PART 24

81K 4.2K 64
                                    

Aisyah masih terus memandangi cangkir yang dipegangnya. Sebenarnya bukan cangkir yang menjadi fokusnya. Aisyah masih memikirkan Fahri yang terlihat sangat kacau.

"Hmm... dek, kok ngelamun?" Tanya umi sambil mengelus pundak Aisyah.

"Eh, Ummi. Engga papa umi,"  jawab Aisyah lirih.

"Jujur saja sama Ummi,"kata Ummi

"Aisyah kepikiran mas Fahri, Ummi. Kemarin dia kesini. Penampilannya sangat kacau. Mas Fahri bilang bakal pergi dari sini Ummi. Mas Fahri sudah menjatuhkan talaknya kemarin Ummi..hiiikss.hiiiks..."  Tubuh Aisyah bergetar hebat.

"Innalillahi.... sabar sayang," Ummi memeluk putrinya dengan air mata berderai. Bukankah ini akan terjadi cepat atau lambat? Tapi sungguh melihat Aisyah tak bergairah membuat umi sangat terluka.

"Nanti malam Abi kesini dek," kata umi lembut. Ummi berusaha menekan lara dihatinya sekuat ia bisa.

"Entahlah Ummi. Aisyah merasa kosong. Ai... hiiiks...hiiikss..."  Aisyah kembali menangis.

"Ssst... sabar ya. Ummi, Abi selalu ada buat adek. Jangan sedih ya,"  hibur Ummi sambil mengelus puncak kepala Aisyah.

Pada akhirnya perceraian mungkin yang terbaik.

*****

Enam bulan telah berlalu. Aisyah kini resmi menyandang status Janda. Iya, janda tapi perawan.

Fahri telah terbang keluar negeri. Mengurus bisnis bersama mamahnya. Lalu Aisyah?

Dia kini menjadi CEO di perusahaan pemberian mantan mertuanya. Tapi tak jarang Abi membantu Aisyah dalam mengurus perusahaan.

Hari ini Aisyah ada meeting bersama Fahri. Jangan heran, meski telah bercerai mereka tetap berhubungan baik. Aisyah tahu persis Fahri menangis saat bercerai bukan karena cinta. Tapi karena dia terbiasa dengan perhatian Aisyah. Setidaknya itu yang Aisyah rasakan selama ini. Aisyah masih yakin Fahri hanya mencintai Hana. Bukan Aisyah. Aisyah hanya layaknya adik yang sangat disayangi Fahri. Iya, hanya adik.

Aisyah sudah sampai diruangannya. Ruangan Fahri yang kini telah dirombak total. Menjadi serba putih dan terkesan  lebih feminim.

"Permisi bu, lima menit lagi rapat dimulai,"  sapa sekertarisnya dengan ramah.

"Iya. Saya kesana," Aisyah langsung merapikan diri dan berjalan menuju ruang rapat. Disana sudah ada Fahri beserta kolega bisnisnya yang lain.

Aisyah tersenyum ramah. Semua mata tertuju padanya sekarang, Fahri bahkan sampai tak berkedip melihat mantan istrinya itu.

Memang benar kata orang, wanita akan terlihat sangat cantik saat bukan lagi milik kita.

Aisyah memulai meetingnya. Matanya fokus pada salah satu karyawan kepercayaannya yang sedang presentasi. Tanpa dia sadari, Fahri hanya fokus memperhatikan mantan istrinya. Aisyah yang kini tampak 100 kali lebih cantik dan anggun.

Meeting selesai. Aisyah keluar dari ruang rapat diikuti sekertarisnya.

"Bu, itu selama rapat pak Fahri liatin ibu terus loh. Sampe ngga kedip gitu. Gagal move on dia bu,"  seloroh Anin sekertaris Aisyah.

Aisyah hanya tersenyum. Bekerja sama dengan Fahri memang bukan hal yang mudah. Bagaimanapun rasa sakit itu terus menggerogoti hatinya.

"Jangan gosip deh Nin. Udah bosen hidup kamu?" Gurau Aisyah sambil melototkan matanya.

Anin hanya tertawa kecil menanggapinya.

" Bu, kenapa ngga balikan lagi aja sih. Eh, jangan ding. Kalo udah selingkuh mah kaga bakalan tobat bu,"  kata Anin. Anin memang sering ceplas ceplos dan suka bicara tanpa saringan.

Aisyah hanya geleng - geleng kepala mendengar Anin berbicara. Anin sudah seperti sahabat bagi Aisyah. Gadis lugu yang suka ceplas ceplos itu memang lucu. Meski dia lebih tua dari Aisyah, tapi sikap cerobohnya sering kali keluar. Dan Anin gadis yang menyenangkan.

kriiing....

"Halo Assalamu'alaikum Abi,"  jawab Aisyah setelah sampai kembali diruangannya.

"Wa'alaikum salam anak Abi. Cieee yang abis ketemu mantan. Jadi gagal move on kan yaa," canda abi diseberang sana.

"Ish..Abi apaan deh," jawab Aisyah sambil menggerutu.

"Abi lihat loh. Si mas liatin adek sampe ngga kedip gitu. Hayo loooh baru selesai 'idah udah dipepet lagi aja. Hahaha,"  kalakar abi sukses membuat wajah Aisyah memerah.

"Abi kalau mau ngegosip mendingan gabung ama grup wa yang diketuai Anin bi. Itu paling update buat gosipin Ai,"  jawab Aisyah ketus.

"Hahahahahaa," Abi tertawa lepas. Abi tahu pasti Aisyah sekarang mukanya merah dengan bibir mengerucut karena Abi menggodanya.

"Awas ya. Ai aduin ke Ummi. Biarin aja Abi bobo diluar," ancam Aisyah pada Abi.

"Aduuuuuh. Ampuun princesss jangan dooong. Nanti ibunda ratu marah. Ampuun," kata abi memelas.

"Hahahaha... kalo sama baginda Ratu aja takut. Dasar bucin!"  Aisyah tertawa lepas saat mendengar abinya memelas.

Aisyah kini lebih sering tertawa, dia kembali ceria. Hana sekarang sudah bersama suaminya yang dulu lama menghilang. Sedang menjalani pengobatan. Hana memang hamil anak Fahri, jadilah dua pria itu berebut menarik Hana. Beruntung sekali bukan jadi Hana? Setidaknya itu yang dirasakan Aisyah sekarang.

"Dek, semalam ada yang kerumah khitbah kamu. Tapi Abi bilang nanti malam kesini lagi. Biar ketemu langsung sama Ai. Jangan pulang telat ya,"  kata Abi serius.

Aisyah terdiam. Dia merasa belum siap berumah tangga lagi. Trauma itu masih sangat terasa.

"Tapi bii," Aisyah tak melanjutkan kalimatnya.

"Jangan begitu. Ketemu saja dulu. Mau abi kasih tahu namanya ngga?" Jawab Abi kemudian.

"Enggak!" Aisyah menjawab dengan cepat.

"Ya udah, iya. Abi ada meeting lagi. Assalamu'alaikum," Abi menutup telponnya.

Aisyah terdiam. Dia benar - benar belum siap. Tiba - tiba saja Aisyah teringat Fahri. Dia tersenyum miris.

"Kamu pasti lagi berjuang buat dapetin perhatian mba Hana ya mas. Aku belum siap buat memulai, hati  kamu masih saja dipenuhi Hana,"  Aisyah bermonolog dengan pandangan menerawang menatap atap ruang kerjanya.

Aisyah langsung mengambil benda pipih di laci kerjanya. Dia mendial nomer Nadia.

"Assalamu'alaikum pricess,"  jawab Nadia riang.

"Wa'alaikum salam. Bahagia amat kamu. Abis dapet jodoh?" Jawab Aisyah menggoda sahabatnya.

"Ah, ibu CEO bisa aja nih. Emang situ baru jendes beberapa bulan udah banyak yang khitbah ke rumah."

"Nad, ntar malem kerumah ya. Ada yang mau ke rumah lagi,"  pinta Aisyah.

"Sorry beb, ngga bisa. Mamah, papah, abang sama aku mau pergi nih. Abang mau khitbah orang,"  kata Nadia ceria.

Tiba - tiba hati Aisyah tercubit mendengar Nadia menyebut abang. Ah, bang Azka mau mengkhitbah wanita pujaannya itu? Aisyah tersenyum kecut.

Rasanya sesak mendengar itu. Padahal pas Azka curhat Aisyah menyarankan untuk mengkhitbah gadis itu. Lalu kenapa sekarang hatinya terasa perih?

" Hai hati, sebenarnya kamu gimana sih. Masa suka sama dua lelaki sekaligus sih! Mana dua - duanya ngga mau sama kamu lagi. Kasihan amat kamu!" Kata Aisyah dalam hati.

"Halo.. hai Ai. Kenapa? Kok diem?" Sapa Nadia.

"Eh.. i.. iya. Oke semoga lancar ya,"  jawab Aisyah lalu mematikan telponnya.

Nadia tersenyum jahil sambil melihat hpnya.













'Hai hati, jangan lagi menyerahkan diri pada orang yang salah. Aku sudah lelah. Sungguh'


Hai dear...

Gimana pilpres kemarin??
Lancar doong yah...
Kebetulan Dee jadi panitia. Dan baru kelar pas jam 6 pagi. Lumayan seru yaaah...hihihi...

Hari ini Aisyah mau dikhitbah lagi loh. Kamu gimana?
Udah dikhitbah belum??

AISYAH WEDDING (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang