Mereka tenggelam dalam pikiran masing - masing. Fahri memijit pelipisnya yang terasa sangat pening. Aisyah menatapnya iba. Hatinya kembali goyah.
“Ya Allah siapa yang akan mengurus mas Fahri saat mba Hana bahkan tak bisa mengurus diri sendiri?” Gumam Aisyah dalam hati.
Dadanya sesak, kenapa mencintai sesakit ini. Dia bukan perebut suami orang. Dia bukan wanita yang merebut hak wanita lain. Tapi kenapa dia yang selalu harus mengalah???
“Tidurlah mas. Istirahat dulu. Biar mba Hana saya yang menjaga,” ucap Aisyah tiba - tiba.
Fahri dan mamahnya mendongak kaget. Mamah Fahri memeluk Aisyah erat.
“Ka-kamu wa-nita hebat. Ka-kamu putri ma-mah. Ja-ngan berhenti me-mang-gilku ma-mah Ai hiiiks... hiiks... mamah tahu sakitnya seperti apa..hiiiks...hikks..'.” ujar mamah Fahri terbata dengan suara serak.
Aisyah membalas pelukan ibu mertuanya erat. Rasanya sakit, sangat sakit. Ingin pergi jauh, tapi kenapa sesakit ini saat memikirkan bagaimana mas Fahri, siapa yang akan menyiapkan air hangat saat dia pulang tengah malam? Siapa yang.. ah, kenapa Aisyah tak bisa berhenti peduli pada lelaki itu??
Setelah mamah Fahri melepas pelukannya, Fahri menatap Aisyah dengan tatapan sendu. Fahri mencoba meraih tangan Aisyah. Namun ditepis Aisyah. Fahri menangis kembali.
“Maaf... maaf... jangan tinggalkan mas.. Dek, mas mohon,” kata Fahri dengan suara beratnya.
Aisyah menghindari tatapan mata Fahri.
“Tolong ridhoi saya untuk menginap dirumah teman selama beberapa hari setelah saya menjaga mba Hana,” pinta Aisyah pada Fahri.
Fahri menunduk. Hatinya serasa diremas. Bahkan Aisyah tak pernah berubah. Meski dia meminta di talak, tapi masih memohon ijin padanya untuk pergi. Fahri merasa bimbang. Dia sangat takut Aisyah pergi. Sangat...
“Kenapa?” Tanya Fahri dengan tatapan sendunya. Aisyah hanya diam. Ingin rasanya menangis. Tapi tak bisa.
“Saya butuh sendiri dulu,” jawab Aisyah.
Fahri mengangguk, tiba -tiba mamah Fahri kembali buka suara.
“Fahri, mulai hari ini kamu tak perlu ke kantor. Aisyah akan mengurusnya sendiri nanti. Kamu laki-laki. Semua harta yang kamu gunakan milik Aisyah jika kamu lupa. Jangan gunakan sepeserpun untuk membiayai selingkuhanmu itu! Demi Allah dunia akhirat mamah nggak sudi!” Kata mamah Fahri terisak.
Fahri terdiam. Dia menangis, sungguh dia telah menyakiti mamahnya sangat dalam. Dia sangat menyesal.
“Mah, jangan begitu,” kata Aisyah lembut dan lirih. Mamah Fahri menggeleng.
“Dia memang anakku. Tapi kini kedudukannya sama dengan ayahnya. Siapa saja yang menorehkan luka padaku silahkan angkat kaki. Ini bukan soal kamu Aisyah. Ini soal saya! Saya bahkan tak mengenal lagi siapa yang peduli pada kematian saya nanti,” ujar mamah Fahri pilu.
Fahri tersentak, dia memeluk kaki ibunya dan terus menciuminya. Fahri tak takut kehilangan seluruh kekayaannya. Dia sangat takut kehilangan mamahnya. Dia serba salah. Hana sangat membutuhkannya sekarang, tapi dia tak ingin menyakiti mamah dan Aisyah lagi.
“Mah, Fahri mohon jangan beri pilihan sulit. Fahri ngga bisa memilih diantara kalian,” kata Fahri terisak.
Aisyah hanya menatapnya nanar. Tidak ada lagi air mata. Dia berjanji pada sahabatnya. Tak boleh ada lagi air mata kesedihan. Dia harus kuat. Mereka tenggelam dalam drama yang Fahri ciptakan. Aisyah bangun dari tempatnya.
“Ehem... mah, saya ke rumah sakit dulu sebentar. Urusan kantor, saya harus solat istikharoh dulu,” kata Aisyah kemudian.
Mamah Fahri mengangguk, Aisyah mencium punggung tangan mertuanya.
“ Kamu putriku. Jaga hatiku ai. Mamah butuh kamu. Hanya kamu,” kata mamah Fahri sambil mengelus puncak kepala Aisyah. Aisyah tersenyum lalu mengangguk.
Kini gantian Aisyah mencium punggung tangan suaminya lama.
“Mungkin ini terakhir kali bagiku melakukannya. Maaf Aisyah tak pernah menjadi istri sholihah. Maaf gadis tak tahu diri ini bertahun-tahun berada ditengah - tengah kalian. Maaf,” kata Aisyah dengan suara serak yang hampir habis.
Fahri gemetar, dia sangat takut benar-benar kehilangan Aisyahnya.
“Kamu juga perlu istirahat, dek. Kita kesana bersama saja,” kata Fahri kemudian.
Aisyah terdiam lalu mengangguk.
Setelah berpamitan akhirnya mereka keluar. Sarapan yang dibuat tak disentuh sama sekali. Tidak ada yang berselera memakannya. Mobil melaju menuju rumah sakit.
Sesampainya disana Aisyah dan Fahri menuju kamar inap Hana. Gerakan Aisyah terhenti saat Fahri berhenti. Mereka mendengar jelas didepan sana ada lelaki yang memeluk Hana erat.
“ Han, aku disini untu kamu dan anak kita sayang. Maaf aku ngga bisa menjauhimu,” kata lelaki itu pada Hana.
Fahri menahan amarahnya. Aisyah hanya terdiam. Dia melihat amarah, kesedihan, kecewa dimata Fahri.
“Aku masih mencintaimu. Sangat. Tapi Fahri suamiku. Dia sangat baik. Aku tak bisa melukainya,” ujar Hana.
Air mata Fahri luruh begitu saja. Dia berjuang untuk orang yang salah. Fahri berbalik dan meninggalkan ruangan itu begitu saja. Aisyah menatapnya dari belakang. Aisyah membuka pintu ruangan saat terlihat mereka kembali berpelukan erat.
“Assalamu'alaikum,” ujar Aisyah sambil memasuki ruangan. Mereka terlonjak kaget.
“Za... Zahra….” kata Hana terbata.
“Iya, ini saya. Tadinya berniat menjagamu. Tapi ada dua orang saling mencintai yang saling menjaga. Saya salah tempat rupanya,” sindir Aisyah kemudian.
Aisyah meletakkan rantang makanan di atas nakas.
“Makanlah. Suamimu tadi melihatnya. Tidak baik wanita bersuami berkhalwat dengan lelaki lain diruangan sepi begini,” kata Aisyah lalu meninggalkan mereka.
Hana mencoba bangun dan mengejar Aisyah. Tapi dia tak punya cukup tenaga. Akhirnya terjatuh, Hana menangis sesegukan. Lelaki itu memeluk Hana erat dan membantunya kembali tidur.
“Tenanglah ada aku...” ucap lelaki itu sambil mengecup kening Hana.
Aisyah berlari mengejar Fahri hingga ke parkiran mobil. Fahri terlihat menangis dan membentur benturkan kepalanya di mobil. Aisyah hanya menatapnya miris.
“Seharusnya ini adalah waktuku berjuang. Tapi kenapa aku ingin menyerah melihat kamu sesakit ini dilukai mba Hana? Kamu sangat mencintainya?” Gumam Aisyah lirih.'Aku bukan pilihan kedua.
Meski sakit melihatmu terluka.
Aku tetap pergi...
maaf aku bukan pilihan'
KAMU SEDANG MEMBACA
AISYAH WEDDING (END)
SpiritualTELAH DIBACA LEBIH DARI 2,5 JUTA ORANG!! #WATTYS2019 " Bukan aku mengharap untuk disentuh. Aku seorang muslimah. Aku hanya merasa direndahkan dengan perlakuannya padaku. Bukan fisik tersakiti. Harga diriku tercabik..." #43 9 April '19 #2 24 April '1...