punggung tangan kedua mertuanya.

"Bagimana keadaan Aisyah bang?" Tanya ummi khawatir dengan mata berkaca-kaca.

Meski wajah Aisyah tertutup cadarnya, namun ummi yakin wajahnya pucat kali ini.

"Kenapa bisa?" Tanya ummi dengan suara parau. Ummi mencium. Kening putrinya lama, mengalirkan kekuatan pada putri kesayangannya. Air matanya luruh begitu saja. Hatinya sangat pilu. Bahkan hanya bertemu dengan mantan suaminya saja sudah membuat putrinya seperti ini, bagaimana kehidupan berat yang dijalani putrinya selama tujuh tahun belakangan seorang diri? Memikirkannya saja sudah membuat ummi tersayat pilu.

"Bagaimana bisa, Ka?"Tanya abi dengan wajah sendu.

"Azka tiba - tiba saja mendapat telpon dari supir Aisyah, Bi. Ternyata yang terdengar suara Fahri dan isak tangis Aisyah. Azka yakin, Fahri memaksa Aisyah. Aisyah bahkan sampai ketakutan, bi. Kemarin padahal baru saja kami terapi untuk trauma yang dialami Aisyah. Azka yakin Aisyah sudah berusaha keras menekan semua perasaan kecewa, benci, takut dan semuanya saat berhadapan dengan mantan suaminya. Apalagi disitu ada istri dari mantan suaminya juga," jawab Azka panjang lebar.

Sorot mata abi menunjukkan kecewanya.

"Kamu lakukan yang harus kamu lakukan, Ka. Abi percayakan padamu. Besok acara resepsi pernikahan kalian. Pastikan mereka tidak menginjakkan kaki disana," kata abi tegas namun menunjukkan kekhawatiran yang sangat dalam.

Azka mengangguk mantap. Dia tidak akan membiarkan siapapun menyakiti istrinya. Siapapun, tidak terkecuali dirinya sendiri.

"Tenang saja, mas. Kami pasti mengurusnya," kata papah bijak.

Ummi dan abi mengangguk. Ummi masih terus menangis sesegukan. Ini lebih sakit dari pada saar melahirkan putrinya kedunia.

"Ya sudah, saat Aisyah bangun nanti abi akan membawanya. Nanti sementara kami akan menginap dihotel," jawab abi.

"Nanti sopir akan mengantar. Saya telpon dulu biar disiapkan kamar vvip untuk kalian dihotel," jawab papah. Iya, papah Fahri memilik hotel besar yang sangat terkenal di kotanya itu. Tentu saja fasilotas mewah akan didapatkan Aisyah, mengingat dia adalah menantu kesayangan mereka. Apalagi mereka tahu, Azka mencintai Aisyah jauh sejak Aisyah masih akan masuk ke pondok pesantren jaman remaja dulu. Bahkan saat Aisyah menikah putra sulungnya itu sangat menutup diri. Terkesan dingin, dan tidak pernah tersenyum. Sejak mengkhitbah Aisyah saja, Azka menjadi pribadi yang riang, terbuka bahkan tak jarang bertingkah konyol. Tak jarang Aisyah sampai mengompol karena banyak tertawa saat bersama suaminya.

"Semua akan baik-baik saja. Insya allah," kata mamah lembut memeluk ummi Aisyah yang menangis.

"Aaamiiin... kami titip putri satu-satunya milik kami pada kalian. Terutama padamu, Bang," kata ummi lirih. Mata ummi masih setia menatap wajah putrinya yang terlihat masih me utup mata dengan jejak air mata yang masih terlihat.

"Insya allah Azka akan menjaga Aisyah sekuat Azka. Bahkan Aisyah seperti jantung Azka. Saat dia sakit dan terluka, maka Azka akan lebih terluka," jawab Azka.

"Abi percayakan Aisyah pada kamu, Ka. Dia sudah cukup terluka kamu tahu itu. Jangan melukainya lagi. Pulangkan dia jika kamu sudah tidak sayang dan cinta padanya. Jangan membuatnya terluka," kata abi tegas namun lembut.

"Insya allah abi, ummi," jawab Azka mantap.


Kamu adalah gadis terkuat yang aku kenal, namun sekarang kamu terlihat rapuh...


Kamu adalah gadis periang yang pernah ku kenal namun sekarang jejak air mata itu bahkan masih berbekas...

Dia sudah membuat aku murka...
Dia sudah membuat marahku terbakar hebat....

Wahai khumairaku, bangunlah...
Berikan tatapan teduhmu, senyum terindahmu karena itu satu - satunya obat bagi hatiku yang tercabik habis.....

Hai dear...
Mohon maaf terlambat up😀

Jangan luopa vote, komen, dan follow Dee dooong yah....
Semoga Allah mencatatnya sebagai amal ibadah.aamiiin...

Happy reading dear....

AISYAH WEDDING (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang