His Protector - 13

7.9K 602 14
                                    

update sekali aja ya,

komen dan vote kalian SANGAT mempengaruhi semangatku.

***

Krystal turun dan berjalan pelan di lobby apartmen kala dia menemukan sang petugas sedang bersih-bersih, seolah ia sedang membereskan seluruh barangnya. Well, hal yang agak aneh, karena biasanya dia tidak pernah begitu. Pegawai itu bernama Huge. Pria dengan wajah asia yang paling baik di apartment ini, selama Mia pergi beberapa waktu yang lalu, dia sering membantu Krystal membereskan hal-hal sepele. Seperti mengganti bola lampu dan keran air yang entah bagaimana bisa rusak. Hal itu membuat keduanya jadi akrab.

"Mau pindah?" Krystal berjalan mendekati meja, lalu bertanya. Dia sebenarnya hanya ingin basa-basi sejenak, karena tentu saja lelaki ini pernah berjasa di dalam hidupnya. Lagipula, sebentar lagi Krystal juga akan pindah ke tempat William. Oh, dia harus mencari alasan yang bagus untuk menjelaskan segalanya pada Mia.

Lelaki itu tersentak, sepertinya dia kaget karena suara Krystal yang muncul tiba-tiba. Huge melirik gadis di depannya dengan pandangan tak terbaca, sebelum tatapan mata itu turun dari atas ke bawah, seolah ia sedang meneliti tubuh Krystal.

Karena bajuku? batinnya menebak. Ia merasa tak nyaman diperhatikan seperti ini, karena itu Krystal berdeham keras, membuat Huge langsung melayangkan pandangan meminta maaf.

"Ya, aku dapat pekerjaan di tempat lain. Gajinya sedikit lebih besar, kau tahu, sekarang hidup itu keras." Sang pria tersenyum. Sebenarnya Huge bukan pria yang bisa digolongkan tampan, tetapi Krystal tidak peduli. Ia tidak pernah menilai orang lain berdasarkan wajah.

"Oh, kalau begitu kita tidak akan bertemu lagi, ya?" tanya Krystal basa-basi.

"Oh, tidak. Tentu saja masih bisa." Huge tersenyum, lalu melanjutkan kegiatannya. Ia seolah tidak ingin berbicara lagi pada Krystal, setelah ia melayangkan pernyataan yang membingungkan.

Krystal mengendikkan bahu, dia tidak terlalu peduli. Ia juga akan segera pindah, jadi ... yah, terserah. Gadis itu naik ke lantai atas dengan menggunakan lift, lalu menghela napas. William masih menunggu di bawah, jadi ia tidak bisa lama-lama.

**

"Serius?" Jeanita membulatkan mata, masih tidak percaya dengan apa yang Helena bicarakan. Semua ini tidak bisa ia terima dengan baik dan cepat, karena rasanya baru kemarin William tampak enggan kala ia meminta lelaki itu untuk melupakan Margo, tetapi sekarang ... dia sudah tidur dengan seorang gadis lain? Wow, kemajuan pesat!

Sebenarnya ia sudah mendengar kabar ini sekilas dari telepon tadi, saking antusiasnya Helena, dia membangunkan tidur cantik Jeanita. Untunglah auntie-nya itu memberi kabar baik, jadinya Jeanita tidak terlalu kesal kegiatannya diganggu.

"Kau sudah membatalkan meeting Will, kan?" Helena menaikkan alisnya sebelah sembari menatap Jeanita tajam. Memastikan apa yang ia suruh dilaksanakan dengan benar.

"Sudah, sudah. Tentu saja. Berkat dia, sebentar lagi aku harus keluar dan bertemu klien di hari liburku." Jeanita menyandarkan tubuhnya ke kursi. Saat ini mereka sedang duduk berdua di tengah kafe, membicarakan sepupunya yang dingin dengan wanita itu. "Kupastikan semua ini akan diganti dengan uang."

Helena terkekeh. "Ambil saja sesukamu, selama kami tidak bangkrut, aku tidak keberatan." Wanita paruh baya itu menyeruput teh panasnya lalu kembali menatap sang keponakan. "Tetapi sungguh, si anak tadi dan William ... apa benar mereka tidak pernah berhubungan sebelumnya? Bagaimana bisa dia berakhir di ranjang William, ya? Mengingat anakku itu seperti ...."

"Seperti orang yang hanya stuck pada satu wanita dan enggan menyentuh gadis lain," gumam Jeanita melanjutkan. "Aku juga bingung, setelah kupikir-pikir lagi, sepertinya perkataanmu benar, auntie. Mereka memiliki ketertarikan samar satu sama lain."

HIS PROTECTOR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang