Kayaknya hari ini cuma bs update sekali, semoga sukaJangan lupa tinggalkan jejak!
**
Krystal terpaku di tempat dengan mulut yang menganga, bahkan setelah beberapa menit Helena selesai berbicara. Dia tidak habis pikir dengan permintaan Mama William yang ingin ia berpacaran dengan bossnya sendiri. Sungguh, bukankah kalau di novel dan film, mereka harusnya menyayangi anak mereka dan meminta Krystal untuk menjauh karena ia tidak terlihat sepadan? Namun, kenapa yang terjadi justru seperti ini?
"Bagaimana, Nak? Kamu tertarik?" desak Helena kala Krystal tampak kebingungan di tempat. Wanita paruh baya yang usianya nyaris menginjak kepala enam itu tampak menatap penuh harap, mungkin dia pikir semuanya akan berjalan lancar kalau Krystal bilang 'iya' dan setidaknya ada harapan bagi William untuk memiliki keluarga di masa depan.
Well, sejujurnya Krystal bingung setengah mati. Dia bisa saja langsung menolak dan mengatakan kalau ia dan William baru kenal kemarin dan mereka tidak akan pernah menjalin hubungan lebih dari teman, tetapi ... ekspresi wajah Helena yang berbinar-binar itu mengusiknya. Membuat Krystal menjadi tak nyaman untuk sekadar berkata 'tidak mau'.
Ia juga sebenarnya bisa saja menyetujui permintaan ini lalu menganggapnya sebagai angin lalu. Namun, sepertinya dinilai dari nada suara Helena, dia serius akan ucapannya. Ini tidak main-main, kalau Krystal sampai salah menjawab dan ... esoknya dia dinikahkan, bagaimana?
Dia tidak mau! Dia bahkan baru berikrar kemarin kalau ia tidak akan memberikan hatinya pada siapa pun, setelah menilai kasus bagaimana William patah hati karena Margo.
Krystal mengigit gigir bawahnya gugup, ia bingung mau membalas ucapan Helena dengan cara apa supaya mereka berdua sama-sama berada di dalam posisi yang enak. Di tengah kesulitan itu, sang penyelamat datang dan membuat Krystal menghela napas lega. William berjalan keluar dengan wajah yang masih berantakan, tetapi lelaki itu sungguh masih tampan. Ia tampaknya tidak menyadari kalau ada Helena di sini, sampai kakinya tersandung oleh rantang makanan yang terjatuh di dekat pintu tadi.
"Oh, shit!" umpat William sembari mengangkat kakinya, melantunkan rentetan kalimat penuh kebun binatang. "Siapa yang meletakkan barang sialan ini di sini?"
"Aku." Helena menjawab pelan, sedaritadi matanya memang sudah tertuju pada William. Oh, melihat anaknya yang benar-benar dalam kondisi parah seperti ini membuatnya khawatir setengah mati. Haruskah ia meminta bantuan orang lain, agar William dan ... gadis di depannya bisa bersama?
"Oh, sungguh bod—" William nyaris saja mengeluarkan kata-kata kasar lagi. Namun, niat itu diurungkan kala ia sadar kalau wanita yang saat ini tengah duduk di sofa ruang tengahnya adalah sang Ibu. Manusia yang melahirkannya ke dunia ini. "Damn, Mom. What are you doing here?"
"Talking with your girl friend, babe. Kau tidak mau mengenalkanku padanya?" Helena menaikkan alisnya sebelah, dan perkataan wanita itu sungguh membuat William kebingungan dengan situasi yang ada. Dia bahkan sempat melupakan kehadiran Krystal di apartment ini, kalau saja gadis itu tidak berdeham keras untuk menyadarkan William.
"Girlfriend? No, hubungan kami tidak seperti itu." William menarik napas lalu menghempaskan pantatnya di atas sofa, tepat di sebelah Krystal. Ia menatap mata Mamanya yang tampak serius, lalu mengangguk. "Serius. Kami hanya rekan kerja, dia bahkan baru bertemu denganku kemarin."
Helena tampak terkejut, tetapi dia bisa mengontrol ekspresinya dengan baik hanya dalam beberapa detik. "Bukankah hal itu jauh lebih baik? Kalian bisa belajar untuk saling mengenal dalam kebersamaan. Pacaran adalah jalan permulaan yang bagus, bukan begitu?"
"Oh." William mengerang mendengarnya. Dia selalu dijodohkan seperti ini dan kali ini bukan yang pertama. Rasanya dia muak, tetapi dia juga tidak bisa menyalahkan sang Ibu sepenuhnya. Usia lelaki itu memang sudah menginjak hampir setengah dari kepala tiga, di mana sebentar lagi ia akan masuk empat puluh tahunan. Sekarang adalah posisi yang matang untuk menikah, itu benar.
Namun, masalahnya William sama sekali tidak berniat untuk berumah tangga dengan siapa pun setelah terakhir kali hatinya robek karena wanita yang ia sukai lebih memilih lelaki lain yang terus-terussan menyakitinya. Ia tidak bisa lagi ... merasakan sakit yang sama. Lagipula dia tidak dekat dengan wanita mana pun, kecuali Jeanita alias sepupunya sendiri dan ... Krystal.
Benar, Krystal. Mereka berteman dengan baik dan gadis itu sudah tahu akan ketakutannya. Namun, bukan berarti hanya karena hal itu William harus menikahinya, bukan?
"Mom. Dia keturunan W&M Group. Perusahaan itu juga perusahaan besar, mungkin mereka tidak akan senang kalau anaknya dijodohkan secara sepihak seperti ini," gumam William sembari memasang ekspresi wajah serius, berharap Ibunya itu mau berhenti melakukan semua ini. "Lagipula dia bekerja kepadaku sebagai bodyguard. Bisa bayangkan apa yang bisa ia lakukan kalau ia marah? Leherku bisa patah!"
Krystal menyikut pinggang William kala mendengar ucapan lelaki itu, dia bingung mau merespons bagaimana sedaritadi dan membiarkan sang bos yang mengambil alih. Ia juga tahu kalau William tidak akan setuju dengan ide gila ini. Jelas, sih, mereka berdua tidak mungkin berpacaran di saat keduanya tidak ... saling mencintai.
"Pegawai mana yang baru satu hari bekerja bisa tidur bersama dengan bosnya, Will? Terlebih lagi kalau atasannya itu adalah seseorang yang langka sepertimu." Helena menarik napas. "Itu berarti kalian punya ketertarikan satu sama lain, bukan? Hingga bisa berakhir di atas ranjang dengan kondisi yang saling memeluk? Atau, kalian bahkan melakukan hal yang lebih daripada itu?"
Wajah Krystal memerah karena ucapan Helena, oh, pada akhirnya William akan tahu kalau dia semalam tidur di atas ranjang yang sama dengan lelaki itu.
"Apa? Apa maksudnya itu? Tidur bersama? Kami?" William bertanya dan memandang Krystal dalam, seolah meminta penjelasan. Krystal hanya menghela napas dan mengangguk pelan, membenarkan ucapan Helena tanpa kata. "Kami ... kami hanya tidak sengaja melakukannya," kilah William saat menangkap sinyal dari Krystal.
"Tidak, tidak. Tidak bisa begini. Aku sudah senang dengan kabar kalau kalian tidur bersama. Jadi, kau harus bertanggung jawab atas apa yang kaulakukan, William."
"Tapi, aku dan dia tidak melakukan apa pun, Mom!"
"Kami tidak melakukan apa-apa, Tante," gumam Krystal yang ternyata berbarengan dengan perkataan William. Membuat keduanya saling memandang tepat setelah mereka selesai berbicara.
Helena tersenyum miring. "See? Kalian memang punya chemistry yang bagus! Aku sangat suka. Dan tadi, kau bilang apa? Anak ini keturunan W&M Group? Baiklah, kalau begitu aku coba hubungi mereka. Siapa tahu mereka setuju."
Helena berdiri dan mengambil ponsel, membuat William mengacak rambutnya frustrasi sedangkan Krystal mengangga karena tak percaya.
Sekarang Helena akan menghubungi orang tuanya?
Mereka tidak akan peduli.
Mau Krystal menikah dengan preman sekalipun, mungkin mereka tidak akan peduli.
Sekarang, apa yang harus ia lakukan?
***
instagram : blcklipzz
KAMU SEDANG MEMBACA
HIS PROTECTOR
Romance[Follow dulu untuk kenyamanan bersama, sudah selesai🙏] Book I, His Protector Book II, Her Savior Dihapus sebagian demi kepentingan penerbitan. Diwajibkan baca HIS PROTECTOR dulu sebelum baca Her Savior! -•-• William Aendrov & Krystalie Belle BLURB...