His Protector - 10

7.8K 651 21
                                    




Cerita ini kayaknya gajadi di hold, kuselesain deh, doain ideku lancar.

triple up, vote dan komen kalian akan mempengaruhi semangatku!


***


Krystal menepati kata-katanya untuk menemani William sampai hujan berhenti, bahkan sampai pagi tiba. Ketika matahari mengintip, bulir-bulir itu sudah tak lagi terlihat. Menyisakan udara dingin yang terasa nyaman.

Dua insan itu terlelap di tempat masing-masing, di ruangan yang sama, dan Krystal merasa begitu nyaman ketika ada sebuah tubuh yang memeluknya dari depan. Ia memperdekat diri dengan 'guling' itu dan tersenyum hangat. Sungguh pagi yang indah.

"HAH?" Krystal membuka mata kala sadar tentang apa yang baru saja ia lakukan. Kedua netra cokelat itu membulat saat menyadari saat ini ia tengah memeluk William erat, dengan lelaki itu yang masih terlelap di tempat. Ia bahkan terlihat begitu tenang dan nyaman dengan tangannya yang masih merengkuh badan Krystal.

Gadis itu menganga, bingung dengan keadaan yang ada. Yang ia ingat, terakhir kali semalam William tertidur duluan, dan ia memutuskan untuk membaca novel sampai akhir meski matanya mengantuk. Ia sepertinya ketiduran. Namun, bagaimana bisa ia naik kemari dan berakhir di sini?

Krystal merasa ia harus segera bergerak dan pindah, hanya ia yang boleh tahu akan hal ini. Ia tidak mau hubungannya dengan William terasa canggung hanya karena pelukan yang entah dimulai dari siapa. Ia juga tidak mau William mengiranya genit karena ia bisa berakhir di ranjang ini.

Namun, sebelum Krystal sempat bergerak dan pindah, suara password pintuditekan membuat gadis itu bergeming di tempat sambil berpikir, dan ketika pintu terbuka, dia jadi lebih bingung lagi.

Siapa yang berkunjung ke apartmen William pagi-pagi?

Pacarnya ...? Itu tidak mungkin, mengingat kemarin saja dia meminta Krystal untuk menjadi pacar pura-pura.

Lantas, siapa?

Terlalu terlena dengan pikirannya sendiri, Krystal sempat melupakan niatnya untuk segera pergi. Gadis itu bingung setengah mati kala ia mendengar derap langkah kaki mendekat, ia tidak bisa keluar dengan keadaan ini—acak-acakkan dari kamar William, bahkan memakai kemeja putih kebesaran milik lelaki itu. Mereka bisa dikira habis melakukan sesuatu, itu pasti.

Namun, di mana ia bisa bersembunyi? Tidak ada lemari di sini, demi Tuhan! William sepertinya meletakkan baju-bajunya di tempat lain. Selain rak buku dan meja, tidak ada apa pun lagi.

Apa aku harus bersembunyi di bawah meja? batin Krystal menyarankan. Gadis itu perlahan bergerak dari posisinya, menggeser tangan William yang memeluk tubuhnya erat secara perlahan karena tak ingin membangunkan, dan ia harus segera berdiri.

Tetapi, lagi-lagi, sebelum hal itu terjadi, pintu yang memang tidak terkunci terlebih dahulu terbuka. Membuat Krystal mematung di tempat begitu pula dengan wanita paruh baya dengan rambut merah cerah yang saat ini menatapnya.

"Kau ... siapa?"

Mati aku!

***

Helena menjatuhkan rantang makanan yang ia bawa untuk anaknya kala ia menemukan seorang gadis ... tengah berbaring berdua bersama William di atas ranjang dengan posisi berpelukan, juga kemeja putih familier yang melekat pada wanita itu. Ia menganga, tidak pernah membayangkan akan mendapati hal seperti ini sebelumnya.

"Kau ... siapa?" Pertanyaan itu terdengar tiba-tiba, seharusnya hal ini sudah biasa. Menurut cerita ibu-ibu lain, mereka sering mendapati anak mereka membawa seorang gadis atau yang lebih parahnya lagi ganti-ganti wanita. Hal itu membuat Helena hanya bisa tersenyum miris setiap kali membahasnya karena William tidak pernah dekat dengan siapa pun. Ia tahu dari Jeanita kalau William ternyata sempat menyukai seorang gadis yang sekarang menyandang status sebagai istri Daniel.

Hal itu tentu membuat Helena sempat cemas, dia takut William akan sendirian seumur hidupnya. Karena itu, ia pernah mengatur berbagai kencan buta untuk anaknya yang berakhir gagal, karena tidak sampai sepuluh menit William akan pergi. Hal yang sungguh sia-sia.

Dan sekarang ... ia tidak pernah menyangka hari ini akan terjadi juga padanya.

William tengah tertidur di ranjang bersama seorang gadis asia. Wajahnya cantik sekali, Helena sempat terpana. Ini hal yang luar biasa, dia bahkan nyaris menangis saking terharunya. Namun, ia tahu, ia harus mengatur emosi terlebih dahulu dan menyelidiki tentang apa yang sedang terjadi.

"Anu ...." Krystal cepat-cepat duduk di ranjang dan menatap wanita di depannya canggung. "Saya ...."

Helena masih menunggu jawaban, dia penasaran akan kelanjutan dari ucapan itu. Sejujurnya dia memang jarang mampir ke apartmen anaknya sendiri, karena ia punya kesibukan lain. Ia memiliki toko bunga—karena ia bosan di rumah saja. Jadi terkadang ia sering tak punya waktu karena siapa sangka, usahanya itu maju?

Hanya beberapa kali ia datang, saat ia merasa ingin. Sering kali ia membawa makanan karena khawatir dengan William yang hidup sendiri. Untungnya sifatnya itu sudah berubah banyak—yang katanya perubahan ini terjadi karena si wanita yang sekarang menjadi istri Daniel itu, sayang sekali mereka tidak berjodoh.

Hujan kemarin turun dengan deras, dan Helena mengkhawatirkan William. Biasanya dia mampir untuk memeriksa kondisi anaknya setelah badai besar, karena William sendiri terlalu keras kepala. Dia tidak mau tinggal bersama dan memilih apartmen kecil ini. Yang lebih parah, bahkan sebelumnya ia tinggal di kafe bersama Albert. Ia lebih memilih bersama pelayan daripada dengan orang tuanya. Sungguh anak berbakti.

"Pegawai Mr. Aendrov." Lanjutan perkataan Krystal itu membuat Helena mendesah kecewa. Ah, kenapa aku justru berharap gadis ini adalah pacar William? Apa aku sudah sefrustrasi itu tentang kehidupan cintanya?

Kalau boleh jujur, sebenarnya Helena memang sangat frustrasi. William adalah anak mereka satu-satunya setelah ... Nancy meninggal belasan tahun yang lalu—yang membuat William berubah menjadi sosok yang beku. Namun, dia sama sekali tak terlihat ingin menikah atau memiliki keturunan ... setelah patah hati.

Saking frustrasinya Helena, dia malah berharap akan ada seorang gadis yang datang dan menuntut pertanggungjawaban William karena hamil, jadi mereka bisa menikahkan anaknya itu setidaknya dengan seseorang. Katakanlah kalau ia gila, tetapi pemikiran itu sungguh pernah terlintas di benaknya.

"Bisa bicara denganku? Empat mata." Helena menatap Krystal dengan sorot tak terbaca, membuat sang gadis menelan salivanya pelan.

Di dalam bayangannya, ia akan ditampar, lalu diminta untuk menjauhi William. Atau, ia akan dilempar uang, mungkin juga disiram air. Oh, apa dia terlalu banyak berkhayal? Karena pada nyatanya Krystal sekarang memang takut setengah mati.

Apa yang akan ... wanita ini katakan? Sepertinya dia adalah Mama William, melihat dari beberapa fitur dari wajah mereka mirip, seperti hidung dan bibir.

Kenapa rasanya Krystal takut? Ia terintimidasi, sungguh.

Mereka duduk bersebrangan di ruangan tengah, tempat ia dan William makan mi kemarin. Mama William tidak mengatakan apa pun, begitupula dengan Krystal. Kondisi hening sesaat, lalu ... ucapan sang Ibu memecah suasana. Membuat si gadis membulatkan matanya terkejut.

"Bisakah ... kau pacaran saja dengan anakku?"

Hal itu tidak pernah Krystal duga sebelumnya. Bahkan, berbanding terbalik dengan apa yang ia pikirkan.


***

instagram : blcklipzz

HIS PROTECTOR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang