PART 32

84K 4K 36
                                    

Mata Aisyah terbuka, dia bangun dari tidurnya saat merasakan berat diperutnya. Saat melirik, yang pertama kali dilihatnya adalah Azka yang memeluknya posesif dengan mata yang masih terpejam.
Hati Aisyah menghangat, ribuan kupu - kupu berterbangan dari perutnya. Rasanya sungguh membahagiakan. Tetapi, dia baru sadar. Aisyah mengedarkan pandangannya ke tiap sudut ruangan.
“Saya dimana?” Bisik Aisyah lirih.
Azka terbangun saat merasakan tangannya disingkirkan, meski sangat halus namun masih terasa.
“Dek, kamu sudah bangun?”  Tanya Azka dengan suara seras khas orang baru bangun tidur.
Aisyah mengangguk, rasanya sangat gugup sedekat ini dengan suaminya. Azka duduk dan bersandar di ujung ranjang, azka menarik Aisyah  agar bersandar di pundaknya. Aisyah menurut saja, meski jantungnya berdetak cepat.
“Kamu udah baikan?” Tanya Azka lembut lalu mencium kening istrinya.
Aisyah kaget, dia bengong beberapa saat. Azka terkekeh melihat reaksi Aisyah tiap kali di kecupnya. Padahal setiap hari Azka melakukannya. Tapi reaksi Aisyah masih sama. Sungguh menggemaskan.
“Hei, bengong aja,” kata Azka sambil menoel pipi gembil Aisyah.
Aisyah tersadar, dia tersenyum gugup.
“Mau  cerita?” Tanya Azka lagi.
Aisyah bingung harus cerita apa dan mulai dari mana. Dia masih merasa canggung. Azka mengerti, lalu meraih dagu Aisyah dan menghadapkan wajahnya begitu dekat dengan Azka.
“Lihat abang. Abang suami kamu bukan?’ Tanya Azka dengan menatap Aisyah lembut.
Aisyah mengangguk, rasanya tenggorokannya tercekat. Jantungnya berdetak hebat.
“ Jadi, mau cerita?”Tanya Azka sekali lagi.
“Ai.. Ai.. bi..bingung. mu..mulai da..da..ri ma..na,”jawab Aisyah gugup.
Azka tersenyum tipis lalu kembali mengecup kening Aisyah. Memberi kenyamanan, menunjukkan bahwa Aisyah tak perlu ragu untuk berbagi dengannya.
“Dari mana aja. Berbagi dengan abang. Kita cari solusinya,”  jawab Azka lembut. Azka mengelus lengan kanan Aisyah lembut. Aisyah masih dindalam dekapan Azka.

“Ai.. merasa setiap melihat mas Fahri atau mbak Hana seolah suara desahan mereka terdengar jelas ditelinga Ai. Itu menjijikan, menyakitkan,”  kata Aisyah memulai dengan mata berkaca.
Azka masih mendengarkannya, tak berkata apapun. Mencermati setiap kalimat yang diungkapkan Aisyah.
“Abang pasti sudah dengar dari Nadia, ummi atau abi. Aisyah belum pernah disentuh mas Fahri,” kata Aisyah lalu menghembuskan nafas lelah.
“Aisyah diperlakukan berbeda dengan mbak Hana. Mas Fahri dingin, dengan berbagai alasan tak pernah tidur seranjang dengan Aisyah. Bahkan tak pernah melihat rambut Aisyah meski tujuh tahun kami menikah. Aisyah sering melihat mba Hana dan mas Fahri bermesraan di depan mata Aisyah. Aisyah merasa.... direndahkan,” jelas Aisyah dengan air mata mengalir.
Azka mengusap air mata Aisyah, mengecup pipi Aisyah singkat.
“Ai sering mendengar desahan - desahan bahkan jeritan menjijikan itu. Setiap sholat tahajud Ai.. selalu mendengarnya. Ai merasa sendiri bang. Ai tertekan. Ai merasa menanggung semuanya sendiri,” cerita Aisyah mengalir dengan air mata berurai.
Semuanya diceritakan Aisyah, termasuk trauma dan halusinasi yang dirasakan semakin kuat akhir - akhir ini. Azka memeluk erat istrinya,
“Pesta kita adakan dua hari lagi, dek. Kita konsultasi sama dokter Sarah. Mau kan?” Tanya Azka lembut.
Aisyah terlihat sedang memikirkan tawaran Azka. Lalu mengangguk kecil. Azka tersenyum.
“Alhamdulillah... ikhlaskan semuanya,”  bisik Azka.
“Maaf, abang,”  cicit Aisyah.
“Jangan minta maaf. Aisyah ngga salah. Abang akan buat Aisyah hanya mencintai abang. Abang akan berusaha buat bahagia Aisyah. Abang sayang Aisyah,” kata Azka serius.
Aisyah tersenyum. Dia bahagia memiliki lelaki pengertian seperti Azka.
“Kita ketemu dokter sarah sekarang?” Tanya Azka lagi.
“Iya,” jawab Aisyah.
Mereka bersiap menemui dikter Sarah untuk berkonsultasi. Aisyah harus sembuh dari traumanya. Dia sekarang istri Azka. Dan tidak mau dihantui oleh masa lalu lagi. Azka tujuan hidupnya sekarang. Iya, bang Azka.
*******
Sesampainya diruangan dokter  Sarah. Aisyah masuk ditemani Azka. Akhirnya Aisyah memulai terapi pertamanya. Sesi konsultasi berlangsung lama. Hingga hampir 3 jam.
Setelah selesai, Azka dan Aisyah pulang dari rumah sakit.
”Terimakasih banyak, dokter,” kata Aisyah.
“Sama - sama ibu Aisyah. Semoga lancar acara resepsinya nanti yaah,”  jawab dokter Sarah dengan senyum mengembang.
Azka menggandeng tangan Aisyah. Mereka memutuskan pernikahan mereka percepat. Azka melajukan mobilnya menuju rumah Aisyah. Seharian ini Azka hanya menemani Aisyah. Dia bahkan tidak menyentuh berkas pasiennya sama sekali.
“Kamu masih mau bekerja, dek?” Tanya Azka.
“Ai belum tahu, bang. Tapi sepertinya kata abi perusahaan akan kami satukan. Mungkin setelah persiapan pernikahan selesai abi mengurus semuanya. Aisyah tetap membantu abi. Boleh kan?'” Tanya Aisyah panjang lebar.
Azka tersenyum. Dia tidak akan pernah mengekang istrinya. Istrinya sangat aktif sejak dulu.
“Iya. Kita bicarakan nanti yah,” kata Azka lembut.
Aisyah tersenyum.
“Kalau nanti abang yang pimpin abag mau? Kata abi begitu. Jadi Aisyah setiap hari bekerja bersama abang. Abi sudah membicarakannya dengan papah. Nanti rumah sakit akan dipegang Nadia. Kata papah begitu. Abang mau kan? Ai ngga mau lebih sibuk dari abang,”  jelas Aisyah penjang lebar.
“Iya, abi dan papah sudah membicarakan ini dengan abang sudah lama. Abang terserah Aisyah saja. Lagian abang pernah kuliah bisnis dulu. Ngga bego bego amat lah soal bisnis,” kata Azka dengan terkekeh pelan.
Aisyah mencubit pinggang Azka gemas.
“PD bangeeet!” Kata Aisyah gemas.
Azka terkekeh. Azka beruntung, candaan garing apapun selalu membuat Aisyahnya tertawa.
“Sebenernya adek mau dekat - dekat abang terus. Iya kan??? Pura - pura aja nyuruh abang yang pimpin perusahaan. Hayoo ngaku,” goda Azka sambil menaik turunkan sebelah alisnya.
Aisyah tertawa lepas melihat ekspresi Azka yang menurutnya sangat lucu.
“Iih.. itu muka kondisikan tolong, abang!” Seru Aisyah ditengah tawanya.
Azka semakin memainkan wajahnya yang makin membuat tawa Aisyah meledak. Azka terkekeh melihat Aisyah tertawa sampai air matanya mengalir.
“Aduuh...perut adek sakit. Udah.. udah ih itu mukanya abang!” Seru Aisyah lagi.
“Ish. Muka ganteng gini diketawain adek,” kata Azka yang sudah menekuk kelopak matanya ke atas dengan mulut monyongnya.
Aisyah melihatnya tertawa terpingkal - pingkal. Azka memang selalu membuatnya melupakan semua beban dihatinya. Dia Azka, suaminya tercinta.
“Abaaaang!” Seru Aisyah gemas. Perutnya sudah sakit karena tertawa terus.
“Kenapa saayang,”  jawab Azka lembut.
“Iiiiih Aisyah ngompoollll. Gara - gara abang iiih,”  rengek Aisyah dengan muka merah padam menahan malu.
Kini giliran Azka yang tertawa lepas melihat istrinya ngompol di mobil sport mewah miliknya.
“Dek, bauuuu,” goda Azka dengan menutup hidungnya dengan sebelah tangannya.
“Iiih Ai maluu,” rajuk Aisyah lagi dengan menutup wajahnya yang sudah tertutup cadar dengan kedua telapak tangannya.
Azka terkekeh,
“Yuk pulang. Mandi bau pesiing ih,” kata Azka menggoda Aisyah.
Aisyah mengangguk dengan memasang wajah tertekuk karena ulah Azka. Pipinya menggembung, bibirnya mengerucut kedepan terlihat lucu dan menggemaskan.
Azka mencium pelipis istrinya.
“Maaf, dek. Jangan cemberut gitu. Apa abang harus ngompol disini juga?” Goda Azka lagi.
“Iiih… jangaaan joroook abang,” jerit Aisyah lalu memukul -mukul lengan kokoh Azka.
Azka tertawa lepas kembali. Mobil sport itu akhirnya terparkir didepan rumah Aisyah.
“Hati-hati, adek. Abang langsung aja yah. Salam buat umi abi. Abang mau nyuci mobil,” kata Azka dengan lembut.
Aisyah keluar lalu mencium punggung tangan Azka. Azka mencium kening Aisyah.
“ Abang pulang. Kamu mandi bau...” kata Azka lagi.
“Iiiih....” kata Aisyah lalu memeluk suaminya.
“Biar kena pesing juga,” kata Aisyah lagi.
Azka terkekeh.
“Adek curang, ih. Nanti dikira abang yang ngompol,” kata Azka.
Aisyah terkekeh
“Biarin weeeek,”  kata Aisyah sambil menjulutkan lidahnya lalu berlari meninggalkan Azka.
Azka tersenyum melihat Aisyah.
“Abang sudah bilang, dek. Kamu ngga akan menangis terus. Abang akan awetin senyum kamu, tawa kamu pake formalin biar ngga ilang,”  kata Azka bermonolog.
Azka masuk mobil dan meninggalkan rumah Aisyah. Sepertinya Azka akan merindukan Aisyah karena dua hari kedepan dia akan dipingit dan tidak boleh berkomunikasi.

' aku awetin senyum dan tawamu dengan formalin biar ngga hilang'

AISYAH WEDDING (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang