Kalau mood dan vote and commentnya banyak, aku usahain double.***
Pagi itu, William sudah lebih baik berkat urutan tangan Krystal, meski beberapa bagian tubuhnya masih terasa nyeri, tetapi lelaki itu tidak menunjukkannya. Ia keluar dari kamar saat ia menemukan Krystal sudah siap di ruang tengah, dengan kemeja hitam dan jeans berwarna senada—out fit yang sepertinya sudah menjadi favorit gadis itu, simpel tapi cukup menarik.
"Kau sudah siap? Cepat sekali." William melirik arloji yang melingkar pada tangannya dan menemukan kalau sekarang baru pukul tujuh lewat di mana seharusnya jam delapan mereka baru berangkat dari apartmen.
"Iya, aku ... mengkhawatirkanmu." Krystal mendongak, rambut cokelatnya itu terikat rapi hari ini membuat leher jenjang milik gadis itu terpampang indah. Ia memperbaiki posisi duduknya sejenak sebelum kembali menatap William. "Kupikir aku harus bangun lebih pagi untuk membantumu. Apa ... kau baik-baik saja?"
"Oh, aku tidak apa-apa." William menggeleng. "Kau tahu, aku bukan pria yang lemah."
"Iya aku tahu." Krystal menyetujui ucapan William, meski di dalam hati gadis itu menganggap bosnya sebagai pria lemah. "Jadi, kau sungguh tidak apa-apa? Apa yang akan kita lakukan hari ini? Kau sudah mulai bekerja?"
Rentetan pertanyaan Krystal itu membuat William menarik senyum tipis. "Iya, Jeanita bilang aku sudah mulai bekerja lagi hari ini. Aku ada meeting dengan perusahaan besar lainnya, dan kau harus ikut bersamaku."
"Di mana?" Krystal berdiri, lalu berjalan mendekati William. "Omong-omong kau punya beberapa surat, aku mau memberikannya padamu semalam, tetapi kau sudah tertidur setelah insiden itu. Dan lagi, aku juga membelikanmu pasta, meski ujung-ujungnya aku yang memakan segalanya ... karena kau sudah tidur."
"Kau membelikanku pasta? Kenapa?" William menaikkan alisnya sebelah. Mengabaikan pertanyaan Krystal yang pertama. Ia menerima surat itu, tetapi kemudian dengan cepat ia meletakkannya di atas meja yang berada di dekat tempat ia berdiri, tidak berniat untuk membaca sekarang.
"Karena ...." Krystal memutar bola mata, mencari alasan yang tepat. Rasanya semalam ia sudah dapat satu, tetapi kenapa pagi ini dia lupa?
"Karena kau khawatir aku belum makan?" William terkekeh melihat wajah bingung Krystal. Karena tak tahu lagi mau menjawab apa, pada akhirnya gadis itu hanya mengangguk setuju.
"Iya ... mungkin," gumamnya pelan.
William maju satu langkah, lalu mengacak rambut Krystal yang awalnya terikat rapi pelan. Membuat gadis itu membeku atas tingkah laku atasannya yang di luar prediksi.
"Terima kasih ...." William menarik senyumnya lagi, manis sekali. "Karena sudah mengkhawatirkanku."
Krystal terpaku, ia bengong di tempat sambil menatap William. Bahkan ketika lelaki itu sudah pergi dan hendak keluar, ia masih membeku.
Suara pintu berderit karena dibuka kemudian menyadarkan ia, membuat Krystal memukul kepalanya pelan, sembari berkata, "Apa yang salah dengan diriku?"
**
Mereka sempat mampir ke kantor dulu saat William punya beberapa berkas yang harus ia kerjakan, sebelum mereka meeting dengan Chans Crop. Krystal tidak mengenal perusahaan apa itu karena ia tidak pernah minat berkecimpung di dalam dunia bisnis, ia tidak mengerti apa-apa.
Kemudian saat segalanya sudah selesai, William mengajak Krystal untuk pergi ke restoran Bouley at Home, salah satu restoran mewah di New York yang terletak di 163 Duane Street, Tribeca Manhattan, New York. Tempat ini adalah restoran Prancis kontemporer yang cukup terkenal, berbintang empat.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIS PROTECTOR
Romance[Follow dulu untuk kenyamanan bersama, sudah selesai🙏] Book I, His Protector Book II, Her Savior Dihapus sebagian demi kepentingan penerbitan. Diwajibkan baca HIS PROTECTOR dulu sebelum baca Her Savior! -•-• William Aendrov & Krystalie Belle BLURB...