PART 8

88.3K 5.2K 118
                                    

Dilain tempat, Fahri dan Aisyah melaju dengan mobilnya. Suasana hening tidak ada yang bersuara. Ini kali pertama Aisyah hanya berdua dengan suaminya. Jantungnya berdebar kencang.
“Ehem... dek, kalau ngantuk tidur saja. Nanti mas bangunin kalau sampai kampus yah,” kata Fahri lembut.
Aisyah menguap sekali lagi.
“Tuh kan, tidur dulu yah,”tawar Fahri sekali lagi.
Aisyah mengangguk, rasanya matanya sangat berat. Aisyah bersender di jendela dan tertidur. Sangat cepat dia terlelap. Fahri melihatnya dan tersenyum.
“Kok aku baru sadar sih Zahra sangat manis. Bulu mata lentiknya, hidung mancung, kulit putih mulusnya, perhatiannya...” gumam Fahri lirih sambil tersenyum.
Fahri terus memperhatikan istri sholihahnya. Fahri menyenderkan kepala Aisyah di pundaknya. Aisyah melenguh sebentar mencari tempat nyaman untuk bersandar namun tertidur lelap di pundak Fahri. Fahri tersenyum. Jantungnya berdetak cepat. Rasanya jatuh cinta lagi? Bahkan saat dengan Hana dulu tidak seperti ini.
Fahri melajukan mobilnya pelan.
“Maaf… maaf atas segala kesakitan yang mas buat dek,” ujar Fahri pelan.
Sesampainya di kampus, Aisyah tetap terlelap. Karena kasihan untuk membangunkan Aisyah, Fahri turun dari mobil dan mengambil berkas tesis milik istrinya. Fahri berjalan menuju ruang dosen. Hampir seluruh mahasiswa menatap kagum pada Fahri. Gaya pakaian dan postur tubuhnya yang hot membuatnya menjadi sorotan seluruh mahasiswa disana.
“Assalamu'alaikum,”ucap Fahri di depan ruang dosen.
“Wa'alaikum salam,” jawab salah satu dosen diruangannya.
“Permisi pak. Saya ingin bertemu pak Fajar,” kata Fahri dengan suara beratnya.
“Oh iya. Saya sendiri. Ada apa ya pak? Silahkan masuk. Duduk dulu pak Fahri,” jawab Dosen itu  penuh hormat.
“Begini pak, istri saya ngga enak badan. Ini berkas tesisnya, mohon dikoreksi ya pak,” Fahri memberikan berkasnya kepada dosennya.
Keluarga Fahri memang salah satu pengusaha yang terkenal di negara ini. Pantas saja semua orang  mengenalnya dan menatapnya penuh hormat.
“Oh iya pak. Biar saya periksa. Nanti minggu depan bisa diambil,”  jawab Dosen itu ramah.
“Ya udah pak. Terimakasih. Permisi. Asalamu'alaikum,” Fahri pamit dan keluar dari ruangan.
Fahri bergegas menuju mobilnya. Saat masuk mobil sebelum jalan, dia menatap istrinya sebentar. Aisyah tertidur sangat pulas. Fahri tersenyum tipis. Lalu melajukan mobilnya menuju kantor. Diperjalanan dia mengenang kembali semua perlakuannya pada Aisyah.
Flasback on
Sesaat setelah ijab qobul, Fahri tak menyentuh istrinya sama sekali. Fahri terus mengingat Hana. Kekasihnya yang selalu memenuhi pikirannya.
Perjodohan ini membuat dia terpuruk. Dia bahkan tak pernah menganggap Aisyah ada.
“Kamu ngga perlu membuka hijab kamu di depan saya,” ujar Fahri malam itu.
Aisyah istrinya, hanya diam dan menunduk sambil memainkan jarinya.
“Saya mau melakukan semua atas dasar cinta. Bukan kewajiban semata. Kamu berhak bahagia. Tapi bukan dengan paksaan begini,” ujar Fahri selanjutnya.
Malam itu Aisyah hanya mengangguk tanpa berkata apapun.
Fahri tahu setiap malam istrinya menangis. Tapi egonya mengalahkan segalanya. Fahri merasa yang tersiksa bukan hanya Aisyah saja. Tapi dia lebih tersiksa.
Hingga di hari ke lima Fahri meminta berpoligami.
“Dek, mas ingin meminta ijin menikah lagi,” ujar Fahri malam itu dengan enteng.
Aisyah terperangah. Air matanya mengalir deras. Dia bahkan belum tersentuh sama sekali. Rambutnya pun tak pernah dilihat siluaminya. Sekarang suaminya meminta berpoligami.
Hatinya hancur luluh lantah. Rasanya dunia runtuh dipundaknya.
Aisyah tak menjawab. Dia menangis sesegukan tanpa berkata apapun.
“Diam kamu saya anggap mengijinkan. Terimakasih. Saya tidur dulu,”  ujar Fahri tenang lalu meninggalkan Aisyah yang menangis sambil memeluk kakinya. Gadis itu terluka sangat dalam.
Sehari sebelum menikah lagi Fahri sudah mengajak Aisyah pindah ke rumah barunya.
“Saya menikah sembunyi. Hanya menikah siri saja. Abi umi dan mamah papah tak boleh tahu. Biar mereka tahunya Hana menjadi houskeeper dirumah ini,” kata Fahri malam itu.
Aisyah hanya diam. Dia hanya tak mau membuat ummi abinya kecewa dan menangis. Pernikahan ini adalah harapan banyak orang. Biarlah Aisyah menahan luka ini sendiri. Demi membahagiakan banyak orang. Bukankah lilin harus lebur untuk menerangi sekitarnya?
Begitupun Aisyah memilih hancur untu kebahagiaan sekitar.
Fahri tahu, selama ini Aisyah terluka. Tapi, semakin dia berusaha mencintainya. Semakin hatinya hanya untuk Hana seorang.
Falshback off
“Aku tak ingin menyentuhmu sebelum aku mencintaimu dek. Dan aku rasa sekarang aku mencintaimu. Mungkin saja,” gumam Fahri lirih.
Mobilnya terus melaju menuju kantor. Sesampainya dikantor, Fahri tak tega membangunkan istrinya yang tertidur pulas. Fahri menggendong istrinya menuju kantor. Seluruh karyawan menatap penuh kagum.
Saat memasuki ruangan semua karyawan memberi hormat. Fahri hanya melewatinya saja. Dia masuk lift dengan menatap wajah polos istrinya.
“Maaf untuk segala kesalahanku. Terimakasih atas keikhlasan kamu istri sholihahku,” kata Fahri pelan lalu mengecup lama kening Aisyah dalam gendongannya.

Biarkan aku mencintaimu atas ijin Allah..
maaf atas segala kesakitan yang ku beri.
Melihat mu terluka karena aku adalah hal paling menyakitkan dalam hidupku...



AISYAH WEDDING (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang