Part 33

84.5K 4K 54
                                    

Aisyah masuk kedalam rumah setengah berlari,
“Assalamu’alaikum,”  kata Aisyah sambil berlari masuk kedalam rumah.
“ Wa’alaikum salam, adek. Ya Allah, deeeeek! Kok basah gitu? Ih, pesiiiing!” Jawab ummi setengah berteriak.
Abi yang mendengar teriakan ummi langsung berlari keluar dari ruang kerjanya.
‘”Ya Allah, ummi.  Ada apa ?” Tanya abi kaget.
“Itu abi, anakmu bau pesing!” Jawab ummi sambil menunjuk Aisyah. Aisyah hanya tersenyum lebar mendengar umminya.
“ Mandi dek, bau kamu! diompolin siapa?” Tanya abi.
Aisyah tak segera menjawab, tetapi akhirnyan dia kembali berlari menuju kamarnya untuk segera membersihkan diri karena merasa rishi. Ummi yang melihat Aisyah berlari kembali berteriak keras.
“Ya Allah adeeeeeek!!!!! Itu kececeran ke lantai semua air nya adeek!!!” teriakan ummi menggema kesetiap sudut ruangan. Abi yang melihatnya terkekeh.
Aisyah yang mendengar teriakan umminya berhenti sebentar, mengeluarkan senyum polosnya.
“ Jangan naiiik adeeek!!!!” Teriak ummi lagi, namun terlambat. Aisyah telah sampai diujung tangga teratas menuju kamarnya.
Abi melihatnya hanya geleng-geleng melihat tingkah ajab anak dan istrinya. Ummi mengelus dadanya sambil beristighfar melihat tingkah anak semata wayangnya.
Ummi masih terus mengomel sambil mengambil alat pel untuk membersihkan bekas air yang berbau pesing itu. Abi tersenyum geli, lalu memeluk ummi dari depan dan mengecup singkat bibir ummi yang terus mengerucut ke depan karena tidak berhenti mengomeli Aisyah.
“Sssttt…. Udah bilang mbak Ndiroh suruh ngepel ulang. Ummi pijitin abi yuk. Abi capek ummi ngetik terus,” kata abi lalu menggendong ummi ala bridal style.
Ummi kembali menggerutu mendapat perlakuan abi, ummi tahu dengan pasti. Sejak Aisyah kecil, suaminya selalu memiliki seribu cara untuk menghindarkan Aisyah dari amukan umminya.
“Abi! Kebiasaan ngalihin perhatin biar anaknya ngga kena omel! Dasar!” Kata ummi geram. Abi kembali tertawa lepas mendengarnya.

Aisyah sedang membersihkan diri lalu langsung mencuci gamisnya tadi.  Aisyah geleng – geleng  keala sendiri mengingat kejadian memalukan tadi. Mau ditaruh dimana mukanya jika bertemu abang Azka nanti? Padahal Aisyah akan bertemu saat acara resepsi pernikahan mereka dua hari lagi.

Selesai membersihkan diri Aisyah memakai dress selutut motif polkadot berwarna pink, Aisyah duduk diranjangnya saambil memeluk boneka hello kitty besar kesayangannya. Tiba- tiba suara telponnya berbunyi. Aisyah mengambil bendapipih berlogo buah  gigit itu di nakas.

“Assalamu’alaikum”
“ Wa’alaikum salam, dek. Sudah mandi?” Tanya bang Azka diseberang sana melalui sambungan telponnya.
“Udah kok,  Abang. Maaf ya mobil abang jadi kotor,” cicit Aisyah lirih.
Azka terkekeh kecil membayangkan wajah merah Aisyah karena menahan malu. Pasti sangat menggemaskan.
“Ngga masalah, dek. Abang boleh video call? Ini terakhir abang hubungi adek sebelum resepsi,” kata Azka lembut.
“Ih, ngga mau abang. Telpon aja deh. Adek males ganti baju lagi. Udah pewe banget tahu,”  rengek Aisyah manja.
Azka tersenyim mendengar suara manja Aisyah, dia sangat bersyukur gadisnya nyaman dengannya. Bahkan tak segan bersikap manja pada Azka.
“Emang pake baju apa kok ganti segala?” Tanya Azka penasaran.
Azka jadi membayangkan yang iya-iya kan jadinya mendengar penuturan Aisyah.
“ Pake dress. Ngga pake jilbab, bang. Lagian rambutnya basah juga,” jawab Aisyah enteng.
“ Iya. Tapi jangan lupa ditutup pintu sama jendela kamarnya, dek,” kata Azka lembut.
“iya”
“Ya udah ya, dek. Abang ada urusan lagi. Jaga diri baik- baik. sampain ketemu di acara resepsi nanti. Abang sayang Aisyah. Assalamu’alaikum,” kata Azka mengakhiri telponnya.
“Wa’alaikum salam,” Aisyah mematikan sambungan telponnya lalu meletakkan hp nya di nakas.

Tok..tok..tok..
Suara ketukan pintu terdengar hingga kedalam kamar berukuran 6x6 meter itu.
“Assalamu’alaikum, adek. Ummi masuk ya”
“Wa’alaikum salam, ummi. Masuk saja,” jawab Aisyah.

Ummi masuk kedalam dan tersenyum melihat putrinya. Terlihat ummi menenteng beberapa paper bag. Ummi membuka isinya satu persatu.
“Dicoba ya, dek. Nanti ada mbak salon yang mau spa sama lulurin adek. Sekalian masang hennanya,” tutur ummi.
“Iya, ummi. Terimaksih banyak”
Mata ummi berkaca – kaca, ummi memeluk Aisyah penuh sayang. Ummi tidak menyangka putrinya akan kembali meresmikan acara pernikahannya. Dia akan resmi menjadi nyonya Azka sebentar lagi.
“Ummi, kenapa menangis?” Tanya Aisyah sambil menghapus air mata ummi.
“ Ummi sayang adek. Jangan takut cerita apapun sama ummi yah. Jangan kaya kemarin dek. Ummi merasa jadi ibu paling gagal, dek,” kata ummi dengan air mata menggenang dipelupuk matanya.
“Ummi ngga boleh bilang gitu. Ummi ibu terbaik di dunia,”  kata Aisyah sambil memeluk umminya erat. Mereka melebur dalam tangis bersama.
“Harus janji sama ummi, yah,” pinta ummi lagi.
Aisyah mengangguk. Abi terlihat di depan pintu kamar Aisyah dan  akan masuk bergabung bersama istri dan anaknya.
Ehem!
Suara abi berdehem, ummi dan Aisyah mengurai pelukan mereka. 
“Abi, sini,” ajak ummi menyadari suaminya datang. Abi masuk dan menatap sayang putrinya. Tanpa aba – aba abi langsung memeluk putrinya. Baginya Aisyah tetaplah putri kecilnya yang akan selalu disayang. Putri kecilnya yang akan selalu menjadi prioritas dalam hidupnya.
“Kok, nangis-nangis ngga ajak abi sih,” kata abi lembut. Abi mengelus rambut hutam lebat milik putrinya.
“Aisyah sayang ummi sama abi,” kata Aisyah sambil menangis. Abi dan ummi menatap putrinya penuh sayang.
“Dek, adek tetap dan selalu menjadi prioritas ummi sama abi. Jadi, jangan ragu untuk pulang. Jangan ragu bercerita apapun sama ummi dan abi,” kata abi lembut.
“Iya, abi”
“Hei, katanya mau coba gaunnya,”kata ummi mengingatkan.
Aisyah lalu mengambil salah satu gaunnya dan mencobanya di karmar ganti disudut kamarnya. Saat keluar, ummi dana bi menatap putrinya kagum.
“Masya Allah cantiknya anak abi,” kata abi.
“Nanti kamu tetap dirias dek walaupun pakai cadar juga. Biar suaminya pangkling,” kata ummi.
“ Iya. Pokoknya mah adek nurut kata ibunda ratu, iyakan baginda raja?” Kata Aisyah mengerlingkan sebelah matanya. Abi mendengarnya tertawa lepas, apalagi melihat umminya yang menggerutu karena ucapan putrinya.
“Adek mah suka gitu kalo dibilangin!” Gerutu ummi.
“Loh kan adek bilang iya ummi,” Jawab Aisyah.
“Hus! Udah ih mau nikah juga masih ngajak gelut terus,” kata abi melerai.
“Ngga ngajak gelut abi. Orang bener kok”
“ Adeeeek!!!” Seru abi dan ummi bersamaan.
Aisyah tertawa berhasil menggoda ummi dan abinya.
“Udah tuh digosok tuh badan biar dakinya ilang. Terus dilukis tangannya biar dakinya ketutup,”  kata abi dengan nada menggoda.
Ummi terkekeh pelan mendengar ucapan abi, kali ini gentian  putri kesayanganya yang ngambek dan menggerutu. Abi mengajak ummi keluar kamar. Akhirnya mbak petugas salon masuk dan bersiap mengurus Aisyah.
Sambil spa, lulur, dan dipijat Aisyah menutup matanya. Tidak lupa ratus vagina juga menjadi rentetan ritual yang akan dijalani Aisyah. Meski ini bukanlah pernikahan pertama, tetapi pernikahan kali ini terasa lebih meriah dari sebelumnya. Apalagi bang Azka terlihat sangat mempersiapkan semuanya dengan baik. Bahkan  untuk gaun saja bang Azka yang mengurusnya. Walaupun bang Azka sengaja tidak ikut saat Aisyah mencoba gaunnya. Namun, Aisyah tahu persis suaminya sangat mempersiapkan semuanya dengan cermat dan baik. Aisyah juga merasa lebih… bahagia?
Iya, dipernikahannya kali ini Aisyah merasa sangat bahagia. Apakah karena Aisyah dan  bang Azka sudah menikah siri lebih dulu bahkan bang Azka sering engajak Aisyah pacaran agar Aisyah merasa lebih nyaman dan tidak canggung lagi pada bang Azka.
Aisyah sampai tertidur nyenyak saat dilulurin dan dipijat. Satu persatu ritual untuk Aisyah dilakukan dengan baik. Sedangkan ummi dan abi masih  mempersiapkan dan memastikan persiapannya selesai dengan baik. Ummi akan selalu cerewet jika mengenai putri kesayangannya. 
“ Kita lukis dulu tangannya yah, kak”
Aisyah mengangguk lalu bersiap dilukis tangannya.
“Nanti ditulis inisial abang sama Aisyah ya mbak,”kata Aisyah.
Aisyah masih ingat film india yang dia tonton beberapa waktu lalu saat bersama Nadia.
“Tentu dong, Kak’
Tangan Aisyahpun dilukis henna. Di dalam hatinya Aisyah terus berdzikir memohon kelancaran dan kebaikan untuk rumah tangganya kali ini.

Tiba – tiba suara bel pintu berbunyi, Aisyah memakai terpaksa berganti pakaian lalu memakai jilbab isntannya asal. Tidak lupa cadar yang menutupi auratnya dengan sempurna. Aisyah membuka pintu sendiri karena semua orang sedang subuk mempersiapkan untuk acara yang dimajukan oleh Azka secara mendadak.
Saat membuka pintu, Aisyah tercengang. Hatinya mencelos, kedua matanya sudah mengeluarkan air mata lagi. Bagaimanapun, traumanya belum sepenuhnya hilang. Aisyah teringat pesan suaminya untuk terus beristighfar agar ikhlas dan mengharap ridho allah. Aisyah terus beristighfar dalam hati. Tubuhnya telah bergetar hebat. Aisyah benar – benar menekan perasaannya kuat-kuat. Suara desahan laknat itu kembali terngiang. Aisyah mencoba menutup kedua telinganya dengan terus beristighfar dan meemjamkan matanya.
“Assalamu’alaikum, dek,” sapa lelaki itu dengan suara serak yang hampir menghilang. Terlihat jelas, lelaki itu suaranya hampir habis dan penampilannya sangat kacau.
Aisyah menarik nafasnya berat.
“Boleh mba Hana sama mas fahri masuk dek?” Tanya wanita didepan pintu dengan suara lirih. Tubuhnya terlihat sangat kurus.
“Silahkan”
Aisyah berjalan masuk, diikuti oleh Hana dan mas Fahri. Mas Fahri menatap Aisyah dengan tatapan sendu. Aisyah memejamkan matanya, mengatur nafasnya. Mencoba mengatasi rasa traumanya. Mencoba mengikhlaskan semua yang telah dilalui. Mengingat semuab sesi konsultasi dengan dokter Sarah.
“Dek, maaf,”kata mas Fahri.
“Dek mas mohon kita rujuk lagi yah. Mas menyesal. Mas ngga bisa jauh dari kamu, mas sangat mencintaimu,”kata mas Fahri mengiba.
Hana menatap suaminya, sorot matanya menunjukkan dia terluka sangat dalam. Aisyah hanya diam dengan air mata berurai.
“Dek, apa benar kamu akan menikah dua hari lagi?” Tanya mba Hana dengan suara rendah dan menahan air mata.
“Saya sudah menikah,”hanya itu jawaban Aisyah.
“Bohong!” Teriak mas Fahri frustasi.  Aisyah kaget mendengar teriakan mas Fahri. Dia terlihat sedikit ketakutan. Hana yang melihat ekspresi Aisyah langsung menarik lengan suaminya.
Mas Fahri menepis tangan Hana lalu bangkit dan duduk dilantai di dekat Aisyah. Ma Fahri menangis pilu. Aisyah menggeser dari tempat duduknya.
“Dek, mas ngga bisa jauh dari kamu,”kata mas fahri dengan air mata mengalir deras. Dia terlihat sangat frustasi. Hana menangis menyaksikan suaminya mengiba.
Aisyah besiap untuk bangun dari tempatnya, Aisyah beruntung. Ada hp mang udin yang tertinggal diujung bangku. Aisyah meraihnya dan memencet tombol hijau. Entah siapa yang ditelponnya.
“Dek, kamu ngga akan bisa menikah dengan siapapun. Mas sangat mencintaimu. Mas mohon kita pulang yah. Jangan hukum mas terlalu lama,”  bujuk Fahri dengan suara serak.
Hana terus menangis melihat suaminya yang terlihat seperti mulai depresi. Itu sebabnya dia terus menemani suaminya meski tubuhnya sudah tidak sanggup lagi.
Aisyah menangis sesegukan. Aisyah berharap ada ummi, abi, atau suaminya yang akan kesini dan membawanya pergi. Aisyah sudah tidak sanggup melihat mas Fahri hancur seperti ini.
Tiba – tiba suara pintu gerbang terdorong keras. Sebuah mobil sport mendobrak pintu gerbang dengan keras hingga terbuka. Semua yang berada dirumah terlonjak kaget.
Azka yang melihat supir Aisyah menelponnya langsung mengangkat, betapa kagetnya saat mendengar pembicaraan diseberang sana. Azka tahu, Aisyah pasti perasaanya kacau sekarang.
Mas Fahri terlihat menarik ujung gamis Aisyah, Aisyah menangis dan terus menggeser tubuhnya yang gemetar. Hana terlihat menarik Fahri, namun ternyata Fahri mendorongnya hingga terjungkal ke belakang. Azka sangat murka melihatnya.

‘”MENJAUH DARI ISTRI SAYA!!” Teriak Azka menggelegar.
Azka menarik Fahri dan mendorongnya dengan kuat. Kesabarannya sudah habis.
“Siapa kamu?!” Teriak Fahri keras.
Azka tak memperdulikan Fahri, Azka langsung memeluk istrinya yang ketakutan. Lalu menggendongnya dan berlari menjauh. Azka membawa Aisyah menuju mobil sport miliknya.
“Jangan bawa istriku!!!” Teriak Fahri keras. Hana masih menangis memegang perutnya yang terasa nyeri.
Fahri benar – benar tidak memperdulikan Hana yang mengerang kesakitan memegang perutnya.  Fahri berlari mengejar Azka yang membawa serta Aisyah dalam dekpannya.
Fahri menendang punggung Azka dengan keras, Azka terdorong kedepan. Aisyah terlihat sangat ketakutan. Meski tak sampai membuat Aisyah terlempar, namun tetap membuat Aisyah menangis ketakutan.
Azka tahu, lawannya sedang depresi berat. Azka mencium mata istrinya.
“ Pejamkan matamu, dek,”  bisik Azka lirih. Fahri masih terus menendang Azka membabi buta. Azka tak membalasnya. Azka berlari terhuyung lalu masuk ke dalam mobil dan melajukan mobilnya cepat meninggalkan rumah.
Suara keributan mengundang semua penghuni rumah akhirnya keluar, apalagi melihat Hana yang menangis kesakitan.
Para tetangga berdatangan lalu mengamankan Fahri yang mengamuk dirumah Aisyah. Sedangkan Azka telah membawa Aisyah menuju rumah dokter Sarah. Azka yakin, dia harus membawa Aisyah bertemu dokter psikolognya agar Aisyah tidak tertekan. Azka akan terus melindungi istrinya.   Termasuk dari pria depresi yang berusaha mendekati istrinya itu.





Kamu adalah jantungku..
Aku menjaga jantungku sekuat aku bisa..
Karena saat jantung ini masih berdetak, nyawa ini tetap bertahan dalam raga..

AISYAH WEDDING (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang