Boleh tinggalkan vote dan komentarnya supaya authornya semangat nulis?
Thanks!
***
Krystal bertepuk tangan bersamaan dengan orang-orang yang berada di dalam gedung. Pesta sudah dimulai, dan saat ini mereka sedang menyanyikan lagu ulang tahun untuk anak Margo dan Daniel yang bernama Allen.
Lelaki tampan itu sudah terbangun dari tidurnya, matanya yang sebiru lautan sempat membius Krystal. Dia ingin punya satu yang setampan itu suatu hari nanti, yah, kalau Tuhan mengizinkan, karena gadis itu sendiri tak yakin kalau dia bisa jatuh cinta.
Ia melirik ke arah William yang ikut bernyanyi dengan sukacita. Well, lelaki itu memang tersenyum. Namun, entah kenapa Krystal bisa tahu kalau lengkungan itu hanya dipaksakan. Dia hanya tidak ingin terlihat lemah dan sedih, karena itu dia bersikap seolah segalanya baik-baik saja.
Setelah menilai keadaan tadi, Krystal menilai bahwa William ternyata menyukai Margo. Namun, sayang cintanya tak terbalas, karena pada nyatanya wanita yang ia cintai justru mencintai pria lain yang merupakan sahabat William sendiri, Daniel.
Kisah cinta yang menyakitkan, William pasti lelaki yang sangat kuat dan ia rela melakukan apa saja demi membuat orang yang ia cintai senang. Terbukti dari sikapnya yang mengajak Krystal kemari hanya untuk melihat Margo bahagia, meski bersama pria lain dan orang itu bukan dirinya.
Selesai pesta, William menggandeng tangan Krystal dan mengajaknya untuk berpamitan. Kala mereka bertemu Margo dan Daniel lagi, sorot mata lembut penuh cinta kembali hadir di netra William. Namun, selain itu ... Krystal juga menangkap satu lagi ... yakni tatapan penuh kesedihan terpancar dari sana.
Mereka keluar dari kediaman besar itu setelah selesai berpamitan. William duduk di kursinya dalam diam, begitupula dengan Krystal. Ini hari pertamanya bekerja, sekaligus bertemu dan berkenalan dengan William.
Namun, Krystal sudah tahu lumayan banyak soal lelaki itu. Dia memang tertutup, dia menyimpan semuanya sendirian, tapi sayangnya Krystal bisa membaca segala kesedihannya. Mengingat ia juga sering ditinggal dan tidak diperhatikan oleh keluarganya.
Entah bagaimana, Krystal mengerti perasaan William.
Dia sama sekali tidak menganggap lelaki itu lemah saat William terlihat terluka di tempatnya. Cinta memang sesuatu yang indah, tetapi menyakitkan di waktu yang bersamaan. Lagipula, bersedih bukan berarti lemah, bukan?
William hanya lelah terus menahan lukanya dalam diam sendiri, sesekali, memang ia harus melampiaskan segalanya. Atau jalan yang terbaik mungkin ... ia harus melupakan Margo dan mencari kebahagiaan baru seperti kata Jeanita.
Namun, yang jadi masalah sekarang adalah ... bagaimana cara dia melupakan Margo, di saat wanita itu adalah penyebab kenapa hidupnya berubah?
***
"Mendung." William menyetir sambil memandang langit dengan cemas. Suasana panas mulai berganti menjadi gelap, awan hitam mulai bergumpal di atas kepala, seolah siap menurunkan cairannya.
"Iya, sepertinya mau hujan besar," jawab Krystal kikuk. Itu adalah percakapan pertama mereka setelah keduanya duduk di mobil sedaritadi. "Uhm, sekarang kita mau ke mana?"
"Ke rumahku." William menjawab santai dan melajukan mobilnya secara perlahan saat lampu sudah menunjukan warna hijau. "Aku lelah."
"Apa?" Krystal langsung menoleh dan menatap William tidak percaya. "Kita ... ke rumahmu? Untuk apa?"
"Menurutmu untuk apa?" William menatap Krystal sejenak dengan pandangan tak terbaca, dan melihat hal itu Krystal justru menelan salivanya dengan susah payah.
Otaknya berusaha mencerna dengan baik agar ia bisa berpikir positif, tetapi ia tidak bisa melakukannya.
Anehnya, ia malah berpikir ke arah yang tidak-tidak. Well, dia memang tidak pernah jatuh cinta sebelumnya. Namun, bukan berarti ia adalah gadis yang baik. Seperti orang-orang pada umumnya, Krystal juga pergi ke klub, dia meminum minuman keras sesekali, juga ... dia pernah mencoba rokok.
Hal itulah yang memicunya untuk berpikir negatif, memangnya apalagi yang bisa dilakukan seorang pria dan wanita di dalam ruangan berdua selain ....
"Tentu saja kau harus melindungiku. Itu kan sudah tugasmu?" William berkata kala pikiran Krystal sudah menjalar ke mana-mana.
Mendengarnya membuat pipi Krystal memanas, dia malu dengan pikirannya sendiri. Yah, salahkan William yang menjadikannya pacar sehari, jadinya ia tidak mengingat peranannya dengan baik.
"Aku ... juga harus melindungimu di rumah?" tanya Krystal tanpa menatap wajah William. Dia memalingkan muka ke arah luar jendela. "Kau tidak bilang tentang hal itu sebelumnya."
"Bukannya memang begitu, ya? Kupikir kau sudah tahu." William menjawab enteng seolah hal itu bukan apa-apa. "Mulai sekarang kau harus tinggal denganku. Ketika kita bersama, aku akan merasa lebih aman."
"Apa?!" Krystal membulatkan matanya tak percaya. Ia tidak percaya segalanya harus berjalan hingga sejauh ini.
Tinggal bersama dengan lelaki yang tidak ia kenal sama sekali ... apa itu tidak apa-apa?
"Kenapa? Aku tidak akan menyentuhmu, kok." William menenangkan Krystal yang tampak panik. "Kecuali kalau kau datang sendiri padaku."
Mendengar hal itu membuat Krystal melotot tajam ke arah William, lelaki itu terkekeh pelan kala menyadarinya.
"Aku bercanda ... sampai sekarang saja aku masih perjaka. Mana mungkin aku menyentuh seseorang sembarangan, kalau aku masih menjaga diriku sendiri hingga selama ini, bukan?"
Krystal terkejut dengan fakta itu. Ia sudah tahu kalau William itu mencintai seorang gadis dan cintanya tak terbalas.
Namun, ia salah kala ia pikir William sama dengan lelaki pada umumnya. Karena biasanya ada banyak pria yang tetap melakukan hubungan seksual meski bersama gadis asing, hanya untuk sekadar melepaskan hasrat.
Tapi ... William bilang dia tidak pernah melakukannya, jadi ... lelaki ini sungguh ... masih suci?
Krystal tidak menjawab, atau lebih tepatnya dia sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. Mendengar fakta bahwa William masih perjaka membuat dirinya sedikit tenang.
Meski tinggal bersama dengan lelaki itu adalah ide gila ... yang seharusnya ia tolak, tapi ia justru tidak mengatakan apa-apa dan hanya diam.
Ia tidak bisa kehilangan pekerjaan ini, bukankah ia sudah bilang?
Sepanjang perjalanan, keadaan kembali jadi hening. Keduanya sibuk dengan sesuatu di benak mereka masing-masing.
Krystal yang memikirkan soal tinggal bersama William dan bagaimana cara membuat kakaknya bangga. Sedangkan William memikirkan tentang senyuman Margo, di mana wanita itu tampak bahagia tanpanya.
Takdir memang tidak selalu berjalan sesuai dengan keinginan. Namun, mungkin sesuatu yang tidak diinginkan pada awalnya ... justru akan membawa kita menuju kisah hidup baru yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
***
Instagram : blcklipzz
KAMU SEDANG MEMBACA
HIS PROTECTOR
Romance[Follow dulu untuk kenyamanan bersama, sudah selesai🙏] Book I, His Protector Book II, Her Savior Dihapus sebagian demi kepentingan penerbitan. Diwajibkan baca HIS PROTECTOR dulu sebelum baca Her Savior! -•-• William Aendrov & Krystalie Belle BLURB...